Home / Romansa / Istri Bayaran Sang CEO / Bab 78 Obrolan Ringan

Share

Bab 78 Obrolan Ringan

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-01-28 10:12:42

"Pak, eh Mas. Aku duluan ke pelaminan, ya? Rasanya kakiku sakit sekali," bisik Aluna di dekat telinga Darren yang sedari tadi mereka terus-terusan berkeliling menyapa para kolega.

Bukan masalah heels saja, tapi dia benar-benar malu dengan tatapan orang-orang yang begitu tajam. Bahkan ada yang terang-terangan mengagumi Aluna dengan sorot matanya yang nakal.

Sebenarnya Darren bukannya tidak tahu. Tetapi dia berusaha untuk menahan diri agar tidak membuat masalah di tempat pernikahannya ini. Jadi mereka adalah para tamu, untuk sekarang Darren membiarkan begitu saja. Tetapi kalau sampai ada yang berani menyentuh Aluna barang sedikit, maka dia akan pastikan kalau orang itu celaka.

Darren melakukan ini bukan atas dasar mencintai, tapi dia tidak suka kalau miliknya diganggu oleh siapa pun, begitu pikir sang pria.

"Sebentar, dan tolong biasakan untuk memanggilku Mas saja? Jangan Pak! Kamu pikir aku ini sudah bapak-bapak dan tua?" jawab Darren setengah berbisik, tidak mau sampai orang lain
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 79 Singelbed?

    "Sudahlah, kamu itu tidak perlu menyelidiki Ibu seperti itu. Lagian, Ibu melakukan apa pun pasti untuk kamu. Sekarang, sebaiknya kamu ajak Aluna untuk pergi ke hotel." Mendengar kata hotel, tubuh Aluna tersentak. Dia benar-benar kaget dengan perkataan mertuanya itu. Terlihat sekali kalau sang gadis begitu gugup. "Loh, kenapa ke hotel?" tanya Darren, bingung. Sama sekali tidak berpikiran aneh-aneh, berbeda dengan Aluna yang sudah berdebar hebat. Takut jika terjadi sesuatu di kamar hotel itu. "Ya, kata kamu kan kamu protes kalau Ibu dari tadi menghilang terus, jadi sekarang giliran Ibu yang ada di sini. Lagi pula ini sudah larut malam, jadi sebaiknya kamu dan Aluna istirahat, ya." Darren mengangguk-anggukkan kepala, lalu menyodorkan tangannya kepada Aluna. Gadis itu terkesiap, memandangi Darren beberapa detik. "Kenapa diam saja? Ayo!" seru Darren memerintah. Aluna pun kaget dan langsung menerima uluran itu. Mereka pergi dari singgasana menuju kamar hotel. Sungguh pikiran Aluna be

    Last Updated : 2024-01-31
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 80 Baju Kiriman

    "Apa Bapak bilang tadi? Saya harus tidur di sofa? Yang benar saja, Pak!" "Ya, benar. Ini kan hotel yang disewakan oleh ibuku, jadi aku yang berhak untuk tidur di kasur." "Tapi saya ini juga kan menantunya ibunya Bapak, harusnya Bapak itu mengalah kepada perempuan. Apa tidak pernah mendengar istilah ladies first?!" Mendengar itu Darren langsung berdiri. Dia melipat tangan di depan dada sembari berjalan mendekat ke arah gadis yang memakai slayer. Aluna pun agak kesulitan mundur, takut jika menginjak gaun yang dipakainya. Lalu, saat Darren sudah berada di hadapan Aluna, dia pun memberikan tatapan smirk, seperti seorang pemburu yang siap melihat mangsanya."Oke, kamu yakin ingin satu kasur denganku? Aku tidak akan bisa menjamin, tidak terjadi apa-apa nanti, ya," ucap Darren, membuat Aluna langsung menggelengkan kepala dan mundur beberapa langkah. Untung saja tidak sampai jatuh. "Bukan seperti itu, Pak. mMaksud saya Bapak yang di sofa, saya yang di kasur," ujar Aluna membuat Darren b

    Last Updated : 2024-02-01
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 81 Antara Mimpi dan Nyata

