Share

3. Adaptasi

Author: Aksara Ocean
last update Last Updated: 2025-03-14 11:13:33

Bab 3

"Ayo, Ma, kita masuk ke rumah!" Fathan menarik ibu barunya ke dalam rumah.

Meski sudah tiga kali masuk ke dalam sana, tetapi Aruna masih saja terpana dengan semua kemewahan yang tampak di kedua mata. Apalagi sekarang ia mendapatkan fakta, bahwa di istana baru ini, dirinya akan menjadi seorang ratu.

"Tenang, Run, kamu gak boleh terlalu jumawa," gumam Aruna dalam hati, mengusap dadanya pelan.

"Selamat sore, Bu Aruna. Biar kami yang membawakan koper milik Ibu."

Panggilan yang disematkan oleh kepala asisten rumah tangga itu membuat Aruna merasa sangat canggung. Inginnya menolak agar mereka tak terlalu formal padanya, tapi itu sangat mustahil. Aruna yakin, kalau Bastian sudah memberikan arahan pada semua pekerja di rumah untuk memperlakukannya dengan baik.

"Kamar Bu Aruna ada di atas," ucap Marini mempersilakan Aruna masuk lebih dulu ke dalam lift yang akan membawa mereka ke lantai dua.

Mereka sengaja tak menggunakan tangga, karena khawatir sang nyonya rumah yang baru, akan merasa kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh.

Sekarang Marini berjalan lebih dulu menuju sebuah pintu paling besar dan paling tinggi yang ada di lantai dua. Ketika pintu tersebut dibuka, Aruna makin terperangah.

"Ini kamar utama di rumah ini, Bu."

"Bahkan kamar di rumah ini, berkali-kali lipat lebih luas dari ruang tengah rumahku di kampung," batinnya tak henti membandingkan.

"Pak Bastian sudah meminta kami mempersiapkan pakaian, tas, sepatu, serta make up yang bisa Bu Aruna gunakan." Secara profesional Marini menunjukkan semuanya pada Aruna.

"Papa sayang banget sama Mama!" celetuk Fathan yang sejak tadi tak melepaskan tangan Aruna.

"Alhamdulillah, Sayang," balas Aruna dengan senyum yang kentara canggung karena mendapatkan semua kemewahan dalam waktu singkat.

"Saya mau istirahat dulu, Bi Mar," ucap Aruna.

Marini dan asisten rumah tangga yang lain pun mengangguk. Tersisalah Aruna dan Fathan di dalam kamar yang sudah tertutup. Sejak tadi, Fathan setia mengikuti langkah Aruna.

"Mama, besok Mama bisa antar aku ke sekolah gak? Aku mau nunjukin sama temen-temen, kalau aku udah punya Mama!"

Hati Aruna sungguh menghangat melihat binar di mata Fathan yang menyala-nyala. Ia pun mengangguk. "Bisa, Sayang, besok Mama pasti antar kamu ke sekolah!"

"Yeee!" Fathan berjingkrak ria, membuat Aruna tertawa renyah.

Fathan tak sabar ingin berangkat ke sekolah esok hari, pun dengan Aruna yang telah siap menjadi ibu yang baik bagi anak lelaki itu.

***

Aruna menepati janjinya mengantar Fathan pergi ke sekolah. Sementara Bastian? Kemarin suaminya itu pulang pukul sepuluh malam, dan berangkat lagi pukul enam pagi.

"Saya ada urusan di Bogor, Run. Saya usahakan pulang cepat hari ini."

Itulah kata Bastian pagi-pagi buta, saat Aruna tak bisa membuka penuh kedua matanya karena sangat mengantuk. Aruna hanya mengangguk. Tak ada cium kening atau cium tangan. Bastian pergi begitu saja seperti biasa.

Lantas sekarang, setelah sampai di rumah setelah mengantar Fathan ke sekolah, Aruna kebingungan karena semua lemari di wardrobe sudah sangat penuh. Tak ada ruang untuk menyimpan pakaian yang dibawa Aruna dari rumah Heru. Terpaksa ia kembali menutup koper, lantas menyimpannya di sudut wardrobe.

Bertepatan dengan kedua kakinya yang hendak melangkah, pintu kamar terdengar diketuk. Aruna bergegas membuka pintu.

