Home / Romansa / Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris / Bab 6. Tangisan Sang Ibu Pengganti

Share

Bab 6. Tangisan Sang Ibu Pengganti

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2024-12-02 12:51:21

Sepanjang malam Aleena setia terjaga. Rasanya, kedua mata gadis itu tidak bisa ia pejamkan. Bahkan hingga pagi, Aleena masih duduk di atas ranjang memeluk kedua lututnya merenungi nasibnya yang malang.

Aleena tidak tahu, apa yang akan ia katakan pada Marsha. Membayangkan betapa kecewanya wanita itu membuat Aleena tak bisa menahan air mata.

Bagaimana jika Marsha menarik semua uang yang telah ia gelontorkan untuk pengobatan ayahnya karena ia gagal melakukan tugasnya?

"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya sambil menyeka air mata.

Gadis itu menyandarkan punggungnya dan menatap langit-langit kamar dan tenggelam dengan lamunannya yang gelap.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar dari luar, membuat lamunan Aleena seketika buyar.

"Selamat pagi, Nona ... apa Nona sudah bangun?"

Suara Bibi Julien di luar membuat tubuh Aleena tersentak. Ia segera merapikan penampilannya yang berantakan seadanya, lalu beranjak dari atas ranjang. Ia membuka pintu kamar dan mendapati Bibi Julien di hadapannya.

Wanita setengah baya itu memasang raut wajah terkejut mendapati Aleena dengan wajah sembabnya, terlebih lagi, Aleena sendirian tanpa Asher.

"Selamat pagi juga, Bi. Maaf, aku baru bangun," ujar Aleena memaksakan seulas senyum tipis.

"O-oh … iya Nona. Bibi ingin menyampaikan pesan dari Nyonya Marsha. Beliau meminta Nona Aleena untuk menemuinya di rumah kaca yang berada di taman belakang," ujar Bibi Julien.

Aleena mengangguk. "Baik Bi, aku akan bersiap lebih dulu."

"Tetapi Nona sarapan dulu, Bibi sudah siapkan sarapannya," ujar wanita itu.

Aleena hanya tersenyum tipis dan mengangguk kecil sebelum gadis itu kembali menutup pintu kamarnya.

Punggung ringkihnya bersandar pada pintu kayu, Aleena gemetar meremas kedua tangannya di dada.

"Ya Tuhan, semoga Nyonya Marsha tidak marah padaku ...."

Aleena berdoa dengan sungguh, berharap kalau Nyonya Muda itu benar-benar bisa memahaminya.

Beberapa menit Aleena bersiap, gadis itu keluar dari dalam paviliun dengan balutan dress berwarna kuning cerah dan rambut panjang tergerai.

Aleena meninggalkan sarapannya begitu saja. Baginya yang terpenting saat ini adalah berbicara dengan Marsha.

Langkah Aleena menuju ke teras belakang. Di sana, ia melihat Marsha duduk di dalam rumah kaca dengan dua kursi kosong di sampingnya, dan nampak hidangan makanan ringan di atas meja menemaninya bersantai pagi ini.

Melihat wajah Marsha yang nampak dingin dan tatapan mata tajam, Aleena merasa semakin gentar. Lidahnya terasa kelu, bingung bagaimana ia harus menjelaskan.

"Se-selamat Pagi, Nyonya," sapa Aleena menundukkan kepalanya.

"Pagi," jawab Marsha singkat.

Aleena masih berdiri di hadapannya, hingga Marsha ikut beranjak dan menatapi Aleena dengan wajah mengeras.

"Kenapa semalam Asher kembali dengan cepat?" tanya Marsha menatap lekat wajah Aleena yang ketakutan. "Kalian tidak melakukannya? Kau tidak melakukan tugasmu dengan baik, Aleena?"

Jemari tangan Aleena terkepal meremas ujung dress yang ia pakai.

"Maaf, Nyonya …," ujar Aleena tertunduk.

"Aku tidak membayarmu untuk meminta maaf padaku. Kau sendiri yang berjanji akan melakukannya dengan baik. Tapi apa yang terjadi, kau malah mengulur waktu?!" pekik Marsha, membuat Aleena tersentak.

