Share

2. Kembalilah, Tuan Muda.

Bukannya melepaskan Ridel, satpam itu justru menertawakan lelaki yang baru saja datang.

"Apa? Kau memanggil pria ini tuan muda? Hahaha!" ujar Satpam menatap rekan kerjanya sambil tertawa.

Detik berikut wajahnya berpaling menatap lelaki asing itu, "Bangun woy ... ini bukan negeri dongeng yang akan mengubah seorang lelaki miskin sepertinya, menjadi tuan muda dalam hitungan detik!" sambung satpam itu dan langsung mendorong Ridel ke trotoar jalan. “Pergi kalian dari sini!”

Lelaki misterius itu menatap kedua satpam itu dengan penuh amarah, “Berlututlah dan minta maaf kepada Tuan Muda kami sekarang juga! Kalau tidak ... aku akan membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dalam hitungan detik! Paham?”.

Jangankan berlutut, meminta maaf pun tak dilakukan kedua satpam itu. Justru sebaliknya, mereka tambah meremehkan. “Oh ... aku takut, Tuan Muda. Hamba mohon, maafkan sikap lancang hamba.” Gelak tawa keduanya semakin jelas terdengar.

Lelaki misterius yang kesal langsung merogoh ponsel dari saku jasnya dan menelepon. “Jika dalam lima belas detik kau tak memecat kedua satpam sombong yang bertugas, aku sendiri yang akan memecatmu! Paham?!”

“Hahaha! Kau pikir ini acara TV yang tiba-tiba datang orang kaya itu?! Lalu, kami akan langsung berlutut dan memohon ampun pada pemuda ini, begitu?”

Kedua satpam itu terbahak-bahak menatap pria misterius yang baru saja memberontak itu.

Kedua satpam sama sekali tidak menyadari, kalau mereka sedang berurusan dengan orang yang salah.

Tiba-tiba, seorang perempuan paruh baya datang dan keluar dari toko itu dengan wajah pucat.

“Tu…tuan Augusto. M-maafkan saya tidak langsung turun untuk menemui anda…”

Perempuan yang ternyata adalah manajer butik tersebut seketika menunduk ke arah Augusto.

Seketika, kedua satpam itu pun panik bukan kepalang!

“I-ibu manajer! Kenapa anda berlutut seperti itu?!”

“Betul Bu, mereka hanya bersandiwara agar bisa bebas dari kami!”

Tiba-tiba, manajer butik tersebut menatap kedua satpam tersebut dengan tajam, wajahnya memerah karena menahan malu dan amarah!

“Kalian bodoh! Apa kalian tidak tahu siapa pria ini!? Dia adalah perwakilan keluaga Liu! Dan butik ini milik keluarga itu!”

Kedua satpam itu langsung mematung! Setelah melihat Augusto, mereka langsung menatap Ridel sambil berkeringat!

Perwakilan keluarga Liu, keluarga yang terkenal begitu kaya raya itu, memanggil gembel ini tuan muda?!

Berarti pria ini….

Seketika, wajah keduanya menjadi pucat pasi!

“Tuan Muda, maafkan ketidaktahuan kami!”

Iya Tuan, kami tidak tahu kalau tuan muda Liu memakai pakaian yang begitu sederhana ini!

Keduanya langsung bersujud di kaki Ridel. Ridel hanya menatap mereka dingin. Ia memang begitu kesal dengan perlakuan kedua satpam ini.

Namun, Ridel yang tahu bagaimana kerasnya kehidupan orang kelas bawah, meminta pria itu untuk membatalkan pemecatan keduanya.

Walaupun masih kesal dengan perlakuan kedua satpam itu, tapi tak ada yang dapat dilakukan pria itu selain menjalankan perintah tuan mudanya.

Augusto memberi sinyal pada manajer butik itu untuk tetap mempekerjakan kedua satpam itu, yang dibalas dengan anggukan dan raut kelegaan dari kedua satpam itu

“Tuan muda, terima kasih!”

Kedua satpam itu kembali bersujud di hadapan Ridel, yang segera menarik pundak mereka untuk berdiri.

“Jaga sikap kalian, semiskin apapun seseorang tapi mereka juga punya hati yang harus di jaga!” ujar Ridel meninggalkan kedua satpam itu diikuti oleh pria misterius itu.

Selang beberapa detik, tiga mobil mewah terparkir di hadapan mereka dengan rapi. Dua orang berbaju hitam dan mewah langsung membukakan pintu untuk Augusto dan Ridel, diikuti tatapan kebingungan dan jepretan-jepretan orang-orang yang tak sengaja melihat adegan itu.

Tiga mobil mewah melaju meninggalkan tempat itu, membawa Ridel di mobil kedua. Mobil yang berada di tengah.

