Share

Part 17 Menyerah

Penulis: Rita Febriyeni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ini uangku, Mas

Part 17 (menyerah)

"Aku nyerah, Mas, aku tak sanggup lagi menjalani rumah tangga ini. Kurelakan dirimu mencari penggantiku," ucapku tegas. Ingin menangis tapi kutahan sekuat hati. Rasa kesal dibohongi dan ia memakai uangku. Sulit kugambarkan betapa kesalnya yang kurasakan. Sangat kesal.

Tidak ada yang ingin bercerai. Dulu saat pilihanku jatuh pada mas Aga, aku sudah siap dengan segala resiko. Tapi kenyataan tak semanis bayanganku. Dengan diam diperlakukan seperti babu di rumah ibunya, mas Aga mengangap itu hal yang biasa dialami menantu.

"Mitaaa, tolong ngertiin aku, aku tak sanggup melihat Ibuku menderita." Wajah mas Aga memelas.

"Kamu tak sanggup lihat Ibumu menderita, jika aku yang menderita tidak masalah gitu?" Mataku tak lepas dari suamiku. Sial, mataku berkaca juga akhirnya.

Mas Aga menghela nafas panjang. Duduk di tepi ranjang, sesekali ia menjambak rambutnya tanpa melihatku.

"Satu hal lagi, aku tidak mau berhubungan keluarga dengan Ima adikmu." Sengaja kusebu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ini Uangku, Mas!   Part 18 Curhat

    Ini uangku, MasPart 18 (curhat/pov Aga)Pov AgaSukurlah aku dapat pinjaman uang. Akan kuperlihatkan ke Mita, uangnya bisa kuganti cepat agar ia tak merendahkanku."Makasih ya, Dam, nanti gajian kubayar uangmu." Kumasukan uang itu ke saku celana. Tadi sudah kukirim pesan ke Mita bahwa uangnya yang terpakai sudah bisa kuganti. Tapi tak dibalas.Rasanya harga diriku diinjak. Kukira ia bisa menolongku karena istri. Tapi aku salah, dengan terusirnya kami, ia memendam sakit hati dan sepertinya tidak bisa diobati. Kukira Mita wanita yang sabar dan pengertian. Baru semalam kami tinggal di rumah orang tuanya, ia seperti tak menghargaiku lagi. Mentang-mentang aku tak bisa membelikannya perhiasan seperti orang tuanya. Seharusnya ia sadar kemampuanku dari awal menikah hanya seperti ini. "Kusut kali mukamu, Ga?" Adam melirikku sebentar, lalu sibuk lagi mencatat orderan barang."Itulah, Dam, pusing aku, pulang merasa tak nyaman," jawabku sambil duduk setelah mengeluarkan barang dari gudang."Ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 19 Antara istri dan ibu

    Ini uangku, MasPart 19 (antara istri dan ibu)Pov Aga (2)"Gimana, Ga? Bisa bawa Mita balik lagi ke sini? Ibu nggak sanggup, capek." Mata sayu, ibu berbaring menatapku.Apakah dengan kehadiran Mita di rumah ini lagi bisa memecahkan masalah ibu? Terus bagaimana dengan Mita? Aku tak yakin ia mau kembali setelah diusir.Kuhela nafas berat. Mau jawab jujur tak mungkin. Aku masih menenggang perasaan ibu, karena penyebab Mita minta cerai karena uangnya kupakai untuk ibu. "Mungkin Mita nggak mau ya, setelah Ibu dan Ima usir, ini salah Ibu juga membela Adikmu." Ibu menduga sendiri tanpa kujawab."Ibu istirahat saja, nanti kucoba bicara dengan Mita, mau kuambilkan nasi Ibu?" Tadi ibu tak jadi makan karena mendengar perkataan Ima. Tentu ibu sedih, Ima anak yang paling disayang dan dimanja dari kecil."Kamu sudah makan?""Kita makan bersama yok, Bu?" ajakku.Kini, kami sudah duduk di meja makan. Ima dan Mimi sedang berselfie ria di ponsel. Kulihat di meja makan, ada tiga potong ikan asin dan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 20 Oke, kucoba, Mas