"Menantuku yang cantik!" Sambutan hangat diiringi pelukan dari Lusiana membuat Aruna sedikit terkesiap, tetapi ia berusaha membiasakan diri.

"Mami ini kesel sama Bastian! Kenapa dia bawa kamu pulang cepet-cepet? Harusnya kalian pergi dulu bulan madu! Entah itu ke Paris, Swedia, Belanda, atau ke mana, kek!" Lusiana mengomel ketika teringat lagi akan keputusan Bastian yang memilih bergegas kembali bekerja, daripada menikmati masa-masa bulan madunya dengan sang istri.

"Mas Bas sibuk, Mam," gumam Aruna.

"Ya itu dia, Run!" pekik Lusiana yang sekali lagi, membuat Aruna terkesiap.

Bukannya apa, suara sang ibu mertua sungguh menggelegar. Untung saja Aruna tak punya riwayat penyakit jantung. Andai punya, maka jantungnya pasti sudah berdebar cepat.

"Makanya Mami datang ke sini, karena Mami mau ngajak kamu pergi ke klinik! Kita perawatan terus belanja-belanja! Kamu mau, ya?"

"Ayo, Mam!" Aruna mengangguk dengan senyum canggung.

Rasanya aneh sekali memiliki mertua kaya yang tak pernah merendahkannya. Di sisi lain, Aruna juga tak menampik kalau ia merasa lega. Ia jamin, hidupnya akan bahagia lantaran punya mertua yang ceriwis dan gaul seperti Lusiana.

Sebelum pergi, mereka memutuskan memasak berdua di dapur. Hanya memasak ayam goreng dan sayur sop saja, lantaran mereka tak boleh terlalu kenyang. Ada banyak tempat makan yang harus dikunjungi.

Setelah makan dan bersiap-siap, suara Fathan yang baru pulang terdengar melengking. Langkah kakinya yang berlari mencari keberadaan Aruna pun turut menggema di rumah besar itu.

"Mama! Aku bawa sesuatu buat Mama!"

Lusiana tersenyum lebar melihat cucu semata wayangnya sangat bahagia. Ia memutuskan duduk di sofa, ingin tahu apa yang hendak diberikan oleh Fathan pada Aruna.

"Apa itu, Sayang?" tanya Aruna penasaran.

Fathan membuka tasnya, kemudian mengeluarkan buku gambar dari dalam sana. Lembar demi lembar telah dibuka, hingga tangan mungil itu berhenti di salah satu gambar yang baru saja dibuatnya saat jam pelajaran terakhir.

"Tadi Bu Guru minta murid-murid buat gambar anggota keluarga, Ma! Nah, di sini ada aku, Mama, sama Papa!" terang Fathan masih sangat ceria. "Gambarnya udah ada 'kan, Ma, gimana kalau nanti kita buat foto keluarga beneran?"

"Boleh, Sayang, tapi kita tanya Papa dulu, ya?"

Fathan mengangguk antusias. Sementara Aruna menatap ke sisi kiri, ingin melihat selebar apa senyum Lusiana. Namun, yang ia dapatkan bukanlah binar bahagia, melainkan ekspresi wajah yang didominasi oleh perasaan gugup.

******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   4. Pembelaan

    Bab 4Wajah pucat Lusiana, serta permintaan Fathan membuat Aruna tersadar, kalau di rumah besar yang telah ia tempati, tak ada satupun foto yang menunjukkan ibu Fathan.Sejujurnya, Aruna sudah sangat penasaran bagaimana Bastian dan ibu Fathan berpisah. Apakah perempuan itu meninggal saat melahirkan Fathan, atau melarikan diri bersama lelaki lain?"Mam, kalau aku minta kita foto bareng-bareng, Mami mau gak?"Lusiana terkesiap. Ia mengangguk disertai senyum canggung di bibirnya. "Cucu Oma yang ganteng, kamu mau ikut gak, jalan-jalan sama Oma dan Mama?" tanyanya berusaha mengalihkan pembicaraan."Mau, Oma! Emangnya Oma sama Mama mau ke mana?""Pertama, Oma mau ngajak Mama pergi ke mall, terus pergi ke klinik supaya Mama sama Oma tambah cantik!""Aku mau, Oma! Aku ganti baju dulu, ya!" Penuh semangat Fathan berlari. Aruna hendak menyusul, tetapi Lusiana melarang."Udah ada pengasuh Fathan, kamu duduk aja di sini," ucap perempuan paruh baya itu.Aruna mengangguk. Kurang dari 15 menit, Fath

