Home / Romansa / Istri Bayaran Sang CEO / Bab 80 Baju Kiriman

Share

Bab 80 Baju Kiriman

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-02-01 17:12:28

"Apa Bapak bilang tadi? Saya harus tidur di sofa? Yang benar saja, Pak!"

"Ya, benar. Ini kan hotel yang disewakan oleh ibuku, jadi aku yang berhak untuk tidur di kasur."

"Tapi saya ini juga kan menantunya ibunya Bapak, harusnya Bapak itu mengalah kepada perempuan. Apa tidak pernah mendengar istilah ladies first?!"

Mendengar itu Darren langsung berdiri. Dia melipat tangan di depan dada sembari berjalan mendekat ke arah gadis yang memakai slayer. Aluna pun agak kesulitan mundur, takut jika menginjak gaun yang dipakainya.

Lalu, saat Darren sudah berada di hadapan Aluna, dia pun memberikan tatapan smirk, seperti seorang pemburu yang siap melihat mangsanya.

"Oke, kamu yakin ingin satu kasur denganku? Aku tidak akan bisa menjamin, tidak terjadi apa-apa nanti, ya," ucap Darren, membuat Aluna langsung menggelengkan kepala dan mundur beberapa langkah. Untung saja tidak sampai jatuh.

"Bukan seperti itu, Pak. m

Maksud saya Bapak yang di sofa, saya yang di kasur," ujar Aluna membuat Darren b
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 81 Antara Mimpi dan Nyata

    Aluna berjalan peran mendekati suaminya yang sedang tertidur lelap. Dengkuran Darren sampai terdengar keras. Dia meneliti wajah Darren dengan begitu seksama. Dari dekat Darren seperti seseorang yang begitu baik dan juga polos, berbeda sekali saat pria itu terbangun dengan kata-kata yang pedas. Seperti langit dan bumi atau lebih tepatnya seperti dua kepribadian yang berbeda. "Aku seperti melihat orang lain saat dia tertidur," gumam Aluna dengan pelan. Dia memandangi pahatan indah milik Darren. Tuhan memang benar-benar Maha Adil. Walaupun Darren begitu sempurna dengan ketampanan dan kekayaan yang melimpah, tapi sifat pria itu tidak bisa dibandingkan dengan pria-pria di luar sana yang mungkin lebih baik sifatnya dibandingkan Darren. Gadis itu langsung mundur lagi, karena menurutnya tidak pantas saja kalau Aluna memperhatikan orang yang sedang tidur. Meskipun itu adalah suaminya, tetap saja Aluna merasa tidak pantas. Sebab mereka hanya melakukan pernikahan ini dengan perjanjian. Namu

    Last Updated : 2024-02-03
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 82 Merasa Bebas Sesaat

    Keesokannya, pagi-pagi sekali Aluna membangunkan Darren. Pria itu sempat kesal dan dia tidak menghiraukan panggilan Aluna, malah mengubah posisi tidur. Aluna lama-lama kesel juga dan memilih untuk menarik selimut Darren. Pria itu bangun sembari menggerutu."Pak, kenapa Bapak malah tidur terus? Saya butuh baju ganti. Kalau Bapak begini terus, bagaimana saya bisa keluar dari tempat ini?!" seru Aluna kesal.Darren yang mulai terganggu pun akhirnya terduduk dengan mata yang masih mengantuk. Padahal biasanya dia bangun subuh-subuh untuk mempersiapkan segala pekerjaannya, tetapi karena kemarin benar-benar melelahkan, membuat pria itu akhirnya tertidur pulas sampai pagi. "Kenapa sih kamu menggangguku? Bukankah aku sudah menyuruh Amarudin untuk memberikan baju? Kenapa dia belum datang juga?" Pertanyaan itu membuat tubuh Aluna menegang. Dia juga gugup, tidak mungkin gadis itu mengatakan kalau Amarudin mengantarkan sebuah lingerie, bisa-bisa Darren berpikiran liar dan mungkin juga akan terja

    Last Updated : 2024-02-04
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 83 Self Healing

    Aluna hanya diam saja setelah mengakhiri panggilan dengan ibunya. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Setiap kata yang diucapkan ibunya adalah doa. Aluna takut, semua itu menjadi kenyataan. Tetapi pada akhirnya malah kekecewaan yang didapat, sebab Darren pasti masih mencintai mantan kekasih itu. Buktinya sampai saat ini, dia itu sama sekali tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun. Entah karena luka yang masih menganga atau Darren belum bisa move on dari wanita bernama Monica. Gadis itu memejamkan mata dan berusaha menghela napas panjang. Dia harus tenang dan menjalani kehidupan ini sesuai dengan semestinya. Walaupun dirinya dicap sebagai janda bermata duitan nantinya, tetapi Aluna memilih seperti itu dibandingkan dia harus menikah dengan rentenir jahat. Gadis itu pun memilih untuk pergi dan kembali melanjutkan jalan-jalannya. Pokoknya hari ini dia akan puas-puaskan untuk refreshing, walaupun hanya jalan-jalan di mall. Dia juga tidak berniat untuk membeli apa pun ke