    Ini uangku, MasPart 20 (oke! kucoba, Mas)Tadinya aku sudah siap dengan perceraian. Menyerah, itulah yang kurasakan. Masalah ini bertahun-tahun hingga aku selalu harus mengalah karena aku seorang menantu dan istri. Apakah setiap istri yang tinggal di rumah mertua harus ditindas seperti pembantu dan tak dihargai? Salahkan suami memberi nafkah ke istri karena itu kewajibannya? Kenapa ibu mertua menganggapku seperti saingannya? Jika itu suatu tradisi, apa gunanya berumah tangga hanya membawa sengsara. Ini bukan zaman di mana istri selalu takut bertindak. Istri juga punya hati dan perasaan."Baiklah, aku setuju asalkan kita tidak bercerai, ingat Mit, Tia masih butuh kita." Mas Aga menatapku dalam. Matanya berkaca, tak pernah kulihat ia seperti ini. Apakah ia bisa memegang kata-katanya?"Tidak ada yang ingin bercerai, Mas, aku hanya menyerah karena lelahnya hati, kupinta kamu bisa mengambil sikap, hanya itu," bathinku, lalu membalas pelukan mas Aga.Mungkin lelaki seperti mas Aga, ibarat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 21 Mendadak kedatangan Ima

    Ini uangku, MasPart 21 (mendadak kedatangan Ima)Kusetujui untuk mencoba mengontrak ajakan mas Aga. Tapi tak mungkin ngontrak bisa dua ratus ribu sebulan, seperti apa kontrakkan yang akan kami tempati. Ini lah bentukku membantu selagi aku bisa, dengan lima ratus ribu sebulan, mungkin agak mendingan. Mungkin saja."Baiklah, Mas, kamu cari kontrakkan itu dulu, bawa aku melihatnya jika sudah dapat, setelah itu baru minta ijin ke orang tuaku.""Iya iya, Mit, besok aku usahakan tanya atau ijin kerja setengah hari mencari kontrakan. Terima kasih ya, kamu bersedia membantuku." Mata mas Aga terlihat senang karena idenya kusetujui. Mungkin inilah rumah tanggaku yang sebenarnya. Rumah tangga tanpa campur tangan orang tua atau pun saudara suamiku. Hanya ada kami suami istri dan anakku. Jika ada masalah diselesaikan berdua. Ini juga lah yang ingin kucoba mempertahankanya. Mencoba.Apakah jadi wanita itu harus dituntut bersabar? Atau memang status istri itu harus diam menahan hati? Padahal wanit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 22 Minta Izin

    Ini uangku, MasPart 22 (minta izin ke orang tuaku)"Okeh, aku akan bilang Mas Aga agar kamu segera diceraikan, Uh!" ucap Ima lantang, lalu kue bawang yang dibawanya itu langsung diambil lagi. Tentu sayang jika ditinggal. Ima tak akan mau rugi, seperti itulah yang kutahu."Hey! Kamu ngapain di rumahku?" Ibu melangkah masuk."Tenang aja, aku juga akan pergi," jawab Ima melangkah ke pintu."Jangan pernah ke sini lagi, bilang Ibumu juga!" teriak ibuku melihat Ima berlalu."Anak dan Ibu sama pelitnya!""Hus hus, sana pergi." Ibu juga tak tinggal diam.Kini Ima telah pergi. Sepertinya ia tak mau meladeni ibuku. Lalu ibu menatapku tapi aku tak kuasa membalas. Nyaliku langsung menciut. Pasti aku diomelin."Nah gitu dong, pintar dikit menjawab, jangan takut, kalau kamu takut ujung-ujungnya diinjak, makanya diperlakukan seperti babu di rumah mertua. Ambil sikap tegas, jangan mewek." Lalu ibu berlalu dari hadapanku.Aku terpana mendengar ucapan ibu. Tumben ibu mendukungku. Mendadak kesalku berk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 23 Maaf, Mas, idemu tak sejalan denganku