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   5. Peringatan

    Bab 5"Mami sampai belain kamu segitunya?" tanya Bastian sedikit terperangah. Lelaki menyimpan sendok di piring dan mengabaikan menu makan malamnya selama beberapa saat. Setengah jam lalu ia baru saja pulang.Baru saja Aruna menceritakan apa yang terjadi di klinik kecantikan. Perempuan itu kentara merasa tak enak hati, karena sudah membuat Lusiana bersitegang dengan teman-temannya. Apalagi keluar ancaman kejam dari mulut mertuanya. Aruna gelisah. Bagaimana kalau perempuan-perempuan tadi yang bergerak lebih dulu menghancurkan Lusiana?"Kamu mikirin apa lagi?" tanya Bastian."Em ... gimana kalau Mami kenapa-kenapa, Mas?"Bastian tertawa saat itu juga. Entah tawa geli atau tawa mengejek. Aruna tak bisa menerkanya dengan pasti."Mami itu punya power. Gak mungkin Mami kalah sama orang seperti Tante Herma dan teman-temannya. Harusnya mereka yang khawatir.""Apa Mami mau melakukan sesuatu, Mas?""Entahlah, kamu tanya aja langsung sama Mami. Omong-omong, saya peringatkan supaya kamu dan Fatha

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   6. Amarah Bastian

    Bab 6Bastian kembali ke meja makan usai menuntaskan urusannya. Baru duduk dan ingin menyendok nasi, tatap matanya malah tertuju pada ponsel. Jelas Bastian tahu, kalau letak ponselnya telah berubah dari yang terakhir kali diingatnya.Tanpa kata, lebih dulu Bastian mengambil benda pipih itu. Wajahnya semakin datar saat melihat nama siapa yang tertera di riwayat panggilan tak terjawab. Ia mengangkat kepala, lantas pandangannya jatuh pada Aruna yang tengah menatapnya."Kamu yang pegang hp saya?" tanya Bastian membuat Aruna terkesiap."Nggak, Mas!""Jangan bohong!" Mendadak Bastian tidak bisa mengontrol suara. Ia sampai lupa ada Fathan yang memperhatikan dengan lekat. "Jangan pernah lancang, Aruna! Hp ini barang pribadi saya! Kamu harus tau batas privasi!""Mas—""Saya gak mau dengar apa-apa!" potong Bastian begitu arogan. "Ini peringatan pertama dan terakhir dari saya!"Aruna sudah menyiapkan berbagai macam kalimat untuk membela diri. Namun, lagi-lagi Fathan bergerak lebih cepat. Anak le

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   7. Penguat Hati

    Bab 7"Jangan pernah ganggu Aruna, Bas, atau kamu akan berhadapan sama Mami!"Bastian memukul setir kemudi. Masih teringat jelas peringatan keras yang diberikan oleh ibunya sendiri siang tadi. Lelaki yang tengah menempuh perjalanan menuju rumah itu tak bisa menahan umpatan di bibirnya."Sialan! Apa Aruna sengaja mau mengadu domba aku sama Mami? Kenapa dia cerita-cerita sama Mami segala?!"Setir kemudi kembali dipukul. Bastian tak peduli dengan rasa sakitnya, sebab ia perlu melampiaskan amarah ini, agar bisa terurai sedikit demi sedikit. Sejak awal Bastian pikir, kalau Aruna tidak akan pernah memiliki pengaruh sebesar ini setelah mereka menikah.Akan tetapi, apa faktanya? Aruna bisa sangat dekat dengan Fathan. Selain itu, Aruna juga mampu membuat Lusiana selalu berpihak padanya, sampai-sampai Lusiana berani menghadang teman-teman sosialitanya untuk membela si menantu, yang memang benar berasal dari keluarga miskin!Sampai di rumah, Bastian mencoba mengatur napas. Sekarang sudah pukul s