"Tuan pergi meninggalkan saya semalam, Nyonya. Saya—"

"Harusnya kau menahannya! Harusnya kau merayu Asher agar dia menghabiskan malam denganmu!" Nada suara Marsha sedikit meninggi. Ia menatap Aleena, dari ujung kepala hingga kaki. “Bukankah itu yang dilakukan oleh wanita sepertimu?!”

Bibir Aleena mengatup rapat. Dadanya berdebar-debar hingga sekujur tubuhnya panas dingin. Jemari tangannya terasa kebas saat mendengar bentakan Marsha yang terdengar merendahkan.

‘Wanita sepertimu’ terus terngiang hingga telinganya berdenging.

Kilasan kejadian semalam bersama Asher terbayang, membuat tubuh Aleena gemetar dalam ketidakberdayaan.

Namun, Aleena berusaha tegar. Bagaimanapun, ia memang telah menjual tubuhnya demi uang. Meski uang itu ia gunakan demi menyelamatkan nyawa orang yang paling ia sayang.

Tak masalah jika orang lain menilainya begitu rendah, asalkan ia masih bisa melihat ayahnya sedikit lebih lama.

“Kenapa diam saja?! Kau merasa lebih tinggi dariku hanya karena kau bisa hamil dan aku tidak?!”

Aleena tersentak. Sepasang maniknya membeliak panik. “Ti-tidak, Nyonya! Saya tidak pernah berpikir seperti itu!”

“Kalau begitu lakukan dengan baik!” sergahnya penuh kekesalan. "Pastikan nanti malam kau tidak gagal lagi, Aleena!" kecamnya penuh peringatan.

Aleena susah payah menelan ludah. "Sa-saya mengerti, Nyonya," jawabnya.

Marsha mendengus, menilai Aleena sekali lagi lewat tatapan tajamnya. "Ingat, aku sudah membayarmu di muka. Pengobatan Papamu sudah aku lunasi. Jadi, jangan mengecewakanku! Malam ini, kau harus menghabiskan malam bersama suamiku!"

Aleena mengangguk. "Baik, Nyonya, saya akan—"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Marsha lebih dulu meninggalkan Aleena yang terpaku di tempat.

Ia memandang punggung wanita itu yang semakin menjauh. Aura kekesalannya terasa begitu kuat.

Sementara Aleena masih berdiri di sana dengan perasaan campur aduk. Melakukan apa yang dikatakan Marsha, benar-benar tidak mudah.

Menahan Asher untuk bermalam dengannya? Merayu Asher?

Aleena pasrah pun sudah menjijikkan di mata laki-laki itu. Apalagi jika Aleena menahan dan merayunya?

Aleena tak bisa membayang kata-kata menyakitkan seperti apa lagi yang akan keluar dari mulut pria itu.

Dada Aleena terasa sesak, menyadari tekanan yang ia rasakan kini sungguh berat.

Namun, Aleena kembali sadar kalau dirinya sudah ditolong lebih dulu oleh Marsha, maka saat ini gilirannya untuk melakukan dengan tugasnya dengan baik.

"Nyonya Marsha benar, aku harus menahan Tuan Asher. Aku harus bisa melakukannya sekalipun dia menghinaku," lirih Aleena, berusaha menguatkan diri.

Aleena terduduk, mengusap wajahnya dengan kalut. Pikirannya penuh dengan kecamuk yang membuatnya tampak begitu frustrasi.

Tanpa Aleena sadari, sejak tadi seseorang memperhatikannya. Laki-laki tampan berbalut tuxedo hitam itu berdiri di depan jendela ruang kerjanya menatap ke arah ruang kaca di taman seberang.

Asher mengepalkan kedua tangannya melihat Aleena yang nampak pasrah pada semua perintah Marsha.

Tak ada rasa iba sedikitpun di hati Asher melihat Aleena menangis di sana.

Karena bagi Asher, gadis itu tidak lebih dari gadis murahan yang menukarkan tubuhnya demi uang!

Tanpa melepaskan tatapannya, Asher mengetatkan rahangnya dengan napas berembus penuh kebencian.

"Gadis itu ... aku harus membuatnya pergi dari rumah ini!"