    Last Updated : 2024-02-10
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 84 Aduan Siska

    Rasa penasaran yang mencuat membuat wanita paruh baya itu pun bergegas mengikuti Siska. Dia yakin, wanita itu punya masalah besar sampai dia berani datang dalam keadaan babak belur. Danita juga memang kehilangan jejak Siska saat di pesta. Bahkan Amar yang sebelumnya ingin dilabrak oleh Danita pun hilang tanpa jejak. Ini membuat wanita itu menjadi curiga. Kalau misalkan dia memilih minta bantuan Pak Aman, takutnya orang-orang yang ada di sini pun curiga sehingga identitasnya sebagai seorang OG akan terungkap dengan cepat. Jadi, dia harus benar-benar bisa mencari celah, menemukan apa yang sebenarnya terjadi dengan Siska. Sebagai seorang Ibu, dia merasakan akan ada bencana di perusahaan ini jika orang-orang yang menjadi penjilat terus berkeliaran di sini. Kerja keras almarhum suaminya tidak boleh begitu saja tergadaikan karena kurang ketelitian. Dia juga tidak bisa menyalahkan Darren, karena pasti kerjaannya banyak. Hanya saja orang-orang dari sekitar Darren yang harus dibersihkan. De

    Last Updated : 2024-02-11
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 85 Beda Situasi

    Dalam keadaan panik Darren dan masih memakai tuxedo pengantinnya memanggil Amaradium. Dia harus mencari tahu di mana keberadaan pengantin perempuannya. Bukan masalah karena dia mencintai. Tetapi kalau terjadi sesuatu kepada Aluna, maka habislah dia di depan Danita. Bisa-bisa wanita paruh baya itu akan mengamuk dan bahkan mungkin mengusirnya dari rumah. Lebih parahnya lagi jabatannya sebagai CEO bisa dicopot oleh Danita. Sebab sampai detik ini, kekuasaan tertinggi itu ada pada Danita. Untungnya Amarudin cepat menerima panggilan. Tanpa menjawab pertanyaan Amarudin, Darren pun malah balik bertanya dengan nada tinggi. "Amarudin, kamu tahu di mana istriku?!" tanya Darren membuat Amarudin terkesiap. Dia jadi bingung sendiri, apa yang sebenarnya terjadi sampai tiba-tiba saja Tuan mudanya bertanya ke mana sang istri. Padahal dia yakin semalaman mereka ada di kamar. "Bukannya Nyonya Aluna itu bersama dengan Tuan? Saya tidak tahu dan tidak melihat Nyonya Aluna pergi ke kantor. Maaf, Tuan. S

    Last Updated : 2024-02-17
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 86 Aku Khawatir!

    Darren tiba-tiba saja berlari dan menarik tubuh Aluna yang sedang terduduk, membuat gadis itu terkesiap. Amarudin yang ada di sana pun ikutan berdiri, takut jika terjadi pertengkaran hebat antara keduanya. Aluna benar-benar ketakutan melihat reaksi Darren yang tampak marah. Wajahnya memerah, alisnya saling bertautan dengan otot rahang yang begitu mengetat, menandakan sang pria yang ada di depannya ini benar-benar murka. "Apa yang kamu lakukan di sini, hah?! Kamu tahu? Seberapa khawatirnya aku mencarimu. Kenapa kamu pergi tanpa bilang-bilang?!" tanya Darren menyerocos dengan nada tinggi, membuat Aluna tertegun. Entah kenapa rasanya sakit sekali mendengar pertanyaan itu. Walaupun memang Darren khawatir, tapi bisakah pria itu bertanya baik-baik tanpa harus menyentaknya? Tanpa diduga mata Aluna langsung berkaca-kaca. Melihat itu Darren pun terkesiap. Dia melepaskan genggaman tangannya di bahu Aluna. Gadis itu meringis sakit karena Darren terlalu kuat memegang bahunya. Sang pria menggu

    Last Updated : 2024-03-09
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 87 Heran dan Keki

