Share

Rumah Untuk Risau

Penulis: Salim
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-28 11:00:12
Rai diperbolehkan beristirahat di dalam rumah. Kerja kerasnya tidak sia-sia, dia dapat menyelesaikan latihan ini dengan cepat, walaupun aku tahu tidak ada teknik yang sempurna dalam waktu singkat.

"Kau lama sekali, Indra." Risau berjalan bergayak memasuki rumah, dia menemani Rai. Aku tahu maksud perkataannya tadi, dia mengejekku.

Aku mengikat kain hitam, menutupi kedua mataku. Penglihatanku kembali gelap, tidak nampak apapun. Hujan belum redah, terus menyerbu tubuhku. Badanku menggigil, kulit pucat.

Angin menggoyang daun, menimbulkan suara khas. Tetesan air hujan, monyet, burung, dan rusa, suaranya terdengar jelas di telingaku.

"Tolong ambilkan aku air, Risau." Itu suara Rai, dia menyuruh Risau mengambilkan air untuknya.

"Ok." Risau menjawab singkat.

Badak itu tidak menolak ataupun mendumel diperintah Rai, coba saja kalau aku, dia pasti memaki aku.

Semakin fokus, pendengaranku semakin luas dan nyata. Aku seakan dapat melihat pergerakannya, mengetahui gerak-gerik mereka semua.

Rai mem
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Latihan Hari Ketiga

    Fajar menyingsing jernih dan dingin, mengisyaratkan akhir musim panas, daun-daun menghijau, melambai-lambai, menampung sisa air hujan semalam, air itu mengalir sampai ke ujung daun, kemudian menetes ke kubangan, menimbulkan gelombang kecil. Suaranya terdengar damai, diiringi dengan cicitan burung. Matahari bersinar lembut, cahaya redup tertutup awan abu, rumput halaman basah. Rumah Same memang terlihat doyong, akan tetapi rumah ini bertahan dari hujan lebat. Aku duduk di atas batu besar di pinggir kolam ikan, airnya sangat jernih."Dimana Same?" Rai duduk di sampingku, memberi makan ikan."Aku tidak tahu, dia sudah biasa terlambat." Aku mengambil sedikit umpan ikan, memberikannya pada kolam yang baru.Risau keluar rumah. "Mana rumahku, kok belum jadi." ucapnya.Rai melirik aku. "Apa yang dia katakan.""Dia menanyakan rumahnya, kenapa kita belum membuatnya." "Kamu sudah tidak sabar mempunyai rumah baru ya, Risau." kata Rai santai."Kata Rai, kamu cerewet." Aku menteranselit."Hei." Ra

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-29
  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Jebakan

    Pohon di hutan ini tidak rapat, mereka tumbuh berjauhan, tidak terlalu tinggi dan luas. Daunnya rontok dan kering, menutupi tanah.Sepanjang perjalanan, kami tidak menemukan hewan, biasanya monyet bergelantungan di atas pohon, burung-burung bertengger, dan rusa sedang memakan rumput. Mereka menuruti perkataan Same, tidak boleh keluar rumah.Same menyukai binatang, dia mengerti perasaan binatang, keinginannya, dan memahami bahasanya. Same bagaikan raja rimba di hutan ini, mereka menyayanginya.Pohon yang terikat kain berwarna kuning itu tidak terlalu besar, daunnya juga tidak lebat. "Aku saja yang melakukannya, Rai." Kakiku menyiak daun kering yang menumpuk, aku mendekati pohon itu.Suasana sepi, hanya kami berdua di sini. Tidak ada yang perlu ditakuti, ini lebih baik, tidak ada yang mengganggu kami menjalankan tantangan ini, kami akan menyelesaikannya dengan cepat.Setengah hari, itu batas waktu yang sangat lama. Same meremehkan kemampuan kami. Aku juga tidak butuh bantuan badak itu,

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30
  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Perangkap yang Membunuh