    Aluna berjalan peran mendekati suaminya yang sedang tertidur lelap. Dengkuran Darren sampai terdengar keras. Dia meneliti wajah Darren dengan begitu seksama. Dari dekat Darren seperti seseorang yang begitu baik dan juga polos, berbeda sekali saat pria itu terbangun dengan kata-kata yang pedas. Seperti langit dan bumi atau lebih tepatnya seperti dua kepribadian yang berbeda. "Aku seperti melihat orang lain saat dia tertidur," gumam Aluna dengan pelan. Dia memandangi pahatan indah milik Darren. Tuhan memang benar-benar Maha Adil. Walaupun Darren begitu sempurna dengan ketampanan dan kekayaan yang melimpah, tapi sifat pria itu tidak bisa dibandingkan dengan pria-pria di luar sana yang mungkin lebih baik sifatnya dibandingkan Darren. Gadis itu langsung mundur lagi, karena menurutnya tidak pantas saja kalau Aluna memperhatikan orang yang sedang tidur. Meskipun itu adalah suaminya, tetap saja Aluna merasa tidak pantas. Sebab mereka hanya melakukan pernikahan ini dengan perjanjian. Namu

    Last Updated : 2024-02-03
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 82 Merasa Bebas Sesaat

    Keesokannya, pagi-pagi sekali Aluna membangunkan Darren. Pria itu sempat kesal dan dia tidak menghiraukan panggilan Aluna, malah mengubah posisi tidur. Aluna lama-lama kesel juga dan memilih untuk menarik selimut Darren. Pria itu bangun sembari menggerutu."Pak, kenapa Bapak malah tidur terus? Saya butuh baju ganti. Kalau Bapak begini terus, bagaimana saya bisa keluar dari tempat ini?!" seru Aluna kesal.Darren yang mulai terganggu pun akhirnya terduduk dengan mata yang masih mengantuk. Padahal biasanya dia bangun subuh-subuh untuk mempersiapkan segala pekerjaannya, tetapi karena kemarin benar-benar melelahkan, membuat pria itu akhirnya tertidur pulas sampai pagi. "Kenapa sih kamu menggangguku? Bukankah aku sudah menyuruh Amarudin untuk memberikan baju? Kenapa dia belum datang juga?" Pertanyaan itu membuat tubuh Aluna menegang. Dia juga gugup, tidak mungkin gadis itu mengatakan kalau Amarudin mengantarkan sebuah lingerie, bisa-bisa Darren berpikiran liar dan mungkin juga akan terja

    Last Updated : 2024-02-04
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 83 Self Healing

    Aluna hanya diam saja setelah mengakhiri panggilan dengan ibunya. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Setiap kata yang diucapkan ibunya adalah doa. Aluna takut, semua itu menjadi kenyataan. Tetapi pada akhirnya malah kekecewaan yang didapat, sebab Darren pasti masih mencintai mantan kekasih itu. Buktinya sampai saat ini, dia itu sama sekali tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun. Entah karena luka yang masih menganga atau Darren belum bisa move on dari wanita bernama Monica. Gadis itu memejamkan mata dan berusaha menghela napas panjang. Dia harus tenang dan menjalani kehidupan ini sesuai dengan semestinya. Walaupun dirinya dicap sebagai janda bermata duitan nantinya, tetapi Aluna memilih seperti itu dibandingkan dia harus menikah dengan rentenir jahat. Gadis itu pun memilih untuk pergi dan kembali melanjutkan jalan-jalannya. Pokoknya hari ini dia akan puas-puaskan untuk refreshing, walaupun hanya jalan-jalan di mall. Dia juga tidak berniat untuk membeli apa pun ke

    Last Updated : 2024-02-10
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 84 Aduan Siska

    Rasa penasaran yang mencuat membuat wanita paruh baya itu pun bergegas mengikuti Siska. Dia yakin, wanita itu punya masalah besar sampai dia berani datang dalam keadaan babak belur. Danita juga memang kehilangan jejak Siska saat di pesta. Bahkan Amar yang sebelumnya ingin dilabrak oleh Danita pun hilang tanpa jejak. Ini membuat wanita itu menjadi curiga. Kalau misalkan dia memilih minta bantuan Pak Aman, takutnya orang-orang yang ada di sini pun curiga sehingga identitasnya sebagai seorang OG akan terungkap dengan cepat. Jadi, dia harus benar-benar bisa mencari celah, menemukan apa yang sebenarnya terjadi dengan Siska. Sebagai seorang Ibu, dia merasakan akan ada bencana di perusahaan ini jika orang-orang yang menjadi penjilat terus berkeliaran di sini. Kerja keras almarhum suaminya tidak boleh begitu saja tergadaikan karena kurang ketelitian. Dia juga tidak bisa menyalahkan Darren, karena pasti kerjaannya banyak. Hanya saja orang-orang dari sekitar Darren yang harus dibersihkan. De

    Last Updated : 2024-02-11
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 85 Beda Situasi