    Ini uangku, MasPart 23 (Maaf, Mas, idemu tak sejalan denganku)Aku bangkit berdiri. Menarik nafas dalam, aku berusaha sabar. Astagfirullah'alazimm, kuurut dada sambil mengucap."Loh, kok malah mengucap, Mit? Apakah aku salah?" Alis mas Aga bertaut melihatku."Sebaiknya kamu aja yang ngontrak," jawabku.Mas Aga langsung berdiri. "Kamu kan Istriku? Kok malah nyuruh aku ngontrak sendiri, kata kamu mau kuajak ngontrak dengan semampuku.""Aku punya anak perempuan, SATU! jika kamu bawa kami ke rumah yang kurasa tidak aman, itu sama artinya aku mengorbankan putri kita!""Tunggu tunggu, aku juga tak ingin putri kita dalam bahaya, jadi apa hubungannya?"Kenapa pikiran lelaki yang berstatus suamiku ini pendek. Ia kepala rumah tangga, tapi kenapa aku merasa itu hanya sebutan saja.Biasanya lelaki berpikir dengan otak dan wanita dengan perasaan, mungkinkah aku salah. Tapi kenapa itu tak seperti yang sering dibilang ibuku? Atau aku salah dalam menyikapinya."Kamu bawa kami ke rumah dekat sungai,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 24 Tindakan

    Ini uangku, MasPart 24 (Tindakan)"Terus aku gimana, Mit? Coba kamu jadi aku, apa bisa melihat Ibumu menderita?" Suara mas Aga ikutan lantang."Menderita? Tinggal bersama putri kesayangan bisa menderita juga? Yang salah tu Ibumu atau Ima?""Yang salah tu kamu menghalangiku mengurus Ibuku!" Urat leher mas Aga timbul berucap."Kamu menyalahkanku? Kamu yang urus Ibumu atau menyuruhku yang ngurus? Pergi pagi pulang sore, siapa yang ngurus Ibumu kalau bukan aku! Kamu kira aku mau jadi babu lagi.""Aku nggak nyangka kamu tega padaku. Selama ini kukira kamu Istri yang nurut serta ngerti aku, tapi aku salah.""Yang buat salah itu kamu, aku sudah capek jadi babu dan diusir seperti tak berharga. Jika kamu mau ngurus Ibumu, sana! Nggak usah bawa aku!""Cukup Mita!""Kamu yang cukup, Mas! Mau menyalahkanku atas perbuatan adikmu yang tak becus mengurus ibumu, enak saja, Jika aku penghalangimu mengurus Ibumu, tinggalkan aku, beres kan?"Enak saja menyalahkan aku. Sulit mengendalikan amarah. Aku ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ini Uangku, Mas!   Part 25 Kenapa sewot, Mas

    Ini uangku, MasPart 25 (Kenapa sewot, Mas?)"Mungkin kamu salah lihat, Nak. Papanya Mimi kerja di Kalimantan, mungkin juga itu hanya mirip," ucapku tak yakin. "Coba nanti Mama lihat sendiri, kok bisa mirip seperti kembar?" Tia masih kukuh dengan apa yang dilihatnya.Rasanya tak mungkin. Anak Yuni sepertinya seumuran dengan Mimi. Lagian jika benar suami Yuni adalah Ipul suaminya Ima, kenapa juga anak mereka bisa seumuran."Nanti Mama coba lihat, sekarang habisin pizzanya."Dua potong pizza kuletakkan di meja tudung saji. Ini untuk mas Aga. Jika aku makan enak, tentu suamiku juga ikut menyicipi. Itulah rumah tangga sebenarnya menurutku. Sama susah dan sama-sama merasakan bahagia.***"Ini kopinya, Mas," ucapku meletakkan secangkir kopi di meja."Makasih, Mit," jawab suamiku sambil membuka sepatu."Pa, ini." Tia meletakkan piring berisi dua potong pizza di meja depan mas Aga."Pizza?" Mas Aga melotot. Tapi kenapa melotot?"Iya, Mas, tadi aku pesan pizza," jawabku."Enak, Pa," sahut Tia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Ini Uangku, Mas!   Part 62 Ending