    "Sedikit lagi kita sampai atas, Rai." Aku bersemangat, akhirnya sekian lama kami memanjat, aku bisa dapat melihat matahari lagi."Cepat Indra, keringatmu mengenai wajahku." Rai berseru, dia menunggu naik.Aku lanjut memanjat tebing. Untung saja Same membuat lubangan untuk kami berpegangan, kalau tidak kami bisa mati dalam sumur ini, tidak ada udara, pengap.Aku terlentang, napasku memburu, wajah berkeringat, baju basah. Mataku melihat awan putih yang berarak di langit biru. Cuaca hari ini panas, matahari bersinar terang, sulit sekali memandang.Rai duduk dengan kedua kaki diluruskan ke depan. Kedua pedangnya tergeletak di samping. Wajah Rai memerah, dia berusaha mengatur napasnya.Akhirnya kami berhasil keluar dari lubang sumur. Menghabiskan banyak waktu untuk memanjatnya. Waktu kami sampai tengah hari. Aku kira latihan ini akan selesai dalam waktu 3 jam, aku meremehkannya."Kita istirahat dulu sebentar, Indra." ucap Rai.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Pilihan yang Sulit

    "Terima kasih, Rai." Dadaku berdebar, napasku tersengal, tetapi aku harus tetap lari. Pandanganku fokus menatap pohon, tidak berbalik, tidak menoleh kanan-kiri.Aku menghindari semua serangan, Rai membantu dari jauh, memotong benda tersebut sebelum mengenaiku.Jarakku semakin dekat, tinggal beberapa langkah lagi sampai ke tempat tujuan, jari kukepal erat-erat, ini saatnya, tidak ada waktu lagi, aku harus lompat dari sini.Bummm! Aku berhasil memukul pohon itu. Batangnya retak, tetapi tidak cukup kuat untuk menumbangkannya."Indra, awas!" Rai berseru.Tiga buah pisau dan satu gerigi besi melayang dengan cepat menyerangku. "Kazakiri!" Rai mengeluarkan jurusnya.Sebilah angin itu meluncur mendekatiku, akan tetapi lama-kelamaan teknik itu menghilang. "Teknikku tidak sampai." ucap Rai kecewa.Aku menelan ludah, bagaimana ini? Tidak ada jalan untuk kabur, bersembunyi di balik pohon pun percuma, benda lain tetap menye

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Putus Asa

    Aku kira tombol kunci untuk mengaktifkan jebakan ini berada jauh di depan kami, atau entah berantah posisinya tersembunyi, tapi ternyata benda itu berada tepat di kaki Rai. Kami tidak menyadarinya, sibuk memikirkan cara yang tidak tahu solusinya.Ketika Rai mengangkat kakinya. Asap tebal menyelimuti kami. Aku tidak bisa nampak sekitar, mataku perih kemasukan asap. Aku tidak tahu apa rencana Same kali ini, kenapa dia membuat bom asap, efeknya tidak akan lama dan akan memudar. Kami bisa menumbangkan pohon itu dengan mudah. Namun, pemikiranku salah, rencana Same sulit ditebak.Setelah asap meredah. Lapangan luas yang dipenuhi dedaunan kering itu berubah menjadi tempat kuburan untuk kami. Same benar-benar ingin membunuh. Lihatlah, gerigi besi perlahan menerobos tanah kempuh selebar lapangan ini, ujung-ujungnya mengkilap terlihat sangat tajam. Bukan hanya itu, Same membuat kami tidak bisa bernapas di latihan ini, dia juga membuat gerigi besi diatas kepala kami

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Sebuah Pilihan

    Hampir setengah jam aku pingsan. Saat sadarkan diri, tanganku sudah diperban menggunakan daun. Aku disandarkan ke pohon di belakang pohon keempat.Tanah yang bergerigi di hadapanku sudah menghilang. Aku melirik Rai, meminta jawaban."Gerigi besi masuk kembali ke tanah, sedangkan yang di atas jatuh." Rai menunjuk ke sampingku.Gerigi besi itu tergeletak tak bergerak di sampingku, noda darah masih terlihat di sana.Tanganku sulit mengepal, jemari kram dan terasa nyeri. Daun-daun hijau berubah merah terkena darah segar yang keluar tidak bisa kehentikan."Terima kasih, Indra." kata Rai."Untuk apa?" tanyaku."Kamu sudah menahan gerigi besi itu dan kamu sangat percaya dengan aku." "Karena aku tahu kamu bisa melakukannya, Rai. Same membuat jebakan ini sebab dia yakin kita bisa menyelesaikannya, dia tahu kemampuan kita.""Kita sudah sangat terlambat menyelesaikan tantangan ini. Apakah Same akan marah?"