    Dalam keadaan panik Darren dan masih memakai tuxedo pengantinnya memanggil Amaradium. Dia harus mencari tahu di mana keberadaan pengantin perempuannya. Bukan masalah karena dia mencintai. Tetapi kalau terjadi sesuatu kepada Aluna, maka habislah dia di depan Danita. Bisa-bisa wanita paruh baya itu akan mengamuk dan bahkan mungkin mengusirnya dari rumah. Lebih parahnya lagi jabatannya sebagai CEO bisa dicopot oleh Danita. Sebab sampai detik ini, kekuasaan tertinggi itu ada pada Danita. Untungnya Amarudin cepat menerima panggilan. Tanpa menjawab pertanyaan Amarudin, Darren pun malah balik bertanya dengan nada tinggi. "Amarudin, kamu tahu di mana istriku?!" tanya Darren membuat Amarudin terkesiap. Dia jadi bingung sendiri, apa yang sebenarnya terjadi sampai tiba-tiba saja Tuan mudanya bertanya ke mana sang istri. Padahal dia yakin semalaman mereka ada di kamar. "Bukannya Nyonya Aluna itu bersama dengan Tuan? Saya tidak tahu dan tidak melihat Nyonya Aluna pergi ke kantor. Maaf, Tuan. S

    Last Updated : 2024-02-17
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 86 Aku Khawatir!

    Darren tiba-tiba saja berlari dan menarik tubuh Aluna yang sedang terduduk, membuat gadis itu terkesiap. Amarudin yang ada di sana pun ikutan berdiri, takut jika terjadi pertengkaran hebat antara keduanya. Aluna benar-benar ketakutan melihat reaksi Darren yang tampak marah. Wajahnya memerah, alisnya saling bertautan dengan otot rahang yang begitu mengetat, menandakan sang pria yang ada di depannya ini benar-benar murka. "Apa yang kamu lakukan di sini, hah?! Kamu tahu? Seberapa khawatirnya aku mencarimu. Kenapa kamu pergi tanpa bilang-bilang?!" tanya Darren menyerocos dengan nada tinggi, membuat Aluna tertegun. Entah kenapa rasanya sakit sekali mendengar pertanyaan itu. Walaupun memang Darren khawatir, tapi bisakah pria itu bertanya baik-baik tanpa harus menyentaknya? Tanpa diduga mata Aluna langsung berkaca-kaca. Melihat itu Darren pun terkesiap. Dia melepaskan genggaman tangannya di bahu Aluna. Gadis itu meringis sakit karena Darren terlalu kuat memegang bahunya. Sang pria menggu

    Last Updated : 2024-03-09

Latest chapter

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 154 Manusia Transparan

    Aroma makanan yang menyerang itu membuat rasa lapar semakin menjadi. Bahkan suara perutnya terdengar. Gadis itu meringis sembari memegangi perut. Kalau sudah begini, apakah dia harus menyerah untuk keluar? Tetapi bagaimana kalau ternyata benar Darren ada di sana? Yang ada dia gengsi dan malu sendiri, sebab tahu kalau dirinya kabur tanpa pamit kepada bosnya. Bagaimanapun Darren itu adalah bosnya sendiri. Pasti akan ada kata-kata yang membuat Aluna kembali merasa sakit hati, tapi kalau diam saja pun dia pasti akan kelaparan dan entah sampai jam berapa pria itu akan ada di sini. Darren melihat ke sekitar, berharap kalau Aluna datang. Tetapi tidak juga keluar. Dia berbisik kepada mertuanya, apakah rencana yang tadi itu berhasil atau tidak."Aluna belum keluar, Bu?" tanya Darren memastikan."Sudah tenang aja, sebaiknya kamu makan, ya?" Amalia terlihat santai.Dia malah menyendokan makanan di piring menantunya. Sebab Amalia mengatakan kalau Aluna pasti akan keluar. Entah cepat atau lambat

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 153 Taktik Amalia

    Entah berapa lama Aluna menunggu di kamar. Tetapi dia kesel dan juga lapar kalau terus-terusan berada di kamar. Masalahnya gadis itu tidak mendengar suara mobil Darren menjauh, artinya sang suami masih ada di sini.Kalau begitu, dia terjebak di kamar dan tidak bisa ke mana-mana. Lalu, bagaimana dengan urusan perut? Cacing-cacing yang ada di perutnya juga sudah protes untuk diberi makan.Gadis itu mencoba mencari sesuatu di kamarnya, mungkin saja ada camilan atau setidaknya permen yang bisa dikunyah. Tetapi tak ada, sejak pernikahan dirinya kamar ini sudah benar-benar dibersihkan oleh ibunya dan yang tertinggal hanya barang-barang milik pribadi. Gadis itu menghela napas pelan, tak tahu apa yang harus dilakukan kalau sudah begini. Sementara itu Amalia saat ini sedang sibuk di dapur. Dia berusaha untuk memasak apa pun yang spesial untuk menantunya, karena dia juga tahu mana mungkin Aluna kuat seharian di kamar, apalagi kalau sampai mencium aroma masakan sang wanita.Mana mungkin Aluna b