Related chapters

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 7. Malam Selanjutnya, Aleena Harus Berhasil!

    Aleena merasa jenuh berada di dalam paviliun sepanjang hari. Setelah kejadian pagi tadi, ia memang sengaja tidak keluar dari paviliun dan terus merenung di sana. Namun, saat hari menjelang malam, Aleena kepikiran kondisi Papanya yang masih terbaring di rumah sakit. Gadis itu pun berinisiatif untuk mengunjunginya malam itu juga.Kalau sudah sadar, Papanya pasti akan mencari Aleena. Belum lagi, pria paruh baya itu akan merasa kesepian bila tak menemukan keberadaannya. Aleena berpikir sambil menggigit bibir bagian dalamnya, lalu mengangguk kecil untuk meyakinkan diri. "Mungkin aku harus meminta izin pada Nyonya Marsha sebentar untuk ke rumah sakit," ucap Aleena. Perasaan ragu langsung hinggap di hatinya, tapi Aleena berusaha menepisnya. Bagaimanapun, ia harus memastikan kondisi Papanya agar tak terus merasa khawatir. Aleena melangkah keluar dari paviliun. Ia melewati taman samping untuk sampai di teras rumah megah milik Marsha dan Asher. Sesampainya di kediaman utama, Aleena memelan

    Last Updated : 2024-12-03
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 8. Satu Malam Tanpa Kelembutan

    Setelah kedua orang tua Asher pulang beberapa menit yang lalu, rumah megah itu pun tersisa Marsha dan Asher saja. Terlihat Marsha yang kini berdiri bersedekap menatap lurus ke arah paviliun tempat Aleena tinggal. "Aku tidak ingin kau mengulur banyak waktu, Asher," ucap Marsha tiba-tiba. Asher yang mendengarkannya pun menoleh. "Apa maksudmu, Sayang?" Marsha membuat tubuhnya menatap sang suami. "Aku sudah muak dengan semua cercaan Mamamu tentang anak sampai telingaku terasa panas karena terus mendengar hal itu setiap bertemu!""Sayang—""Kau tidak menepati janjimu padaku, Asher. Aku hanya memintamu untuk bermalam dengan Aleena, kita sudah membayar gadis itu. Hanya dia harapan kita satu-satunya!" desak Marsha dengan wajah memerah. Asher memijit pangkal hidungnya, tampak benar-benar frustrasi. “Marsha, aku bisa melakukannya kapan-kapan—”"Kapan-kapan?” sela Marsha. “Tapi sampai kapan, Asher? Apa kau tidak keberatan melihatku terus direndahkan seperti ini? Atau sebenarnya kau ingin be

    Last Updated : 2024-12-04
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 9. Beban yang Harus Ditanggung sang Ibu Pengganti

    “Akh—shh—” Aleena meringis menahan sakit pada bagian inti tubuhnya ketika ia terbangun di ranjang yang asing pagi itu. Ia menarik selimut dan mendekapnya dengan erat di dada saat menyadari tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. Bayangan-bayangan dari malam panas itu kembali terulang dalam ingatannya, seolah tak membiarkan Aleena lupa begitu saja. “Siapa dirimu sebenarnya, Aleena?” Aleena tidak tahu mengapa Asher tampak kalut dan tidak percaya bahwa dirinya masih suci. “S-saya—”“Tak mungkin aku yang pertama bagimu! Katakan, apa tujuanmu melakukan ini? Kenapa kau—”“Lakukan saja, Tuan,” Aleena menyela sebelum Asher kembali menghinanya dengan kata-kata tajam. Suaranya bergetar di bawah dominasi Asher yang membuat tubuhnya meremang. Ia hanya ingin semua ini segera berakhir. “Lakukan saja dengan cepat, seperti yang Nyonya Marsha inginkan….”Aleena tidak mengerti mengapa setelah itu Asher tiba-tiba berubah seperti predator kelaparan. Sentuhan dan gerakannya berantakan, menuntut,

    Last Updated : 2024-12-05
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 10. Hamil Anak dari sang Presdir Angkuh

