Share

3. Permintaan tak terduga.

Tiba-tiba tamu undangan saling berbisik, pandangan mata mereka tertuju pada proyektor.

Ridel terkejut ketika melihat rekaman video yang terlihat pada layar LCD. Dia tak menyangka Fernando akan Mereka ulang adegan yang terjadi didepan toko, saat dia melamar dan ditolak oleh Nadia.

Walaupun Ridel tahu itu bukanlah dirinya, tapi dia hanya bisa bungkam karena memanggil kedua satpam untuk menjadi saksi, itu sama saja membongkar identitasnya.

Apalagi dalam rekaman itu ditambah video editan ketika seorang lelaki berusaha memaksa Nadia untuk kabur, yang jelas-jelas memperlihatkan wajahnya pada bagian akhir.

Saat dia meninggalkan kamar hotel di mana Nadia dan Fernando berada. Itu cukup membuat tamu undangan yakin kalau pria dalam video itu adalah dirinya.

Kini semua mata tertuju padanya.

Fernando turun dari puade pernikahan, melangkah mendekati Ridel yang diam membisu. Nadia mengekor dibelakangnya.

Plak!

Tangan Ridel diam-diam membentuk kepalan, berusaha keras menyembunyikan emosinya. Ketika Fernando menampar keras pipinya.

“Oh jadi kau yang membuat istriku selalu ketakutan saat berada diluar? Jadi selama ini kau menguntitnya? Apa kau juga menyamar sebagai waitress untuk menggangu istriku, hah?” hardik Fernando emosi. Dia puas bisa membalaskan dendamnya pada Ridel.

“Brengsek! Apa kau pikir dengan video murahan itu, kau bisa menjatuhkanku?” jawab Ridel kesal! Ia berusaha memukul ke arah Fernando.

Namun, dengan sigap dua orang bodyguard tiba-tiba menahan Ridel yang masih menatap Fernando dengan tajam!

Tiba-tiba, Nadia maju ke arah Ridel sambil menatapnya licik.

“Tidak hanya menguntit! Laki-laki ini juga berbakat dalam mencuri! Jangan-jangan, dia datang ke sini juga untuk mencuri dari kalian, para tamu!”

Ridel seketika kebingungan ketika beberapa tamu undangan menyatakan kehilangan sesuatu. Tak mau disalahkan, dia langsung saja membela diri.

“Aku sama sekali bukan pencuri! Bukankah kita bisa memeriksa CCTV untuk tahu semua kejadian sebenarnya?”

Namun, tak ada satupun yang percaya ketika benda hasil curian justru ditemukan di tasnya.

Bukannya mendengar solusi yang diberikan Ridel, semuanya langsung saja menjadikannya pencuri. Tak ada satupun yang percaya padanya, termasuk Nathan sahabatnya sendiri.

“Dasar pencuri!”

Seperti di komando, suasana langsung hening ketika seorang pria berdiri dari tempatnya dan melangkah mendekati pasangan suami istri yang belum lama disahkan.

Fernando dan Nadia langsung menunduk hormat ke arah pria itu.

“Augusto! Kau datang lagi ke sini?!” desis Ridel begitu kesal melihat pria itu seakan ada di mana-mana!

Ridel menatap tajam ke arah Augusto, memberikan sinyal agar tidak berbicara padanya!

“Maafkan atas kekacauan pesta ini, Tuan. Apakah tuan kehilangan sesuatu?” tanya Fernando sopan. Semuanya diam membisu, menunggu jawaban pria itu. Tak ada satupun yang berani mengganggu utusan keluarga Liu. Apalagi mempermalukannya.

“Pertunjukan yang menarik dan langka, apa kau suka?” tanya pria itu menatap Nadia dan tersenyum.

“Seorang penguntit sepertinya memang pantas untuk mendapatkan balasan yang setimpal. Dia pantas menerima karma dari apa yang dilakukannya selama ini,” ujar Nadia menatap Ridel dengan jijik.

Pria itu manggut-manggut, “Kau benar. Seseorang yang melakukan kesalahan cepat atau lambat akan menerima karmanya.”

Nadia dan Fernando menatap pria itu. Untuk pertama kalinya pria itu berbicara lebih dari satu kata. Bukan hanya itu saja, pria itu juga memuji dan memberikan senyuman.

“Tuan periksalah dulu barang bawaannya. Takutnya pria ini mencuri sesuatu yang berharga,” ucap Fernando tersenyum.