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab152 Prestasi bagi Darren

    Amalia pun tidak bisa mengelak lagi kalau Darren sudah mengatakan hal seperti itu. Dengan senyuman tulus Amalia menganggukkan kepala, tetapi tidak mengatakan kalau Aluna ada di sini.Wanita paruh baya itu memberikan isyarat kepada Darren dengan menganggukan kepala dan mengacuhkan jari jempol ke arah kamar Aluna. Seketika pria itu tersenyum. Dia mengerti apa yang dikatakan oleh Amalia. Dengan suara pelan Amalia pun memberikan wejangan kepada menantunya itu. "Sepertinya dia masih merajuk. Kalau kamu mau, tunggu saja sampai sore di sini. Ibu akan siapkan kamar lagi di sini, kalau perlu kamu menginap saja. Lagi pula Aluna mana mungkin bisa tahan seharian di kamar. Bagaimana?"Mendengar itu Darren terdiam. Dia benar-benar takut dengan apa yang dikatakan oleh mertuanya. Pria itu pikir Amalia akan marah besar karena tahu mereka bertengkar. Padahal baru dua hari menjadi suami istri, tapi semua di luar dugaan. Amalia bahkan begitu bijak memberikan solusi terbaik. "Ibu tidak akan ikut campur

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 151 Mencari Aluna (2)

    "Kamu mau makan sesuatu?" tanya Amalia saat melihat Aluna yang hanya berdiam diri."Tidak, Bu. Aku hanya istirahat sebentar, kok," ucap gadis itu. "Ya, sudah kalau begitu. Sebaiknya kamu ke kamar saja." Aluna setuju. Mungkin memang sebaiknya dia menjernihkan pikiran sebentar di dalam kamar, tempat ternyaman yang tidak ada siapapun mengganggu. Baru juga 10 menit wanita itu tiduran di kamar, tiba-tiba saja suara deru mobil terparkir di depan rumah Amalia. Sang wanita paruh baya langsung melihat dan yang keluar dari mobil ternyata Darren. Dengan cepat wanita itu menyambut kedatangan menantunya."Nak Darren? Tumben ke sini? Memang sudah pulang kerja?" tanya Amalia.Sebenarnya dia hanya basa-basi, sebab tahu kalau menantunya ini pasti akan menjemput Aluna. Tetapi dia tidak mau ikut campur terlalu jauh. Kalaupun memang ada masalah, biarkan saja seperti ini. Lagi pula mereka sudah berumah tangga, hal yang wajar jika ada pertengkaran kecil. Berharap ini tidak akan membuat hubungan mereka m

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 150 Mencari Aluna (1)

    "Baiklah, Bu. Aku tidak akan menginap Aku hanya ingin istirahat di sini aja, boleh?" tanya Aluna, akhirnya memilih untuk mengalah. Dia tidak mau membuat ibunya semakin kepikiran. Aluna yakin, ibunya pasti mengatakan hal itu untuk meminimalisir pertengkaran antara dirinya dan Darren. Bisa gawat juga kalau Danita bertengkar dengan Amalia karena mengizinkan seorang menantu kabur dari rumah mertua tanpa mengatakan apa-apa. "Baiklah kalau begitu. Sebaiknya kamu duduk saja dulu. Istirahatlah sebisanya. Setelah itu kamu kembali kepada suamimu, ya?" ucap Amalia yang membuat Aluna hanya bisa terdiam. Tampaknya sekarang dia harus mencari tempat persembunyian yang sekiranya tidak akan diketahui oleh siapa pun, terutama Darren. Karena kalau dia pergi ke rumah ibunya ataupun bersama dengan Alika, itu pasti akan mudah sekali terbaca oleh Darren. Gadis itu menghela napas panjang dan memilih untuk menyandarkan punggung. Dia akan istirahat dan menenangkan pikiran dulu, sampai benar-benar tahu baga