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   8. Direndahkan

    Bab 8Genap satu minggu Aruna tinggal di rumah Bastian. Berstatus sebagai istri dari lelaki kaya raya tentu membuat semua kebutuhannya tercukupi. Namun di sisi lain, Aruna merasa kebebasannya mulai terenggut. Ia masih bisa pergi ke luar rumah, entah untuk sekedar makan atau berbelanja makanan ringan di minimarket. Hanya saja, setiap gerak langkahnya selalu ditunggui oleh sopir, atau bahkan bodyguard yang sengaja ikut.Hari ini pun, Aruna hanya bisa melihat ke luar jendela. Untuk pertama kalinya, Aruna tak berselera menyantap semua makanan yang disiapkan di atas meja makan. Semuanya terasa hambar. Mendadak Aruna rindu pada kehidupannya sebelum menikah.Di tengah lamunan itu, ponselnya berdering. Aruna pun tersenyum karena sang ibu mertua yang menghubungi. Dua hari ini, Lusiana tengah bepergian bersama koleganya."Runa, Sayang ...." Di seberang sana, Lusiana memanggil hangat. "Besok kamu ikut ke rumah Om Liam, ya. Anaknya yang paling besar baru aja lulus jadi sarjana. Kita ke sana buat

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   9. Jangan Besar Kepala

    Bab 9Aruna menjadi orang pertama yang sangat terkejut akan pengakuan Bastian. Kepalanya langsung menoleh. Aruna ingat sekali, sejak ia meminta maaf pada Bastian di malam itu, mereka hanya bicara sekedarnya saja. Keduanya akan tampak akur di depan Fathan, kemudian bersikap seolah tak saling kenal, jika bocah lelaki itu tak ada di rumah."Tapi, Mas, apa yang diomongin sama Arinda itu bener, kok! Aruna memang pantas mendapatkan perlakuan seperti itu!" Riani angkat bicara."Tuh, kan! Yang berpikir kayak gitu bukan cuma aku aja, Mas!"Bibir Bastian menipis. Selama beberapa saat ia tak mengatakan apa-apa, dan hanya fokus menatap semua orang yang ada di gazebo. Hal tersebut sukses membuat nyali para adik sepupunya perlahan menciut. Bagaimanapun juga, Bastian masih menegang tahta tertinggi sebagai cucu pertama, juga sebagai pemimpin perusahaan keluarga.Siapa pun yang berani menentangnya, sudah pasti akan didepak dan tak akan pernah mendapatkan posisi bagus nan terhormat di perusahaan milik

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   10. Tahanan Rumah

    Bab 10Kekecewaan tampak jelas di raut Aruna. Perempuan itu menatap Marini, memohon agar diizinkan pergi ke luar. Namun, sayangnya Marini tetap menggelengkan kepala."Maaf, Bu," ucap Marini sekali lagi."Apa alasannya, Bi?" tanya Aruna penasaran. Disisi lain, ia juga merasa Bastian telah berlebihan. "Kayaknya Mas Bastian mau ngurung saya di rumah ini pake cara yang halus, ya?"Marini tidak berani menjawab. Sebagai kepala asisten rumah tangga yang sudah bekerja belasan tahun di rumah Bastian, tentunya ia harus selalu menuruti segala titah dari sang tuan."Saya mohon kerjasamanya, Bu," pinta Marini dengan sangat.Secepat mungkin Aruna memutar otak. Ia akan mencari jalan agar dirinya bisa keluar dari rumah, dan Marini tetap bisa patuh pada Bastian."Begini aja, Bi, gimana kalau Bibi Mar bohong sama Mas Bastian? Dia juga gak akan tau, kok, kalau kita kerja sama," bujuk Aruna.Hal pertama yang dilakukan oleh Marini adalah terkesiap. Kontan kepalanya menggeleng, sebagai bentuk penolakan ata