    "A-apa maksud Tuan mengatakan hal itu?" Aleena menatap Asher dengan lekat, dan napasnya tercekat seolah ingin mencekiknya kuat-kuat. Mengapa Asher tidak pernah berhenti merendahkannya?Melihat ekspresi kesal di wajah Aleena, Asher hanya tersenyum miring. Dagunya terangkat, menunjukkan ekspresi remeh. "Memang begitu kenyataannya, bukan?" katanya dengan nada datar. "Baru semalam kau berhasil merayuku, siang ini kau sudah bertemu laki-laki lain.”“Saya hanya—”Asher lebih dulu menyela. “Kali ini apa yang kau tawarkan padanya? Tubuhmu, seperti yang kau lakukan padaku?”Dada Aleena bergemuruh hebat tak terima. Perkataan Asher selalu berhasil mencabik dan melukai perasaan serta harga dirinya setiap kali dia berbicara. Dengan kedua tangan terkepal, Aleena berdiri dengan tegap memberanikan diri menatap Asher yang kini duduk di sofa menyilangkan kakinya, memperhatikan Aleena dengan begitu rendahnya. Aleena menahan air matanya yang berdesakan dan berusaha menjelaskan. Bibirnya menipis gera

    Last Updated : 2024-12-06
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 11. Desakan untuk Segera Hamil

    Butuh beberapa menit perjalanan dari rumah Asher menuju rumah sakit dengan bus kota yang Aleena tumpangi. Di sepanjang jalan, hatinya dipenuhi perasaan tak sabar ingin segera memeluk Papanya. Setibanya di rumah sakit, Aleena berjalan memasuki lorong di lantai lima. Papanya kini dirawat di ruang kelas A, tempat di mana pasien-pasien mendapatkan penanganan khusus dan istimewa. Aleena berjalan bersama Dokter Camael, sosok dokter yang sudah dua tahun ini menangani Papa Aleena. "Kondisi Papa saya berarti sudah jauh lebih baik, kan, dok?" tanya Aleena mendongak menatap dokter itu sembari berjalan menuju ruangan rawat inap. "Sudah Nona. Kondisi Tuan Liam sudah jauh lebih baik semenjak beliau dioperasi," jawab dokter Camael menjelaskan.Aleena tersenyum lega mendengarnya. Ia bersyukur Tuhan menyelamatkan Papanya. Kini, ia bisa kembali melihat senyuman sang Papa yang terus menjadi penyemangat hidupnya. Aleena akhirnya tiba di depan pintu kamar inap Papanya. Dokter Camael pun berpamitan ke

    Last Updated : 2024-12-07
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 12. Perlakuan yang Keterlaluan

    Di kediaman utama pagi ini terlihat ramai. Tampak beberapa orang perempuan cantik dengan penampilan glamor dan berkelas yang sedang duduk bersama di teras samping kediaman utama. Aleena memperhatikan mereka dari taman di dekat paviliun saat ia mengikuti Bibi Julien memindahkan beberapa pot bunga. Aleena yang penasaran dengan para wanita itu, ia pun bertanya pada Bibi Julien. "Bi, mereka itu siapa?" Aleena menatap ke arah para wanita itu sebentar. "Mereka semua adalah teman Nyonya Marsha, para wanita dari kalangan masyarakat kelas atas, Nona," jawab Bibi Julien menjelaskan. Aleena mengangguk paham. Dalam hati ia sangat kagum dengan Marsha yang memiliki lingkungan pertemanan yang hebat. Tak menyangkal, Marsha memang wanita berkelas yang disegani.Tanpa Aleena sadari, tampaknya para wanita yang tengah duduk di teras itu juga memperhatikannya dari kejauhan.Mereka menatap sosok Aleena dengan rasa penasaran. Karena sejauh ini mereka tidak pernah melihat seorang gadis di kediaman sahab

    Last Updated : 2024-12-08
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 13. Kemarahan Asher pada Marsha