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Pria Miserius

    Kami mengikat kelima pohon itu menggunakan tambang, kemudian menariknya bersama. Tidak terlalu berat sebab Rai sudah memotong daun dari pohon-pohon itu, sebagian diambil untuk membuat atap.Aku dan Rai langsung merebahkan tubuh kami ke atas rumput halaman rumah Same, melihat langit jingga. Seharian berlatih hampir membuat kami kehilangan nyawa, bertahan hidup dengan susah payah, akhirnya kami bisa kembali ke rumah ini. Rasanya sangat melegakan dan damai sekali, tetapi keindahan itu tidak kunjung lama. Risau badak jelek itu mengganggu kami."Lama sekali kalian, cepat buat rumah, aku ingin tidur." Risau menyungkur-nyungur aku dengan tanduknya.Rai tahu apa maksud Risau, dia segera menarik kedua pedangnya dan memotong-motong pohon itu menjadi kayu-kayu panjang."Kita harus cepat menyelesaikannya sebelum Same kembali." kata Rai.Aku mengangguk dan segera mengambil perlengkapan.30 menit kami berhasil membuat kandang untuk Risau. Ruma

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Jarot

    "Same, pelindung Kerajaan Manggo. Kenapa aku bisa bertemu denganmu di hutan ini?" Wajah pria itu kecewa."Seharusnya saya yang bertanya denganmu, Jarot. Kenapa malam-malam kamu bertamu ke rumah saya?" Wajah Same sangat santai, dia seakan bicara dengan teman yang sudah lama tidak bertemu."Ah, sial. Aku masuk ke kandang harimau." Pria itu kembali menyesali tindakannya."Kamu menganggap saya harimau." Same berdiri.Jarut mengeluarkan pisau dari balik bajunya. Pisau itu mempunyai dua mata."Kamu semangat sekali, Jarot. Malam ini saya tidak ingin bertarung. Kamu saya serahkan pada mereka." Same menunjukku dan Rai.Aku melirik Same. Dia ingin aku melawan pembunuh berdarah dingin ini. Aku baru saja menyelesaikan latihan berat yang dia berikan, sekarang harus berlatih lagi dengan seorang pembunuh. Dia benar-benar ingin menyingkirkan kami dengan berbagai cara latihannya."Ini latihan terakhir kalian." ucap Same.Rai seg

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05

Bab terbaru

  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Masalah Baru

    Pagi-pagi sekali dikalah orang-orang masih tertidur lelap. Kami pergi ke tokoh Paman Linchi membawa uang yang dia butuhkan. Sekarang peraturan Kota Tree sudah diperbarui setelah Sadam kalah, mereka sedang sibuk membangun sekolah sihir menyebar ke seluruh penjuru kota. Sekolah harus tutup sore hari, tidak boleh buka sampai malam.Meskipun Sadam sudah tidak ada, mereka tetap mematikan setengah lampu saat malam hari, tidur malam. Tidak boleh ada toko yang buka 24 jam.Setiap satu hari dalam seminggu diberlakukan hari libur. Hari ini kami bertepatan pada hari libur, jalan gantung yang biasanya ramai menyadi lenggang.Paman Linchi membuka toko di rumahnya. Saat ini rumahnya masih tertutup. Harchi menekan tombol belnya. Dalam beberapa menit tidak ada jawab dari penghuni rumah, Harchi memutuskan menekan bel itu lagi. Kami masih menunggu, lalu ada tetangga melintas."Paman Linchi tadi aku lihat dia terburu-buru pergi kearah sana. Aku tidak tahu

  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Gagal

    Aku kembali ketempat pertarungan panco, kali ini aku yang terlambat, mereka menungguku, duduk di atas balai."Aku pikir kau tidak akan datang," ucap salah satu dari kelima orang tersebut."Ini pemenang pertarungan kemarin?" tanya satu orang anak baru. Aku baru melihatnya hari ini.Mereka mengangguk."Baguslah kau datang, aku ingin sekali bertarung denganmu," ucap anak baru itu."Hei, kau saja belum tentu mengalahkan kami.""Iya. Aku hampir menang kemarin, kali ini tidak akan aku biarkan kalian semua mengalahkanku. Cepat keluarkan uang taruhannya."Aku mengeluarkan uang 100 Greal. Mereka menoleh kiri-kanan. "100 lagi taruhannya?" tanya orang yang kemarin hampir menang."Aku takut kalian kalah lagi. 100 Greal sebagai percobaan, bagaimana?""Baiklah kalau takut kalah, lagi pula ada anak baru di sini, dia pasti kaget." "Enak saja, aku pernah memenangkan 5 kali pertandingan ini sebelumnya."