“Turunkan aku di sini!” tegas Ridel.

“Harus sampai kapan Tuan Muda berkelana? Ini sudah tahun ke tujuh Tuan tidak pulang. Itu artinya sudah tujuh tahun Tuan Muda tak pernah pulang.”

Augusto menatap Ridel dengan wajah memelas. Tugasnya jelas, membawa Ridel untuk kembali pulang ke keluarga besar Liu!

“Kembalilah, Tuan Muda. Tuan dan Nyonya Besar sudah tidak mempermasalahkan uang yang telah Tuan Muda pakai tujuh tahun yang lalu. Mereka juga janji tidak akan pernah bertanya Tuan Muda memakai uang itu untuk apa. Mereka hanya ingin Tuan Muda kembali ke rumah.”

“Bukankah bagi mereka uang adalah segalanya? Mereka bahkan tak segan mengusirku dari rumah hanya karena aku memakai uang itu? Aku tahu nominal uang yang kupakai tidak sedikit, tapi apa pernah sekali saja ayah mendengar untuk apa uang itu aku gunakan? Bukankah tidak? Padahal uang segitu bagi keluarga Liu bukanlah apa-apa!” cetus Ridel kecewa.

Tujuh tahun telah berlalu, tapi luka Ridel tak juga sembuh seiring berjalannya waktu. Kekecewaanya kepada sang ayah masih juga tak berubah.

“Turunkan aku sekarang juga!” Ridel mengulangi perintahnya dengan tegas.

Augusto tak bisa menolak perintah tuan mudanya. Lalu, ia hanya menganggukkan kepalanya kearah kaca spion mobil, sebagai kode agar sopir menghentikan mobilnya.

Namun, sebelum turun dari mobil, Augusto memasukkan nomornya ke ponsel Ridel. “Panggilan darurat itu adalah nomor teleponku, Tuan Muda.”

Ridel tak menjawab, dia langsung turun dan meninggalkan mobil.

Pria itu hanya dapat menatap punggung Ridel sampai menghilang dari padangan matanya. Ini bukan pertama kalinya dia menerima penolakan dari Ridel.

Ridel memilih berjalan kaki untuk sampai ke rumah kontrakan. Kekecewaannya hari itu membuatnya tak merasakan letih. Dia terus melangkah, sampai tak terasa kini dia telah berada dirumah kontrakan yang kecil dengan ukuran tiga kali empat meter.

Ingatan Ridel kembali ke tujuh tahun yang lalu, ketika dia memilih berinvestasi ke perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan dan teknologi. Bagaimana kondisi perusahaan itu sekarang?

Lamunan Ridel buyar, ketika ponselnya berbunyi. Ada pesan aplikasi hijau yang masuk. Pesan dari sahabatnya.

[Kalau aku tidak salah hari Senin depan kau libur, kan? Bagaimana kalau kau ikut bekerja paruh waktu bersamaku. Hitung-hitung uang tambahan, apalagi bonus kali ini lumayan. Kita dibayar dua kali lipat dari biasanya, hanya untuk menjadi waitress.]

Seperti biasa Ridel akan bertanya siapa yang menggelar acara. Begitu mendengar itu acara keluarga konglomerat golongan kelas dua, Ridel langsung menerimanya.

Tanpa bertanya acara apa. Baginya membuat dirinya sibuk akan membantu untuk menghilangkan ingatannya pada perlakuan sang ayah tujuh tahun lalu dan pengkhianatan orang yang dicintainya.

***

Tiga hari kemudian.

Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 WITA. Semua pekerja sudah berkumpul. Lengkap dengan seragam, termasuk Ridel.

"Acara apa sih, Nat?" bisik Ridel.

"Mungkin syukuran kelulusan, mungkin juga pesta ulang tahun, atau mungkin pernikahan. Kau tahu sendiri kan kehidupan orang kaya? Apa-apa pesta," jawab Nathan.

Mata Ridel membulat sempurna, "Kau terima tawaran dan mengajakku, tapi kau sendiri tak tahu acara apa?"

Nathan tersenyum ketika sahabatnya mengumpat, "Iya, iya. Ini resepsi pernikahan."

Ridel menghentikan kegiatannya, kemudian meninggalkan Nathan dan melangkah menuju lift menuju lantai lima.

Tak butuh waktu lama, pintu ruangan terbuka. Sesosok lelaki yang menggenakan seragam waitress berdiri diambang pintu.

Mata Ridel agak memicing, ketika melihat Fernando dan Nadin berada di dalam ruangan itu.

Ya! Sebelumnya ada seseorang yang menemui dan memintanya untuk mengambil sesuatu di ruangan itu. Kini dia sadar semua telah direncanakan. Dia masuk jebakan Fernando.

“Kita bertemu lagi, Sampah! Hahaha!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status