    "Bapak benar-benar serius mengkhawatirkan saya?" tanya Aluna, tiba-tiba saja membuat Darren melotot sembari menoleh kepada gadis itu.Hampir saja tersentak kaget mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Aluna. Padahal dia serius mengatakan itu semua, tetapi kenapa Aluna malah meragukannya?"Kamu tidak percaya dengan semua perkataanku tadi?" tanya Darren, wajahnya terlihat mengekang. Bahkan kedua alisnya saling bertautan, menandakan bahwa Darren itu menunggu jawaban pasti dari Aluna. Sang gadis meneguk saliva dengan susah payah. Kalau dia salah ucap kemungkinan hal buruk akan terjadi. "Ya, bukannya tidak percaya, Pak. Tapi biasanya kan Bapak itu suka sekali membuat saya marah dan malah bersyukur kalau saya menderita. Iya, kan?" jawab Aluna, akhirnya melontarkan perkataan itu karena memang setiap harinya seperti begitu. Aluna bahkan tidak berpikir kalau Darren itu akan mengkhawatirkannya seperti ini. Darren terperangah, mengerjapkan mata berkali-kali sembari menggelengkan kepala.

    Last Updated : 2024-03-12
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 88 Elakan Amar

    Dengan langkah yang agak ragu Amar pun langsung pergi ke ruangan Andri. Dia benar-benar takut jika terjadi sesuatu kepadanya. Setelah mengetuk pintu, dari dalam Andri pun mempersilakan Amar untuk masuk. Amar tidak langsung duduk, melainkan berdiri di depan meja kebesaran Andri. "Bapak memanggil saya?" tanya Amar, berusaha untuk bersikap seperti biasa. Tidak mau sampai menimbulkan kecurigaan dari pria itu.Andri langsung menyadarkan punggungnya sembari menatap tajam kepada pria di hadapannya ini. "Tentu saja, tidak mungkin aku memanggil seorang Rnd yang tiba-tiba saja dipindahkan ke bagian eksim ke sini. Kamu tahu kan aku ini bagian dari divisi marketing? Jadi, pasti ada sesuatu yang lebih penting dibandingkan mencarimu ke sini dan kamu tahu? Aku jarang sekali bertemu denganmu atau menemuimu, karena beberapa alasan. Tentu saja karena kita tidak punya keterikatan dalam pekerjaan. Jadi, kamu mau mengaku atau harus aku paksa?" tanya Andri tiba-tiba saja membuat Amar kaget bukan main. S

    Last Updated : 2024-03-15

Latest chapter

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 148 Bahan Gosip

    "Lo tahu ngga? Tadi itu Bu Aluna keluar dari ruangan Pak Darren dengan wajah marah. Terus tak lama kemudian Pak Darren juga keluar, dia malah kebingungan." Tak sengaja Alika mendengar pembicaraan salah satu rekan kerjanya yang tempat duduknya bersebelahan dengan dia. Sontak Alika pun menoleh dengan alis saling bertautan. "Tunggu, tunggu, tunggu! Kalian berdua lagi ngomongin apa?" tanya Alika membuat kedua wanita itu langsung menoleh. "Ini temen lo tuh, Aluna. Katanya udah keluar dari kantor Pak Darren dengan wajah marah. Apa mereka bertengkar, ya?" tanya salah satu di antara mereka kepada Alika, membuat sang gadis kaget. "Salah lihat kali," ucap Alika, karena nggak mau sampai salah bicara atau diam saja. Takut jika rekan-rekan kerjanya berpikiran macam-macam terhadap dua orang itu. "Mana mungkin salah lihat! Orang gue lihat sendiri, kok," timpal salah satunya yang sedang berdiri. "Bu Aluna kan teman lo, apa nggak sebaiknya lo cari tahu? Jangan-jangan mereka sedang bertengkar ata

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab147 Salah Ucap

    Darren dan Aluna saling pandang. Pria itu tampaknya benar-benar baru sadar apa yang sudah dikatakannya barusan. Apalagi melihat Aluna yang marah dengan wajah memerah, dia itu juga melihat kalau sang gadis mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ini bahaya. Jika seorang Aluna bisa marah seperti ini, artinya dia sudah keterlaluan mengatakan hal tadi. "Aluna, dengarkan aku dulu. Tadi itu--" "Nggak, Pak. Cukup! Saya sudah mengerti. Bapak menilai saya serendah itu. Padahal Bapak sendiri yang membuat aturan, tapi Bapak yang melanggarnya. Harusnya Bapak sadar, kalau bukan karena saya mungkin saat ini Bapak masih dikejar-kejar untuk mencari jodoh." "Iya, aku tadi salah. Aku benar-benar minta maaf dan tidak sengaja mengatakan itu." "Tidak sengaja, Pak? Bapak spontan mengatakan itu sambil tertawa. Itu membuat harga diri saya diinjak-injak." "Loh, aku tidak menginjak harga dirimu. Aku benar-benar menghormatimu, bahkan aku khawatir terjadi sesuatu kepadamu. Sampai mencari ke mana-mana."Al

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab146 Bapak Pikir Lucu?!