  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    1500 Greal

    Paginya kami berpisah untuk mencari uang sesuai dengan yang sudah ditentukan kemarin. Aruna, Rai, dan Harchi pergi kepasar, Warchi menjaga rumah dan aku pergi ketempat pertandingan panco.Tempat ini masih sepi, mungkin aku datang terlalu pagi, mereka belum pada sampai. Aku duduk di dahan pohon, menguncang-uncang kaki. Para warga berlalu-lalang, tidak memperdulikan ku, sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.Aku melirik pergelangan tangan, ini sudah 30 menit aku menunggu, mereka belum sampai juga ke lokasi, apa kmhati ini pertarungan panci diliburkan?"Hei, ngapain kamu di sana," ucap seorang pria, kepalanya menengadah memandangku.Aku melompat ke lantai balai. "Aku pikir kalian tidak datang. Aku ingin bertarung panco lagi dengan kalian.""Kamu bertaruh berapa?" tanya orang itu."Aku hanya ada 100 Greal." "100 doang, itu terlalu kecil." "Pertandingan pertama kita bertaruh 100 Greal dulu, kalau aku menang, uang

  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Mengumpulkan Uang

    Paman Linchi sibuk melayani para pembeli yang recet agar pesanannya segera dibuatkan. Paman Linchi menyuruh kami menunggunya di dalam rumah. Sampai sore hari Paman Linchi baru menghampiri kami, dia mengendurkan urat-uratnya. "Hari ini ramai sekali, aku tidak bisa beristirahat dari pagi sampai sore." Paman Linchi menarik kursi, dia duduk dihadapan kami."Maafkan aku telah mengganggu waktu istirahatmu, Paman Linchi," ucap Harchi sopan."Tidak masalah, Harchi, warungku ramai ini semua karena Narchi yang telah mengalahkan Sadam. Mereka sangat senang dan merayakannya dengan meminum madu. Kamu ingin bicara apa, Harchi, sepertinya sangat penting?""Tadi pagi aku dan mereka pergi ke pohon itu, paman, aku ingin menggunakan alat itu, tetapi waktu kami sampai benda itu sudah hancur. Gubuk Paman Linchi juga roboh.""Pemerintah kota yang menghancurkannya, mereka tidak ingin siapapun yang menggunakannya."Wajah Paman Linchi berubah menjadi te

  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Paman Linchi

    "Lelah sekali, apakah masih jauh?" tanya Aruna, dia mengatur napasnya, keringatnya tidak dapat dihindari, mengalir deras terjun bebas ke bawah.Pagi-pagi sekali kami mengikuti Harchi memanjat pohon paling tinggi di kota ini. Dia bilang jalan satu-satunya agar keluar dari kota ini adalah dengan memanjat pohon ini, dia sana ada benda terlarang yang bisa melontarkan kami."Kenapa harus pagi-pagi sekali sih, aku masih ngantuk tahu, kemarin kita pulang sangat malam." Aruna masih mengomel dibawah sana. Aku dengannya beda dua dahan. Rai di samping Aruna, mendampinginya agar dia tidak pingsan."Karena itu watu yang cocok untuk ke atas sana, sebab jika ada orang yang melihat mereka akan melapor ke pemimpin kota dan kita akan dipenjara." Harchi berteriak, dia sudah sangat tinggi di atas kami."Kenapa dipenjara? Kita hanya memanjat saja kan, lagian siapa juga orang yang ingin memanjat pohon ini, cuma kita berempat." Aruna melihat kebawa, wajahnya pucat. "Tin