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   11. Pengusiran

    Bab 11Aruna berbalik. Pertama, ia mengerutkan kening karena sang suami sudah ada di rumah tepat pukul tiga sore. Kedua, napasnya sedikit tertahan saat sadar, mungkin saja Bastian akan marah mendapati lelaki asing berada di rumahnya. Apalagi lelaki itu melipat tangan di dada, sembari menghunuskan tatapan tajam penuh peringatan."Mas Bastian pasti belum tau siapa Chef Akbar ini," gumamnya dalam hati, bergegas meninggalkan area dapur demi menyusul sang suami yang masih berdiri dengan raut datar."Ini Chef Akbar, Mas. Beliau yang akan mengajari aku memasak," terang Aruna berusaha tak menanggapi tatap tajam dari Bastian."Kalian akan belajar di sini tiap hari?"Aruna mengangguk"Kamu ikut saya, kita bicara di atas!"Perasaan Aruna sudah sangat tak keruan saat mendapatkan titah seperti itu. Namun, tentu saja kedua kakinya tetap melangkah, mengekor langkah panjang Bastian yang sampai di kamar mereka lebih cepat. Dari belakang, Aruna sudah menebak bagaimana napas dari suaminya yang terkadang

    Last Updated : 2025-03-26

Latest chapter

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   47. Ketegasan Aruna

    Bab 47 Ketegasan Aruna"Oke, San, aku atur waktunya dulu," kata Bastian, kemudian memutuskan sambungan telepon.Lelaki itu duduk di meja makan lebih dulu. Hari ini, adalah hari pertama Fathan mengikuti les berenang. Tentunya ia harus mengantarkan sang putra. Biarlah soal Sandra, akan ia urus nanti."Sayang, ayo kita sarapan!" ajak Bastian.Fathan dan Aruna menghampiri, ikut bergabung dengannya di meja makan. Keluarga kecil itu tampak harmonis dengan berbagai macam obrolan ringan di pagi hari."Nanti Papa temenin aku sampai lesnya beres, ya?" pinta Fathan.Menyadari sesuatu, Aruna menatap Bastian karena suaminya tidak langsung mengangguk. Biasanya, Bastian akan selalu mengiyakan apa pun keinginan Fathan tanpa perlu berpikir seperti saat ini."Kok diem, Pa? Papa ada urusan?" tanya Fathan yang juga ikut menyadari sesuatu."Gak ada, Sayang. Papa bisa temani kamu sampai lesnya selesai," jawab Bastian seraya mengulas senyum.Fathan makin senang. Ia bersemangat menyelesaikan sarapan, lantas

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   46. Tipu Muslihat

    Bab 46 Tipu Muslihat"Bibi!"Pagi-pagi sekali, suara Fathan sudah menggema di rumah besar itu. Semua orang yang tengah berkutat dengan tugas masing-masing kontan menoleh, pada si tuan muda yang tergesa menuruni undakan tangga. Di belakangnya, ada Wulan yang kesulitan menyamakan langkah dengan Fathan."Bi Mar!" panggil Fathan telah duduk di atas kursi bar."Ada apa, Den Fathan?" Marini berbalik, melupakan sejenak pekerjaannya di dapur."Tau gak, Bi, kemarin malam aku tidur sama Mama dan Papa!" Fathan sangat bersemangat kala mengatakan itu.Pertama-tama, Marini mengerutkan kening lantas menatap Wulan, dengan isyarat tanya di kedua matanya. Tanpa kata, Wulan pun mengangguk. Sebelum berkata heboh pada semua orang seperti saat ini, Fathan lebih dulu menyampaikan hal tersebut padanya. "Kamu seneng, ya?" tanya Marini ikut tersenyum lebar. Apapun yang membuat senang si tuan muda, pasti akan menular pada semua orang yang ada di rumah ini. "Senang banget, Bi!" jawab Fathan seraya tertawa.Sem