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 149 Bersembunyi

    Sudah 10 menit berlalu, tapi tidak ada kabar dari Aluna. Darren mulai uring-uringan. Dia sudah berusaha untuk meminta Alika mencari Aluna, sayangnya belum juga ketemu. Kalau sudah begini maka kejadiannya akan benar-benar membuat Darren bahaya. Bagaimana kalau Danita tahu kejadian tadi? Bisa-bisa dia akan dimarahi habis-habisan, lebih parahnya warisan yang seharusnya milik Darren akan dibekukan. Membayangkannya saja membuat Darren tak kuasa, apalagi kalau jadi kenyataan. Darren mengerang dan mengacak-ngacak rambut yang sudah disusun rapi. "Ah, sial! Kalau sudah begini, aku harus turun tangan sendiri," ucap pria itu. Dia pun tidak mau menunggu kabar dari Alika ataupun Amarudin, dia akan mencari Aluna bagaimanapun caranya Darren harus bertemu dengan Aluna dan membawa gadis itu pulang. Sementara itu, Aluna sama sekali tidak kembali ke kantor dan memilih untuk pulang ke rumah ibunya. Dia akan berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan ibunya, berharap kalau di sana mendapat ketenang

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 148 Bahan Gosip

    "Lo tahu ngga? Tadi itu Bu Aluna keluar dari ruangan Pak Darren dengan wajah marah. Terus tak lama kemudian Pak Darren juga keluar, dia malah kebingungan." Tak sengaja Alika mendengar pembicaraan salah satu rekan kerjanya yang tempat duduknya bersebelahan dengan dia. Sontak Alika pun menoleh dengan alis saling bertautan. "Tunggu, tunggu, tunggu! Kalian berdua lagi ngomongin apa?" tanya Alika membuat kedua wanita itu langsung menoleh. "Ini temen lo tuh, Aluna. Katanya udah keluar dari kantor Pak Darren dengan wajah marah. Apa mereka bertengkar, ya?" tanya salah satu di antara mereka kepada Alika, membuat sang gadis kaget. "Salah lihat kali," ucap Alika, karena nggak mau sampai salah bicara atau diam saja. Takut jika rekan-rekan kerjanya berpikiran macam-macam terhadap dua orang itu. "Mana mungkin salah lihat! Orang gue lihat sendiri, kok," timpal salah satunya yang sedang berdiri. "Bu Aluna kan teman lo, apa nggak sebaiknya lo cari tahu? Jangan-jangan mereka sedang bertengkar ata

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab147 Salah Ucap

    Darren dan Aluna saling pandang. Pria itu tampaknya benar-benar baru sadar apa yang sudah dikatakannya barusan. Apalagi melihat Aluna yang marah dengan wajah memerah, dia itu juga melihat kalau sang gadis mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ini bahaya. Jika seorang Aluna bisa marah seperti ini, artinya dia sudah keterlaluan mengatakan hal tadi. "Aluna, dengarkan aku dulu. Tadi itu--" "Nggak, Pak. Cukup! Saya sudah mengerti. Bapak menilai saya serendah itu. Padahal Bapak sendiri yang membuat aturan, tapi Bapak yang melanggarnya. Harusnya Bapak sadar, kalau bukan karena saya mungkin saat ini Bapak masih dikejar-kejar untuk mencari jodoh." "Iya, aku tadi salah. Aku benar-benar minta maaf dan tidak sengaja mengatakan itu." "Tidak sengaja, Pak? Bapak spontan mengatakan itu sambil tertawa. Itu membuat harga diri saya diinjak-injak." "Loh, aku tidak menginjak harga dirimu. Aku benar-benar menghormatimu, bahkan aku khawatir terjadi sesuatu kepadamu. Sampai mencari ke mana-mana."Al

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab146 Bapak Pikir Lucu?!

    Darren langsung memundurkan tubuhnya, tapi dia masih menatap gadis itu dengan tajam. Entah kenapa reaksi yang diberikan oleh Darren membuat Aluna ketakutan sendiri. Mungkinkah pria itu tahu kalau dirinya tidak ada di pantry saat itu. "Jangan bohong! Aku tadi ke pantry dan tidak ada siapa-siapa." Seketika Aluna hanya bisa terdiam, suaranya tidak keluar sama sekali menandakan kalau dirinya benar-benar sudah terpojok. Gadis itu merutuki diri, tapi juga tidak tahu harus berbuat apa-apa. Sebab dirinya malu jika berhadapan dengan Darren. Saat ini saja kalau Darren tidak memberikan ekspresi marah, mungkin kelebatan saat mereka melakukan adegan ciuman itu akan kembali terulang. "Katakan, Aluna. Kenapa kamu menghindariku? Apa gara-gara aku menciummu?"Tubuh Aluna menegang. Wajahnya saat ini benar-benar memerah. Haruskah Darren mengatakan hal seperti itu di depan gadis yang belum pernah tersentuh oleh pria manapun? Ini memalukan untuk Aluna. Gadis itu sampai menunduk karena malu. Melihat r

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status