    Ini uangku, MasPart 62 ( ending )Sulit kuungkapkan kata-kata betapa terkejutnya aku dengan lamaran ini. Istri mantan suamiku ingin melamarku? Ide gila macam apa yang ada dipikiran Bulbul dan mas Aga. "Ini pasti lelucon. Bul, kamu sadar dengan maksud kedatanganmu?" Kuulangi bertanya.Bulbul menatap mas Aga sebentar. Mas Aga justru menatapku. Netranya membicarakan betapa ia menginkanku lagi jadi istrinya. Namun, tidak di diriku."Aku sadar, Kak. Kita berbagi suami, dan ini juga banyak terjadi di luar sana.""Aku akan berusaha adil, Mit," ucap mas Aga. Tak ada rasa bersalah dan ia berucap seperti seorang lelaki yang kuharapkan lagi seperti dulu. Justru dengan keadaan seperti ini membuatku semakin tak suka.Di cerbung yang kutulis. Ada beberapa kisah pelakor dengan judul 'Anaknya mirip suamiku' dan 'Acara di rumah ibumu'. Di sana kutulis ada yang terinspirasi dari kisah nyata. Tapi itu hanya cerita yang kugabung dari beberapa kisah. Intinya aku tak suka jika berbagi suami walaupun buka

  • Ini Uangku, Mas!   Part 61 Lamaran

    Ini uangku, MasPart 61 ( lamaran )"Dasar si Aga, siang hari mabuk, apa nggak punya malu," cerocos Ibu sambil meletakan secangkir kopi."Sudah, Bu, yang penting sekarang sudah aman," kata ayah."Iya, tapi tetap aja bukan contoh yang baik, lah mabuk terlihat Tia, apa dia nggak mikir, bodoh dipelihara.""Sst!" Ayah menempelkan telunjuk depan bibir menyuruh ibu diam. "Ada Tia, Bu, kasihan," ucap ayah melirik Tia yang sedang duduk di sampingku. Tentu kami menyimak obrolan ibu dan ayah.Kulihat Tia, ia seperti memikirkan sesuatu, pasti tentang papanya. Seharusnya ia tak melihat mas Aga mabuk. Dan ini pertama kalinya kulihat mantan suami seperti itu. Apakah karena ada masalah. Setahuku ia bukan tipe lelaki peminum alkohol.Mungkinkah tentang pelet itu benar? Kasihan Bulbul. Ia masuk ke keluarga yang salah. Seandainya sikap Ima dan ibunya berubah, aku yakin Bulbul bahagia bersama mas Aga. "Ma, jadi orang mabuk seperti Papa itu ya?" tanya Tia."Ya, tapi nggak usah dipikirkan," jawabku. "K

  • Ini Uangku, Mas!   Part 60 Kesadaran Dalam Musibah

    Ini uangku, MasPart 60 ( kesadaran dalam musibah )Pov BulbulDulu, aku tak peduli dengan kata cinta. Tujuan menikah dengan mas Aga sekedar ingin punya keturunan. Hidup sebatang kara. Berjuang sendiri agar dihargai. Dari kecil hinaan terus kuterima dengan sakit hati. Orang tuaku selalu mengajarkan, 'buktikan kamu sukses dengan pikiran, jika fisik yang kamu sesali berarti kamu membenci pemberian Tuhan', itulah yang selalu kutanamkan. Hingga menata hati tak akan pernah mencintai lelaki mana pun."Mas, ayo pulang." Kutarik tangan mas Aga. Ia masih suamiku, jika pernikahan ini karena pengaruh pelet, itu bukan salahnya."Bul, itu Mita kan?" Mas Aga menunjuk kak Mita. Bau minuman alkohol menyengat dari mulutnya. Dulu aku tidak cemburu karena aku tahu mereka sudah bercerai. Kak Mita tidak pernah menunjukan ingin rujuk. Itulah kenapa aku bisa menerima dengan akal sehat. Namun, kali ini aku cemburu. Aku tak rela melihat suamiku masih mengharapkan mantan istrinya. Apakah 'cinta' tak pernah b