    Ketenangan Marsha terusik karena ucapan teman-temannya siang tadi tentang Aleena terngiang di kepalanya.Teringat bagaimana mereka mengatakan kalau Aleena sangat cantik dan masih muda, kemungkinan bisa membuat Asher berpaling darinya. Marsha merasa cemburu. Mempermalukan Aleena seperti tadi pun rasanya tidak cukup.Wanita itu melirik suaminya yang duduk di sofa kamar memangku laptopnya. "Sayang," panggilnya pelan. Ia menatap Asher dari pantulan cermin meja riasnya. "Hm?" Asher mengangkat wajahnya menatap sang istri. "Ada apa?" "Menurutmu … seperti apa sosok Alena?" tanya Marsha penasaran. "Kau bisa menjawabnya dengan jujur." Alis tebal Asher menukik seketika mendengar pertanyaan konyol istrinya, seolah tak suka Marsha membahas gadis itu saat mereka berdua. Asher kembali menatap laptopnya. "Biasa saja," jawabnya singkat. "Apa dia tidak cantik? Apa kau tidak tertarik dengannya karena dia muda dan menarik?" Mendengar pertanyaan istrinya yang semakin keterlaluan, Asher menutup lapt

    Last Updated : 2024-12-09
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 14. Perhatian Berselimut Kebencian

    Asher kembali pulang ke rumah setelah ia bertemu dengan Papanya untuk membahas pekerjaan, bahkan ia juga sempat ribut dengan Mamanya perkara Marsha. Namun, saat mobil hitamnya tiba di depan gerbang kediaman megahnya, di sana Asher melihat seorang laki-laki tampak berdiri memperhatikan rumahnya.Asher melepaskan kacamata hitam yang ia pakai. Keningnya mengerut saat mendapati orang itu ternyata pria yang sama dengan pria yang kapan hari berbincang dengan Aleena."Mau apa dia?" Asher mendengus kesal. Ia segera membuka pintu mobilnya dan melangkah keluar saat gerbang rumahnya di buka. Ia juga memerintahkan ajudannya untuk membawa mobil hitamnya masuk. Sedangkan Carl berdiri mematung menatap Asher yang turun dari dalam mobil dan berjalan ke arahnya. "Tu-Tuan, selamat siang," sapanya gugup. "Sedang apa kau di depan rumahku?" tanya Asher tanpa basa-basi. Carl tersenyum canggung. "Saya ingin bertemu sebentar dengan Aleena, Tuan," jawabnya. "Ada hubungan apa kau dengannya, sampai kau be

    Last Updated : 2024-12-10

Latest chapter

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 49. Asher Benedict, Laki-laki Paling Posesif!

    Aleena tidak tahu sampai kapan Asher akan menemaninya di rumah sakit. Setelah datang pagi tadi, hingga siang hari laki-laki itu tidak kunjung pergi. Meskipun tak banyak percakapan di antara mereka, tetapi tetap saja Aleena merasa sangat canggung.Aleena memperhatikan laki-laki tampan berbalut tuxedo hitam yang tengah duduk di sofa sambil memangku laptopnya dengan pandangan yang fokus ke layar benda tersebut. "Tuan Asher," panggil Aleena pelan. "Hm?" Asher menjawab dengan gumaman, sebelum sorot matanya tertuju padanya. Aleena gugup saat manik mata hitam itu menangkapnya dari pandangan. "Ee ... apa Tuan tidak ke kantor hari ini?" tanya Aleena, suaranya pun terdengar pelan. "Kau mengusirku?" Asher justru balik bertanya, laki-laki itu menatapnya lekat dari arah sofa. "Atau kau tidak senang suamimu menemanimu?" Wajah Aleena mendadak tegang mendengar apa yang Asher tanyakan. Suami, katanya?"Ti-tidak, Tuan, bukan seperti itu. Saya hanya bertanya saja," lirih Aleena sambil menggeleng

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 48. Kau Menghangatkan Hatiku, Aleena