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   45. Mulai Akur

    Bab 45 Mulai AkurBerbagai macam menu telah tersaji di atas meja. Bastian menikmati makanan di piringnya dengan lahap, sementara Aruna hanya memakan seadanya saja."Menunya gak cocok di kamu?" tanya Bastian karena Aruna masih berkutat dengan makanan pembuka."Cocok," jawab Aruna dengan suara sangat pelan."Makan kalau gitu. Saya gak perlu nyuruh staf restoran buat nyuapin kamu, kan?"Barulah bibir Aruna mencebik, tapi anehnya Bastian malah tertawa geli."Nanti malem saya sama Fathan mau nonton bola. Klub favorit kami main jam satu pagi.""Itu malem banget, gak baik kalau Fathan tidur jam segitu!" protes Aruna mendadak tegas."Besok Fathan libur sekolah. Nonton bola juga gak setiap hari, bahkan sebulan sekali juga nggak.""Kenapa nggak nonton siaran ulangnya aja?" tanya Aruna."Kamu ini gak ngerti bola. Antara live sama siaran ulang, jelas euforianya beda.""Kalau aku bilang Fathan gak boleh nonton gimana?" Aruna menatap suaminya yang batal melahap tuna bercampur racikan saus ke dalam

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   44. Tidak Menolak

    Bab 44 Tidak MenolakAruna ingat betul, bagaimana reaksi Lusiana saat Sandra mengatakan kalimat seperti itu di depan rumah Bastian kemarin sore. Ibu mertuanya sangat murka, ia hendak turun di depan gerbang, tapi kala itu Fathan yang melarang."Oma jangan ketemu lagi sama Tante Jahat."Hanya dengan satu kalimat, Lusiana berhasil ditahan. Sehingga ia tetap melajukan kendaraan roda empatnya. Kemarin pun, Lusiana pulang ke rumahnya tepat pada pukul delapan malam, karena ia tak mau berpapasan dengan Sandra yang katanya tetap bertahan di depan gerbang sampai pukul enam sore.Hari ini, Aruna mencoba tak memikirkan soal kejadian kemarin. Seperti kata Lusiana di telepon, ia harus segera bersiap-siap untuk makan siang bersama dengan Bastian. Private room di sebuah restoran milik teman Lusiana telah direservasi, Aruna tinggal datang saja ke sana, tentunya setelah memilih pakaian rapi dan berdandan cantik."Aku salah gak, ya? Gimana kalau Mas Bastian marah dan hubungan kami renggang lagi?" tanya

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   43. Level Rendah

    Bab 43 Level Rendah"Kamu keterlaluan, Bas! Demi perempuan baru itu, kamu tega merendahkanku kayak gini!" Sandra tak henti merutuk. Harga dirinya seakan jatuh, kemudian diinjak-injak oleh Bastian yang tega mengerahkan anak buahnya. Sandra yakin, kalau Bastian melakukan itu semua, demi Aruna alias si istri baru."Awas aja kamu, Bas, aku gak akan tinggal diam! Kamu gak boleh hidup bahagia selain sama aku!" cetusnya penuh tekad.Tanpa sadar air matanya luruh begitu saja, sampai Sandra harus menyeka kedua mata berulang kali, lantaran saat ini ia masih menyetir. Selama beberapa saat Sandra bingung harus pergi ke mana."Aku gak bisa tinggal di rumah lamaku," ucapnya mengingat jarak antara rumah lamanya dengan Bastian cukup jauh. Untuk mengambil mobil yang tengah dikendarainya saja, ia harus membuang waktu selama hampir satu jam."Kalau aku tinggal di sana, aku gak bisa memantau Bastian sama istrinya!"Di tengah rasa penuh dendam itu, Sandra teringat akan keluarga Liam. Ia pun memutuskan per

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   42. Pengusiran

    Bab 42 Pengusiran"Lho, ngapain perempuan itu ada di sini?!"Aruna terperanjat, karena rupanya Lusiana melihat pemandangan yang sama. Ia menahan tangan ibu mertuanya yang hendak turun dari mobil."Mam, kita masuk aja," ucap Aruna tak mau ada keributan apa pun di sekolah Fathan.Mengerjap, Lusiana baru sadar, jika Aruna melihat Sandra lebih dulu di depan gerbang. "Kamu tau siapa dia?" tanyanya."Iya, Mam, kemarin dia datang ke rumah."Kontan saja Lusiana berdecak. Amarahnya melesat naik, sehingga ia bersikeras ingin menegur Sandra dan meminta perempuan itu tak mengusik kehidupan rumah tangga anak dan menantunya. Namun, lagi-lagi Aruna menahan."Jangan, Mam. Kasian Fathan kalau tau ada Sandra di sekolahnya. Dia gak mau liat Sandra, kan?""Tapi Mami gak bisa membiarkan perempuan busuk itu berkeliaran di sini! Mami harus kasih dia pelajaran! Kamu jangan menghalangi Mami, Run! Kalau bukan Mami yang bergerak, lalu siapa lagi? Bastian pasti melindungi mantan kurang ajarnya itu!""Nggak sama