    Darren langsung memundurkan tubuhnya, tapi dia masih menatap gadis itu dengan tajam. Entah kenapa reaksi yang diberikan oleh Darren membuat Aluna ketakutan sendiri. Mungkinkah pria itu tahu kalau dirinya tidak ada di pantry saat itu. "Jangan bohong! Aku tadi ke pantry dan tidak ada siapa-siapa." Seketika Aluna hanya bisa terdiam, suaranya tidak keluar sama sekali menandakan kalau dirinya benar-benar sudah terpojok. Gadis itu merutuki diri, tapi juga tidak tahu harus berbuat apa-apa. Sebab dirinya malu jika berhadapan dengan Darren. Saat ini saja kalau Darren tidak memberikan ekspresi marah, mungkin kelebatan saat mereka melakukan adegan ciuman itu akan kembali terulang. "Katakan, Aluna. Kenapa kamu menghindariku? Apa gara-gara aku menciummu?"Tubuh Aluna menegang. Wajahnya saat ini benar-benar memerah. Haruskah Darren mengatakan hal seperti itu di depan gadis yang belum pernah tersentuh oleh pria manapun? Ini memalukan untuk Aluna. Gadis itu sampai menunduk karena malu. Melihat r

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 145 Akhirnya Harus Bertemu

    Aluna memejamkan mata. Benar kata Alika. Dia tidak mungkin menghindari Darren, sebab satu ruangan dan juga satu rumah. Akhirnya Aluna menghela napas panjang sembari memejamkan mata. Berusaha untuk tenang. Ini menyangkut temannya, tidak mungkin kalau misalkan dia terus-terusan menghindar dari Darren, yang akan kena tetap saja Alika. "Oke, kalau gitu gue harus kembali ke tempat gue." "Nah, bagus seperti itu! Ya, sudahlah. Lagian kalau misalkan lo malu sama suami lo sendiri, diam saja. Lo tinggal berusaha untuk ngelupain kejadian itu.""Ya, nggak bisa kayak gitu dong, Alika.""Ya, terus gue harus gimana? Lo kan nggak bisa tiap hari menghindar. Sudah, pokoknya lo hadapin kenyataan itu. Lagian kan baru satu kali, mungkin ada yang kedua, yang ketiga." "Apa?!" Aluna melotot, kembali terperangah. Membuat Alika tertawa. Setelah itu sang gadis pun memilih untuk pergi dari hadapan temannya. Dia harus menyelesaikan tugas. Kalau misalkan tugasnya diselesaikan oleh orang lain, bisa-bisa akan me

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 144 Menghindar (3)

    Entah sudah berapa lama Darren mondar-mandir di depan Alika. Sebenarnya ingin mengajukan protes dan keluar dari ruangan ini, tentu saja karena pekerjaannya sudah banyak. Bahkan makan siangnya tadi tidak selesai sebab Darren tiba-tiba saja menyuruhnya ke kantor. Sekarang malah melihat bosnya mondar-mandir tak jelas dengan wajah bingung serta kusut.Darren mengusap kasar rambutnya dan mengerang keras. Alika sampai terduduk tega karena kaget mendengar itu. Sang pria menoleh kepada Alika, lalu berkacak pinggang. Membuat gadis itu meneguk saliva dengan susah payah, karena takut jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan. "Begini saja, kamu pastikan Aluna pergi ke mana." "Apa?! Jadi, maksudnya saya harus mencari Aluna?""Betul!" "Tapi, Pak. Bagaimana dengan kerjaan saya?" "Gampang, aku akan menyuruh orang untuk mengerjakan sisa kerjaanmu." "Tapi, Pak--" "Diam, Alika! Jangan protes apa-apa lagi. Kamu dengar kan perkataanku tempo hari? Kamu harus melakukan apa saja agar memberikan informa

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 143 Menghindar (2)