  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Pemakaman

    Sebagian lampu-lampu mulai dipadamkan, pasir yang berada di tabung atas semakin sedikit, para warga memasuki rumah, menutup jendela dan pintu rapat-rapat.Aku menggendong Rai dipunggung, melompat dari dahan ke dahan. Harchi menggendong Aruna, dia dalam kantong bajunya terdapat sisa buku Narchi, dia sempat mengambilnya sebelum mengeluarkan teknik besar itu.Mereka tidak mengetahui bahwa Sadam sudah mati, kami belum mengumumkannya. Bagaimana kami bisa sempat memberitahu mereka jika kami saja bingung harus bagaimana memberitahu Warchi tentang Narchi. Dia sudah tua, aku takut Warchi akan terkejut dan menyusul Narchi.Sore ini kami bisa melompati dahan tanpa terburu-buru, tanpa berjaga-jaga dan khawatir Sadam akan datang. Malam ini telingaku tidak akan pernah mendengar suara jelek Sadam lagi."Kenapa Narchi, seharusnya aku saja." Warchi menghela napas ketika Harchi memberitahu dan memberikan sisa bulu Narchi kepada Warchi. "Besok pagi kita akan memakam

  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Target Selanjutnya, Rai

    Kami semua terpaku. Narchi dimakan sekali lahap. Sadam melakukannya di depan kami. Aku sangat terkejut, bagaimana perasaan Harchi sekarang.Harchi memukul-mukul tanah, air matanya mengalir deras. "Maafkan aku …. Maafkan aku sebab tidak bisa melindungimu. Maafkan aku, Narchi …." Harchi menangis terisak-isak."Ini lezat sekali, tapi aku belum kencang." Sadam melirik Rai. "Selanjutnya pendekar itu." katanya.Aruna memeluk Rai, kepalanya menggeleng, matanya berkaca, bibirnya tertarik kebawah, dia memohon agar Sadam tidak mengambil Rai dari pelukannya.Aku tidak akan membiarkan Sadam memakan Rai, itu tidak boleh terjadi, bagaimanapun caranya aku harus menyelamatkan. Kalau Rai sampai dimakan, aku sangat bersalah dan hari ini merupakan hari yang sangat terburuk dalam hidupku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan temanku, aku tidak berguna. Aku berusaha menarik tubuhku, aku harus menyelamatkan Rai, apapun resikonya, walaupun kulitk

  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Lepaskan Adikku

    Rai tidak berdaya, perutnya tertusuk. Aruna dan Narchi sedang mengobatinya. Harchi tidak bisa bertarung lagi, bulu emas Sadam membuatnya tertancap di dinding gua. Hanya aku harapan mereka, aku harus melakukannya.Sampai di tengah perjalanan, aku harap Sadam tidak menyadarinya, dia sedang menyembuhkan sayap emasnya.Senyap. Sadam tidak menyerang, dia juga kelelahan. Harchi menatapku penuh harapan, dia tidak mampu menarik tubuhnya keluar dari buku emas."Eh! Kau! Mau ngapain, anak muda!" Sadam melihatku, dia perlahan berdiri.Aruna dan Narchi terkejut, mereka yang sejak tadi tegang menyaksikanku."Kau tidak akan bisa menghancurkan gua ini!" Sadam menyerangku dengan satu bulu emasnya, sepertinya energinya mulai belum pulih.Aku menarik tubuhku, memanjat tambang dengan cepat, tetapi gerakan bulu emas Sadam lebih cepat, bulu itu menancap pahaku.Aku menyerngit, menahan sakit, pergerakan ku melambat. Namun, aku belum menyerah,

  • Indra, Reinkarnasi Para Dewa    Hanya Aku Harapan Mereka

    Bukkk"Au." Aruna mengaduh.Rencana kami gagal, Sadam sudah mengetahuinya. Aruna dan Narchi berdiri, mereka menyeka bajunya, perlahan mundur ketika Sadam mendekatinya."Berani-beraninya kau menipuku!" Sadam mengarahkan sayapnya ke arah Aruna dan Narchi.TengggRai menahannya.Aku berlari, kemudian menarik kakinya. Sadam terjatuh. Harchi melompat dia mengeluarkan tekniknya."Ball Magic. Hancurkan!" BummmBola sihir berwarna merah itu tidak terlalu besar, tapi ledakannya membuat bumi bergetar."Cepat lari!" Rai berteriak.Kami berhamburan, berlari keluar gua."Kalian tidak bisa lari dari sini!" Bulu besi Sadam memotong tali. Sebuah batu besar menggelinding menutup mulut gua.Sadam tertawa. "Aku bukan kalian saja yang bisa bertarung dengan licik, aku juga bisa melakukannya. Kalian akan mati disini!"Sadam melesat menyerang kami. Aruna dan Narchi bersembunyi di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status