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   41. Mertua Yang Baik

    Bab 41 Mertua Yang Baik"Mami jangan aneh-aneh," pungkas Bastian tak setuju."Letak anehnya di mana, Bas? Makan malam sama istri sendiri kok dibilang aneh!" Lusiana masih giat menimpali, juga tak lupa mendelik sebal. "Kamu mau 'kan, Run?" tanyanya setelah beralih pada sang menantu.Aruna diam saja. Ia sempat melirik Bastian, dan sepertinya lelaki itu tak membutuhkan acara makan malam romantis. Jelas tidak penting bagi Bastian, lantaran hubungan di antara mereka berdua memang tidak sejauh itu."Eh ... kok malah diem?" Lusiana menegur."Pikiran Mami ini terlalu jauh," kata Bastian menjauhkan piring di depannya. Disekanya mulut menggunakan tissue kering, kemudian lelaki yang satu itu beranjak.Bastian berlalu begitu saja meninggalkan makanan yang belum habis, sehingga Aruna merasa sangat kecewa, lantaran baru kali ini mereka bisa bicara tanpa perlu meninggikan suara. Sementara di sisi lain, Lusiana melihat tatapan sang menantu yang terus tertuju pada punggung Bastian. Ia sadar, jika diri

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   40. Bukan Rayuan

    Bab 40 Bukan RayuanPemandangan langka bagi Marini dan pekerja rumah yang lain, melihat Bastian dan Aruna duduk berdua di meja makan. Tak ada obrolan menegangkan. Semuanya terlihat sangat damai, sehingga Marini tak bisa berhenti tersenyum."Udah, Bi, jangan diliatin terus, namanya juga pengantin baru!" celetuk Sarti sambil berbisik, usai menata lauk-pauk tambahan di meja makan.Bukannya berhenti, Marini malah terkikik. Ia mengangguk, lantas mengajak semua pekerja masuk ke area belakang. Marini pikir, makan siang antara tuan dan nyonya rumah ini adalah langkah awal yang sangat bagus, untuk memperbaiki hubungan mereka.Sungguh, ia berharap Bastian bisa membuka hati dan menyambut Aruna, layaknya seorang perempuan yang pantas dicintai dan diperlakukan dengan baik."Sandra masih ada di hotel."Aruna menatap Bastian. Mulutnya masih mengunyah pelan, sehingga ia tak bisa langsung menanyakan apa pun."Saya harap kamu bisa maklum dengan sikap Sandra kemarin," imbuh Bastian, tak menunjukkan sika

  • Ibu Pengganti Untuk Anak Presdir   39. Mulai Mencair?

    Bab 39 Mulai Mencair?"Mama itu baik!"Perkataan Fathan beberapa jam lalu, berhasil mempengaruhi aktivitas Bastian hari ini. Ia jadi tak fokus saat bekerja, lantaran mendadak penasaran bagaimana sikap Aruna pada Fathan saat di belakangnya."Tiap hari aku cek cctv," gumamnya mengusap-usap dagu. "Dia memang baik," imbuhnya.Bastian berdecak pelan. Padahal ia sudah berusaha tak memikirkan Aruna, tapi kepala ini tak bisa diajak bekerja sama. Bastian sungguh kesal pada dirinya sendiri."Wajar kalau dia baik sama anakku, karena aku bayar dia dengan harga tinggi! Aku memberi perempuan itu kehidupan yang layak! Jadi, dia memang harus berterima kasih dengan menyayangi Fathan," tuturnya.Kembali pada pekerjaannya, tiba-tiba saja Bastian menutup laptop saat jam makan siang telah tiba. Entah desakan dari mana, ia memutuskan untuk pulang."Saya mau pulang sebentar," kata Bastian pada Angga yang hendak masuk ke dalam ruangannya."Perlu saya antar, Pak?""Gak usah, saya gak akan lama."Angga pun men

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status