  • Ini Uangku, Mas!   Part 59 Kacau

    Ini uangku, MasPart 59 ( kacau )Pov Aga_2Apa yang terjadi padaku? Kenapa Bulbul? Ah! Aku bingung. Rasa ingin jauh darinya. Kok mendadak rasaku bisa berubah dengan sekejap. Rasa cinta dan menggebu berubah seiring melihatnya tampak beda hari ini."Bu, Ima, ada apa dengan Mas Aga? Kenapa ia terlihat aneh hari ini?" Bulbul bertanya seolah ia istriku. Maksudku istri yang kucinta. Ah! Aku sulit menjelaskanya."Bulbul, mungkin Aga kurang enak badan," jawab ibu."Ibu, i-ini kenapa? Aku aku ...." "Sudahlah, Mas, ayo duduk dulu." Ima menarik tanganku."Ima, kenapa temanmu sekamar denganku?" bisiku saat melangkah ke kursi."Bulbul istrimu, Mas," jawab Ima juga berbisik."Nggak mungkin! Tapi bukan yang itu!" ucapku lantang karena tak menerima semua ini. Aku tak ingin menikahi Bulbul, lagian bukan Bulbul yang ini yang ingin kujadikan istri."Kecilkan suaramu, Mas." Ima berbisik menekan suara agar tak didengar Bulbul. "Apa yang tidak mungkin, Mas Aga?" tanya Bulbul. Kupalingkan ke belakang,

  • Ini Uangku, Mas!   Part 58 Astagfirullahalaziim

    Ini uangku, MasPart 58 ( pov Aga : Astagfirullah'alaziim! )Pov Aga"Mita! Tunggu dulu, aku belum selsai ngomong!"Mita terus melangkah memasuki pagar rumahnya."Mita! Atau seperempat aja bagianku! Aku butuh buat membahagiakan Bulbul, Mita!""Jangan teriak-teriak!" bentak Mita tanpa menoleh padaku."Maka dengarin, bukan pergi gitu aja.""Brisik!" Prak!Pintu dihempaskannya ditutup."Mita! Mita!"Ia tak peduli dengan panggilanku. Justru hempasan pintu yang kudapat seiring bentakannya. Dasar maruk!"Mita!"Sekencang apa pun aku memanggilnya, tetap saja ia tak peduli. Padahal sudah kuberi ide bagus agar kita sama-sama adil dalam memiliki Tia. Tanpa aku Tia belum tentu bisa ada di dunia ini, bibitku hebat bisa mempunyai anak berbakat. Seharusnya Mita menyadari itu.Kemana lagi kucari uang biar bisa beli mobil. Bulbul pasti senang jika aku juga mampu. Dengan gajiku tak akan cukup. Lagian ibu dan Ima juga harus kubiayai, belum lagi makan Mimi juga banyak. Ima dan Mimi sama banyak makanny

  • Ini Uangku, Mas!   Part 57 Bicara Pikirkan Dulu

    Ini uangku, MasPart 57 ( bicara dipikirkan dulu )Aku tak ingin masuk ke lubang yang sama. Bertahun-tahun sudah cukup bagiku mengenal ibu mantan mertua dan Ima, apa lagi mantan suamiku. Jika ia mengakui dosanya, itu bukan urusanku karena yang diperbuat itu lah yang dipetik.Hanya prihatin. Aku tak ingin ikut campur dengan urusan yang bukan urusanku. Jika pernikahan mas Aga dengan Bulbul di luar kesadaran mas Aga, yang patut dipersalahkan adalah ibunya dan adiknya. "Mita.""Astagfirullah'alaziim." Aku mengucap terkejut. Tiba-tiba pundakku ditepuk ibu dari belakang."Melamun aja, mikirin apa?" "Oh, nggak, nggak ada, Bu," jawabku lalu pura-pura sibuk melihat layar ponsel. "Kamu tu lahir dari rahim Ibu, kamu sedang bohong, pura-pura, sedih, atau menyembunyikan sesuatu, Ibu pasti tau."Tuh kan, sudah berusaha menghindari, tetap saja ibu tahu. Sebenarnya malas bicara jujur. Ujung-ujungnya aku pasti kena semprot jika membahas tentang keluarga mantan suamiku."Ya udah, tapi ingat, serapi