    Keesokan paginya, Aleena kembali sendirian di rumah sakit setelah subuh tadi Jordan berpamitan pulang. Gadis cantik dengan balutan baju rumah sakit itu baru saja keluar dari ruangan dokter. Karena tidak ada keluarga yang datang untuk mengambil surat pemeriksaannya, maka Aleena pergi mengambil sendiri dan meninggalkan kamar rawat inapnya. Aleena tersenyum lega membaca surat pemeriksaannya. "Syukurlah, tidak terjadi apa-apa. Aku sempat khawatir kalau aku kenapa-kenapa," katanya. Aleena kembali melangkah melewati lorong rumah sakit, sampai akhirnya perhatiannya tersita pada sebuah ruangan berdinding kaca yang amat terang, di mana di dalamnya ada banyak bayi yang baru lahir ditidurkan di atas ranjang kecil di dalam ruangan itu. Perlahan Aleena berjalan mendekat dan berdiri di depan dinding kaca, tersenyum menatap bayi-bayi mungil menggemaskan di dalam sana. "Lucunya mereka," ucap Aleena tersenyum manis dan bahagia. “Ya Tuhan, manis sekali bayi-bayi itu.” Berdesir hangat hati Aleena,

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 47. Tuan Sangat Mengkhawatirkan Nona Aleena

    Orang tua Asher memberi kabar kalau mereka akan datang menjenguk menantunya malam ini. Marsha terlihat begitu kalut. Ia berusaha untuk berpura-pura sakit dan cedera di bagian kaki dan juga keningnya yang kini dipasang perban palsu. Wanita itu tidak mau Mama dan Papa mertuanya curiga!"Lihat, bagaimana penampilanku, Sayang?" Marsha menatap ke arah suaminya. "Apa perbannya terlalu kentara kalau ini tipuan?" Asher menatapnya sekilas, sebelum ia kembali menatap layar laptopnya. "Tidak perlu berlebihan," jawab Asher. Wanita cantik berdiri di depan cermin itu pun berdecak sebal mendengar jawaban sang suami. "Ayolah, Asher ... aku juga tidak ingin membuang-buang waktu untuk berakting seperti ini!" pekik Marsha menatap suaminya dari pantulan cermin. "Kalau bukan karena Aleena yang merepotkan itu, aku juga tidak sudi berakting seperti orang bodoh begini!"Marsha mendengus kesal dengan Asher yang terlihat sangat santai, atau lebih tepatnya tidak terlalu peduli dengannya. Tetapi, dengan b

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 46. Diam dan Patuhilah Aku

    Asher tiba di rumah sakit setelah beberapa menit perjalanan. Raut wajahnya yang keruh, tampak kalut diselimuti rasa khawatir setelah mendengar kabar Aleena mengalami kecelakaan. Laki-laki tampan berbalut tuxedo hitam itu berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan di mana ada beberapa suster dan dokter di dalamnya. "Tuan Asher?" sapa seorang dokter laki-laki melangkah ke arahnya. "Ya, di mana pasien atas nama Aleena Pandora, dok?" tanya Asher cemas. "Bagaimana keadaannya?" "Pasien sudah dipindahkan ke kamar perawatan, Tuan," jawab dokter itu. "Syukurlah tidak ada luka serius yang dialami oleh Nona Aleena. Hanya lecet di beberapa bagian, dan benturan di kepalanya mungkin akan membuat Nona Aleena merasa pusing untuk beberapa waktu." Asher berdecak kesal. "Di mana ruangan itu?" "Mari ikut dengan saya." Dengan langkah lebarnya yang tergesa, dokter menunjukkan ruangan perawatan di mana Aleena kini berada. Segera Asher masuk ke dalam ruangan itu dan ia melihat Aleena terbaring lemah deng

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 45. Kepanikan Asher Mendengar Kabar Aleena

    Keesokan harinya, Aleena tetap menjauh dari Asher. Ia mengubah semua jadwal kegiatan hariannya, demi tidak bertemu dengan pria itu. Aleena berjalan terburu-buru menuju ke tempatnya mengajar. Ia baru saja kembali dari rumah sakit menjenguk Papanya."Ya ampun, tinggal setengah jam lagi. Aku bisa terlambat," gerutu Aleena menatap layar ponselnya. Gadis itu tidak menemukan bus kota yang melewati jalur menuju gedung sekolah. Hingga mau tidak mau, Aleena harus berjalan kaki. Namun, tiba-tiba saja langkah Aleena terhenti saat ia melihat Carl berjalan dengan beberapa orang laki-laki, keluar dari dalam sebuah restoran. "Aleena," sapa Carl menghadang langkahnya. "C-Carl," lirih Aleena kaget dan gugup. Ia tidak menduga akan bertemu pria itu di sini."Kenapa kau berjalan kaki?" tanya Carl menatap sekitar. "Kau akan berangkat bekerja, kan?" Aleena mengangguk. "Aku tidak menemukan bus pagi ini. Sepertinya aku kesiangan." "Lalu kenapa kau tidak naik taksi saja? Itu lebih memudahkanmu," katany