“Tidak perlu. Mulai hari ini, detik ini juga, perusahaan RnB milik keluarga Liu membatalkan kontrak kerjasama dengan keluarga Mauren. Kedepannya perusahaan RnB tidak ada hubungan lagi dengan perusahaan Mauren!”

Ya! Tanpa sepengetahuan Ridel, keluarga Liu membantu perkembangan perusahaan keluarga Mauren. Dari perusahaan kecil, hingga menjadikannya konglomerat golongan kelas tiga hanya dalam waktu dua tahun. Semua demi putra tercinta.

Namun, saat tahu pengkhianatan Nadia. Orangtua Ridel sengaja mengutus orang kepercayaan mereka untuk hadir ke pesta pernikahan guna membatalkan kontrak, sebagai hadiah pernikahan.

“Bagaimana mungkin? Bukankah kita sudah menandatangani kontrak? Bukankah kerjasama kita sudah berjalan selama dua tahun? Maafkan kesalahan kami, kami berjanji akan bekerja lebih baik lagi untuk menghasilkan lebih banyak keuntungan,” pinta Nadia dengan suara gemetar.

“Pertunjukan tadi benar-benar membuatku puas, sampai-sampai aku tak bisa mencerna makananku dengan baik. Oh ya ... pembatalan kontrak kerjasama ini adalah hadiah pernikahan untuk kalian. Semoga bahagia selalu,” ketus Augusto yang langsung meninggalkan gedung resepsi pernikahan.

Semua menatap kepergian pria utusan keluarga Liu dalam kebingungan. Kenapa pria itu marah, hanya karena perlakuan Nadia dan Fernando kepada waitress itu?

Nadia menatap Ridel. Seolah-oleh telah menemukan mangsa yang siap untuk dilahap, “Semua yang terjadi hari ini tak lepas dari kesialanmu. Kau yang berulah, tapi kenapa kami yang harus menanggung resikonya? Aku berjanji akan membuat kau menghabiskan waktu dalam penderitaan!”

Ridel menggelengkan kepalanya, bingung dengan jalan pikiran mantan kekasihnya. “Bukannya koreksi diri, ini menyalahkan orang lain. Apa kalian tak berpikir ini adalah karma atas sikap kalian terhadap orang kecil sepertiku?”

Ridel baru sadar ternyata selama ini sang ayah mengawasinya secara diam-diam. Itu terbukti dari kerjasama perusahaan RnB selama dua tahun ini, dan pernikahan Nadia juga menjadi akhir dari kerjasama mereka. Apakah selama ini Ridel telah salah menilai sang ayah?

“Aku akan membuatmu menderita, Ridel!” cetus Fernando emosi.

“Terserah!” ujar Ridel dan langsung meninggalkan gedung itu.

Dia dapat bernafas lega, ketika berhasil keluar dari gedung resepsi pernikahan Fernando dan Nadia.

Setelah berjalan sekitar seratus meter, Ridel tak sengaja melihat sebuah mobil yang kehilangan kendali hampir menabrak seorang pria tua.

Terlambat sedikit saja menarik pergelangan tangan sang kakek, mungkin kakek itu tak akan selamat. Ridel membantu pria tua itu berdiri dan menuntunnya duduk dipinggir jalan.

"Kau tak apa-apa, Kek?" tanya Ridel memeriksa kalau-kalau pria tua itu mengalami luka-luka.

Lelaki yang berpakaian usang dengan bau badan yang menyengat tak membuat Ridel merasa jijik. Dia justru khawatir dengan kondisi pria tua itu.

Pria tua itu menatap Ridel cukup lama. Bukankah ini pria muda yang waktu itu?

"Kenapa, Kek?"

"Terima kasih, Nak. Tapi kau terluka," ujar kakek itu menunjuk luka yang ada ditangan Ridel.

"Hanya luka kecil, Kek. Nanti juga sembuh sendiri, jangan khawatir," jawab Ridel tersenyum.

"Kau menyelamatkan kakek, tanpa memikirkan keselamatan mu sendiri. Kau benar-benar pria yang baik."

Ridel hanya tersenyum mendengar pujian pria tua itu.

Ridel tersentak, ketika pria tua itu meraih telapak tangannya dan bertanya, "Apakah kau sudah menikah, Nak?"

"Belum."

"Menikahlah dengan cucu kakek, Nak. Jadilah cucu menantu kakek."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status