  • Ini Uangku, Mas!   Part 56 Sedih lihat anak

    Ini uangku, MasPart 56 ( pov bu Ros: aku yang lebih tersiksa melihat penderitaan anak-anaku )Melangkah pulang dengan hati kecewa. Mita menolak rujuk dengan Aga. Apakah sesulit itu baginya memaafkan yang terjadi? Atau aku yang tak menyadari penderitaanya selama ini?Di mana-mana, menantu yang kerjakan semua pekerjaan rumah suatu hal yang biasa. Itu gunanya ia tinggal di rumah. Tapi kenapa Mita seperti aku memperbudaknya? Apakah karena selama ini Ima juga ikut adil dalam memerintah? Kuakui, Ima punya sifat semena-mena akibat kumanjakan. Dulu saja aku hampir sakit saat Mita terusir dan aku lah yang mengerjakan semuanya. Apakah aku salah mendidik anak?"Ibu dari mana? Lihat Ima belum berhenti menangis seperti anak kecil, telingaku sakit!" Bulbul berdiri berkacak pinggang. Aku baru masuk langsung disambut dengan omongan tak enak. Ia berlagak seolah nyonya besar dan aku pembantunya."Itu aja kamu sewot," jawabku berusaha mengabaikanya."Lah iya lah aku sewot, Ima sangat berisik! Aku ing

  • Ini Uangku, Mas!   Part 55 Maaf?

    Ini uangku, MasPart 55 ( maaf )"Jangan menangis, Ma," ucap Tia menatapku.Aku duduk menyeka air mata. Rasa khawatir, takut jauh dari putriku. "Nak, jika suatu saat kamu tak nyaman bersama Mama, bicara lah." Kubelai pipi Tia."Mama bicara apa sih? Justru aku takut membebani Mama, aku hanya ingin Mama, aku juga sayang Papa, tapi kenyamananku bersama Mama."Ya Allah, terima kasih tidak menjauhkanku dari putriku. Hamba mohon, jangan pernah pisahkan kami. Tapi seandainya maut memisahkan, biarkan putriku di tangan orang yang tepat hingga hidupnya tak teraniaya. Pengalaman berumah tangga dan tinggal di rumah mertua sudah cukup memberiku pelajaran tentang hidup sesungguhnya.Jika dulu aku berpikir logis. Cinta tak cukup membuat bahagia, lingkungan saling menghargai itu penting. Seandainya sudah menjadi seorang ibu, tak ada yang lebih penting dari anak. Mantan suami ada, tapi mantan anak tidak akan pernah ada. Satu hal yang kuabaikan, firasat orang tua itu benar. "Mita! Mit!"Ibu memanggil

  • Ini Uangku, Mas!   Part 54 Muak

    Ini uangku, MasPart 54 ( pov Aga: aku muak dibilang anak durhaka!)"Kok diam, Bu? Ada apa dengan tiga hari lagi?" tanyaku lagi karena belum dijawab."Oh, itu, Ga, tiga hari lagi Ibu berencana mengadakan syukuran buat pernikahan kalian," jawab ibu."Iya, Mas, warga sini juga harus tau kalau kamu bukan suami Mbak Mita lagi, tapi suami Bulbul," ucap Ima."Tapi aku tak punya uang buat acara syukuran, Ibu tau itu kan?"Buat apa mengadakan acara syukuran jika yang datang dikasih makan angin. Aku tak yakin Bulbul mau, uangnya banyak terpakai."Nanti kita bicarakan lagi ke Bulbul, mana tau ia mau.""Jangan, Bu, aku tak enak dengan Bulbul, pasti ia marah dan aku nggak mau ia malah minta cerai, aku cinta Bulbul, Bu."Jujur dan terbuka lebih baik. Biar hati merasa lega. Lagian yang memperkenalkan Bulbul adalah Ima. "Mas Aga! Kok malah lemah gitu? Jadi laki ya harus tegas, lawan rasa lemahmu."Ima ngomong aja yang bisa. Apa ia merasakan yang kurasakan? Hati ini betul-betul terpaut pada Bulbul.

DMCA.com Protection Status