Share

Ibu Susu Bayi Mafia Kejam
Ibu Susu Bayi Mafia Kejam
Penulis: Fitria callista

Bab 1

"Maaf, bayi yang ibu lahirkan telah tiada."

Ucapan suster itu sontak membuat hati Dilara terasa seperti dihempas ke tanah.

"Ini tidak mungkin," lirihnya tanpa sadar.

Bagaimana bisa?

Dilara ingat sehari sebelumnya, saat pembukaan dan kontraksi, bayinya yang masih dalam kandungannya itu tampak sehat dan sempurna saat pemeriksaan USG.

Segera, ia menoleh ke arah suami dan ibu mertuanya yang berdiri tidak jauh dari tempat tidurnya, guna mencari pertolongan.

Mungkin dia salah dengar, kan? Atau sedang dikerjai?

Namun, ucapan ibu mertuanya justru tak disangka, "Ternyata kau seorang wanita yang sungguh tidak berguna! Gara-gara kau tidak menjaga anakmu dengan baik, aku kehilangan cucuku, dan anakku kehilangan darah dagingnya."

“Sia-sia, mahar 2 miliar yang kami berikan pada keluargamu.”

Mendengar itu, jantung Dilara seperti dibuat berhenti berdetak.

Ditambah lagi, tatapan dingin suaminya begitu tajam. "Kalau kamu gak suka ibuku, kamu tidak perlu sampai meminum racun untuk membunuh anak kita yang ada di dalam kandunganmu! Seharusnya jika kau itu tidak ingin untuk melahirkan anak untukku, berikan saja padaku, Dilara,” ucap Arman kecewa, bahkan ia berbicara tanpa menatap ke arah wajah istrinya.

Racun? Apa maksud suaminya itu menuduh dirinya meminum racun atau obat penggugur untuk membunuh bayi yang ada di dalam kandungannya sendiri?

Jelas-jelas selama ini Dilara juga sangat menunggu untuk kelahiran bayi yang sudah 9 bulan lebih berada di dalam kandungnya.

“Mas, ini—”

Tok Tok!

Belum sempat Dilara bicara, pintu ruangan itu telah diketuk.

Arman terlihat berjalan ke arah sana.

Dilara semakin bingung, terlebih ekspresi wajah ibu mertuanya, yang sebelumnya terlihat marah tiba tiba mengeluarkan sebuah senyuman miring?

"Anda bisa melakukan penangkapan pada istri saya, ini bukti-buktinya. Kalau selama kehamilan, istri saya itu meminum obat penggugur kandungan untuk membunuh bayi yang ada di dalam kandungannya sendiri. Dan ini juga beberapa faktur pembelian obat penggugur kandungan yang istri saya beli di sebuah apotek yang sudah diresepkan oleh dokter yang bekerja sama dengannya."

Dilara terbelalak kala mendengar Arman berbicara dengan lugas dan terlihat menyerahkan beberapa kertas kepada petugas polisi yang datang.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya. Dilara sungguh tidak percaya dengan apa yang barusan di katakan oleh suaminya.

Alih-alih menjawab, Arman justru membiarkan polisi mendekati Dilara, "Ibu Dilara, Anda kami tangkap atas dugaan pembunuhan berencana pada bayi yang ada di dalam kandungan ibu."

Dan semua terjadi begitu cepat.

Dua polisi wanita nampak berjalan ke arah Dilara lalu memborgol kedua tangannya, lalu membawa tubuh Dilara yang baru tadi pagi melahirkan secara normal dengan gerakan kasar.

Dilara meringis kala merasakan sakit luar biasa pada bekas jahitannya.

Namun, lidah Dilara terasa begitu kelu.

Ia sampai tidak mampu hanya untuk mengucapkan sepatah kata pun pada suami yang selama menikahinya setahun ini walau mereka dijodohkan.

Padahal sebelumnya suaminya tampak selalu memberikan cinta kasih kepada Dilara.

"Apakah itu semua hanya palsu?" batin Dilara pedih sembari menatap nanar ke arah suaminya yang terlihat membalas tatapannya dengan tatapan dingin saat pihak kepolisian membawanya.

***

"Dilara Amel Radit!"

Panggilan seorang sipir penjara membuat Dilara yang sedang tersungkur di lantai dingin penjara akibat dipukul secara membabi buta nampak menoleh.

Ya, sudah dua hari Dilara meringkuk di sel bersama dengan para tersangka lain.

Namun, ia mendapatkan perlakukan yang sungguh buruk di sana.

Entah kenapa, 5 orang yang berada dalam satu sel yang sama dengannya menyiksa dirinya?

Dari menyudut rokok di tubuh mulus Dilara, memukul tubuh secara membabi buta dan juga wajahnya tanpa belas kasih.

Sekarang ini wajah Dilara sudah tidak terbentuk.

Bahkan di area mata juga bengkak dan banyak bekas lebam dan juga membiru, hal itu sungguh membuat penglihatan Dilara sedikit terganggu.

"Buruan kau itu berdiri! Gak usah cengeng dan sok lemah, nama mu sekarang ini di panggil oleh sipir penjara," titah salah satu teman satu sel Dilara dengan nada suara kasar.

Dengan penglihatan seadanya, Dilara berusaha bangkit berdiri walaupun sangat kesulitan, lalu berjalan ke sebuah bangku di ruangan khusus untuk menemui orang yang sekarang ini mencarinya.

"Ayah?" panggil Dilara dengan suara sedih.

Akhirnya, ayahnya di sini. Apakah pria itu akan melepaskannya dari neraka ini?

Namun bukannya menenangkan, pria yang berumur setengah abad yang duduk di depan Dilara, tanpa basa-basi bertanya, “Apakah ASI di dadamu itu masih keluar?"

"I - iya ayah masih keluar," sahut Dilara dengan nada terbata walau tak mengerti.

"Keluar apa?" tanya pria itu kesal. "Kalau ditanya sama orang tua itu jawab yang jelas!"

"Maaf Ayah ... ASI Dilara masih keluar banyak," sahut Dilara dengan nada terbata sembari menatap ayahnya dengan wajah takut.

Terlebih, Dilara menyadari bahwa tidak ada kepedulian sama sekali ditunjukkannya padanya oleh pria itu.

Mungkin karena dirinya bukan anak kandungnya? Meski demikian, rasanya tetap sakit bagi Dilara.

"Bagus," ucap sang ayah tiba-tiba, "ayah akan membantu untuk membebaskan mu dari sini.”

Deg!

“Benarkah, Ayah?”

Pria tua itu mengangguk. “Tapi dengan satu syarat. Setelah kau bebas, kau harus langsung bekerja di rumah Tuan David Moyes Guetta. Menjadi ibu susu untuk bayinya.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status