    Tak lama kemudian akhirnya Alika pun datang ke kantor Darren. Dia melihat ke sekitar, tak mendapati Aluna. Gadis itu langsung meneguk saliva dengan susah payah, ini pasti gara-gara Aluna yang tiba-tiba saja pergi saat dihampiri oleh bosnya. Dia benar-benar merutuki, kenapa harus dirinya yang terlibat dalam masalah ini? Namun, mau bagaimana lagi? Menolak pun rasanya tak mungkin. Bisa-bisa pria itu akan memecatnya dan mem-blacklist Alika dari semua perusahaan yang ada di kota ini. "Duduk!" seru Darren, membuat Alika dengan rasa takut. Wajahnya tampak ketakutan dengan tubuh yang bergetar."Kamu tahu kenapa dipanggil ke sini?" Alika pura-pura menggelengkan kepala. Walaupun dia tahu, Alika tidak mau sampai salah bicara atau temannya akan dalam masalah lagi. "Baiklah, langsung saja to the point. Ke mana Aluna pergi?" "Toilet," jawab Alika langsung, membuat Darren mengerjapkan mata berkali-kali. Tak percaya. "Toilet?" tanya Darren lagi, yang langsung diangguki oleh gadis itu."Tapi, a

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 142 Menghindar (1)

    Aluna tiba-tiba saja menegang, keringat dingin bermunculan di telapak tangan dan juga sulit sekali untuk meneguk saliva. Langkah Darren semakin pasti mendekati Aluna. Dia jadi bingung harus melakukan apa, sampai tiba-tiba satu ide terlintas. "Gue mau ke toilet." Aluna tiba-tiba saja berdiri dan pergi dari hadapan Alika, membuat gadis itu syok. Begitu juga dengan Darren yang tiba-tiba saja melihat Aluna pergi dari sana. "Loh, lo mau ke mana?!" seru Alika melihat Aluna begitu cepat berjalan menjauh darinya. Sementara itu Darren juga dengan cepat berjalan mendekat kepada Alika. "Istriku mau ke mana?" tanya Darren yang tiba-tiba saja membuat Alika kaget sembari duduk dengan wajah ketakutan. "Dia mau ke mana?" tanya Darren lagi memastikan, membuat Alika tiba-tiba saja terserang syok. "Kamu kenapa diam saja?! Aku bertanya kepadamu!" seru Darren yang berhasil membuat Alika terkesiap. "Anu ... dia ke toilet," ucap Alika dengan cepat, membuat Darren mengalami syok, lalu tanpa mengataka

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 141 Ditertawakan

    "Lo jangan diem aja kayak gini, dong! Gue kan jadi bingung harus ngapain. Sebenarnya apa yang terjadi, sih? Kalau misal lo diam aja, ya udah deh gue pergi," ujar Alika, akhirnya kesel sendiri karena dari tadi Aluna hanya diam saja.Saat gadis itu hendak berdiri, Aluna langsung menarik tangan temannya untuk duduk."Oke, oke. Gue akan cerita," ucap Aluna membuat Alika akhirnya bisa bernapas lega. Aluna memberikan isyarat agar Alika mendekat kepadanya, lalu dengan perasaan campur aduk Aluna membisikkan sesuatu kepada gadis itu.Bola mata Alika membulat dengan mulut terperangah. "Lo beneran habis--""Sssttt!" Aluna langsung berdesis sembari menempelkan jari telunjuk ke bibir."Jangan keras-keras!" seru Aluna berusaha untuk melihat ke sekitar. Untunglah orang-orang yang sedang sibuk mengambil makan siangnya, jadi hanya sebagian yang menoleh lalu kembali ke aktivitas semula. Alika masih tampak syok, tapi dia tetap tenang dan mengikuti semua yang diminta oleh temannya. "Sudah jangan dis

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 140 Malu Bertemu

    Karyawan itu sudah keluar untuk tanda tangan, tetapi Aluna masih enggan untuk masuk ke ruangan Darren. Gadis itu merutuki diri. Kenapa juga harus satu lingkup ruangan dan hanya disekat tembok kecil yang terbuat dari kayu itu? Sama saja bohong!Dia benar-benar harus bisa bertemu dengan Darren. Sementara saat ini tangan dan tubuhnya terasa dingin. Jantung juga berdetak dengan sangat kencang, karena benaknya tiba-tiba saja teringat dengan kejadian tadi. Gadis itu sampai memukul-mukul kepalanya sendiri."Apa sih yang sudah aku lakukan tadi?! Ngapain juga aku ciuman sama Pak Darren?" gumamnya dengan perasaan yang sangat malu. Sungguh, ini pertama baginya. Walaupun memang Darren adalah suami Aluna, tetapi mereka sudah berjanji untuk tidak saling menyentuh. Ini benar-benar membuat dirinya kikuk sekali.Untungnya saat dia merasa kacau, tiba-tiba saja bel istirahat berbunyi. Dengan cepat Aluna pergi ke kantin. Dia sama sekali tidak masuk ke dalam untuk membereskan beberapa berkas. Sekarang ya

DMCA.com Protection Status