Share

4. Syarat kedua.

Pria tua itu berlutut di kaki Ridel. “Aku mohon menikahlah dengan cucuku. Kau adalah harapan terakhirku. Aku sudah tak punya waktu lagi.”

Mata Ridel membulat sempurna mendengar permintaan tak masuk akal dari pria tua itu.

Namun, tak mau membuat pria tua itu kecewa. Ridel memilih menjelaskannya secara baik-baik.

Dia menggenggam pundak pria tua itu dan berkata dengan lembut, “Kek, pernikahan itu bukanlah sesuatu yang dapat diputuskan secara sepihak. Tapi butuh persetujuan dua orang yang saling mencintai. Sebuah pernikahan akan gagal, kalau tak ada cinta diantara pasangannya.”

Ridel terkejut ketika melihat air bening berhasil lolos dari pelupuk mata pria tua itu. “Yang dibutuhkan cucuku sekarang, bukanlah cinta, tapi seseorang yang mau menikahinya. Aku hanya membutuhkan cucuku menyetujui operasi itu. Itu saja.”

“Apa?”

Pria tua itu tiba-tiba mengeluarkan uang dari saku kemejanya dan membuka jam tangan miliknya, kemudian memberikannya kepada Ridel. “Untuk sekarang aku hanya memiliki ini. Tapi aku janji akan memberikan uang banyak, asalkan kau mau menikahi cucuku untuk persetujuan operasi.”

“Tapi, Kek.”

Percakapan keduanya terhenti, ketika sang kakek menerima telepon dari seseorang. Entah siapa.

Setelah telepon ditutup, pria tua itu langsung saja berlutut di kaki Ridel dan memohon dengan bercucuran airmata, “Aku mohon selamatkan cucuku. Menikahlah dengannya. Tak ada waktu lagi menjelaskan.”

Apa kakek ini menderita alzheimer? Dan ingatannya kembali di mana cucunya sakit keras dan butuh operasi?

Apa mungkin cucu kesayanganya meninggal sebelum sempat di operasi? Dilihat dari penampilannya, sepertinya kakek ini orang biasa. Mungkinkah uang menjadi kendala saat itu?

Tak ada salahnya aku mengikuti saran kakek ini. Setidaknya menyenangkan hatinya, di usianya yang sudah senja.

Begitu mendapatkan alamat rumah sakit dari sang kakek, Ridel langsung saja memesan taksi online.

Namun, sesampainya di sana Ridel justru dibuat terkejut.

Di ranjang rumah sakit terbaring seorang gadis yang seputih kertas. Matanya terpejam.

“Kau masih tidur, Nak?”

Berlahan kelopak mata gadis itu terbuka, dia terkejut melihat sang kakek datang bersama seorang lelaki muda.

“Kakek nggak bohong, kan, Nak? Tepat hari ke tujuh, kakek menemukan seseorang yang sesuai dengan kriteriamu. Dia bersedia menikah denganmu. Jadi tak ada alasan untukmu untuk tidak melakukan operasi, kan?”

Ridel yang hendak melarikan diri mengurungkan niatnya, ketika mengingat kembali alasan Nadia mengkhianatinya. Kalau aku melarikan diri, terus apa bedanya aku dengan nadia? Bukankah kakek itu hanya menginginkan cucunya untuk menjalani operasi? Apa salahnya aku membantu?

“Kakek, aku ingin bicara berdua dengan lelaki pilihan kakek,” pinta gadis itu.

“Berapa kau dibayar kakekku?” tanya gadis itu setelah sang kakek menutup pintunya dari luar.

Ridel mengeluarkan uang dan jam tangan pemberian sang kakek, kemudian menunjukannya kepada gadis itu.

“Hanya itu?” gadis itu tersenyum getir.

Ridel hanya menganggukan kepalanya.

“Kenapa kau merusak rencanaku? Kenapa kau harus menerima tawaran kakek dengan bayaran segitu? Kau tahu kenapa aku mengajukan syarat tak masuk akal untuk persetujuan operasi? Semua ku lakukan agar kakek menyerah. Keluargaku menganggapku beban, kekasihku memilih meninggalkanku, hanya kakek yang ku miliki sekarang. Apa harus ku sakiti perasaan kakek, jika operasiku tak berhasil? Kemungkinan berhasilnya operasiku hanya 50% saja,” lirih gadis itu.

Ridel manatap gadis itu dalam diam, dia benar-benar terpesona dengan gadis yang seputih kertas itu. Dia dapat merasakan kesunguhan dari setiap ucapannya.

“Demi persetujuan operasi, kakekmu bahkan berlutut di kakiku. Bukankah kau sendiri melihat bahagianya beliau saat membawaku menemuimu? Apakah kau mau menghancurkan satu-satunya harapan kakekmu?”

Gadis itu diam mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut lelaki tak dikenalnya itu. Apa dia benar-benar bersedia menikah denganku?

“Kakekku lolos pada syarat yang pertama, tapi belum yang kedua,” ujar gadis itu. Dia yakin syarat kedua itu akan membuat Ridel mundur.

“Syarat yang kedua?”

“Syarat yang kedua, kau harus menikah denganku terlebih dahulu secara sah baik agama dan hukum. Setelah sah, baru aku mau masuk ke ruang operasi,” tantang gadis itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status