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 44. Risau, Sehari Tak Melihatmu

    Beberapa hari berlalu, Asher terlihat tak seperti biasanya. Laki-laki itu tampak gelisah setelah beberapa hari ini dia tidak melihat Aleena. Lebih tepatnya sejak keributan bersama Marsha di paviliun. Sejak saat itu, Asher tidak lagi melihat Aleena sama sekali. Asher tidak tahu, seharian ini ia tidak fokus bekerja dan terus memikirkan Aleena. Entah apa yang membuatnya tak tahan ingin bertemu gadis itu, sekalipun hanya melihatnya."Apa ada jadwal pertemuan lagi nanti?" tanya Asher pada Jordan yang duduk di sofa di dalam ruangan kerjanya. "Tidak ada, Tuan. Setelah meeting sore ini, semua jadwal pertemuan dilanjutkan besok," jawab Jordan. Asher mengangguk. "Oke. Hari ini aku akan pulang sendiri, kau lanjutkan beberapa pekerjaan yang tertunda," ujarnya beranjak dari duduknya. "Baik, Tuan." Jordan memperhatikan bosnya yang tidak biasanya pergi dengan terburu-buru seperti ini, apalagi tidak mau ditemani.Asher melangkah keluar dari dalam ruangan CEO, laki-laki berbalut tuxedo navy itu

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 43. Jangan Menyalahkan Aleena!

    Marsha berdiri di ambang pintu kamar Aleena dengan wajah memerah penuh amarah melihat Asher mencium Aleena. Kedatangan Marsha kali ini membuat Aleena sangat takut, ia berusaha mendorong Asher untuk menjauh darinya, namun laki-laki itu malah menatapnya lekat-lekat. "Ah, rupanya ada yang datang," ucap Asher seolah tak berdosa. Asher melirik ke arah Marsha berdiri. Setelah itu, barulah ia menegakkan tubuhnya dan memutar tubuhnya menatap ke arah istrinya yang menatapnya kesal. "Jadi begini kau di belakangku, Asher! Seperti ini?!" seru Marsha, ia berjalan mendekati Asher. "Kau pasti digoda oleh gadis itu, kan? Benar, kan?!" Marsha beralih menatap Aleena dengan tatapan tajam seolah siap menerkam. "Kau memang gadis tidak tahu diri, Aleena!" Saat Marsha hendak menerjang Aleena, dengan sigap Asher menghadang istrinya. Ia melindungi Aleena dari amukan Marsha. Aleena gemetar. Ia tahu ia salah, tapi Aleena juga sudah menolak, tapi nyatanya ... ia tetap tidak bisa melawan Asher dan berujung

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 42. Tidur Denganku!

    Setelah kejadian tadi siang di sekolah, Aleena merasa bersyukur karena adanya Asher yang datang dan menolongnya. Meskipun Aleena juga penasaran, apa yang Asher datang ke sana?Pukul tujuh malam, Aleena baru saja sampai di paviliun. Ia bergegas membersihkan tubuhnya, kini Aleena tampak berdiri termenung dan murung di depan meja riasnya. Aleena mengembuskan napasnya berat. "Padahal aku sudah memutuskan untuk menjauhi Tuan Asher. Tetapi, kalau aku tidak berterima kasih untuk kejadian pagi tadi, rasanya sangat tidak sopan." Rasa ragu yang melanda membuat Aleena tenggelam dalam kegelisahan.Hingga suara pintu kamarnya yang terbuka, membuat Aleena menoleh dengan cepat.Aleena menegakkan tubuhnya, dengan wajah sayu ia menatap sosok Asher yang masuk ke dalam kamarnya. Laki-laki dengan setelan tuxedo hitam itu menutup pintu kamar dan melangkah mendekatinya. "Tuan A-Asher," lirih Aleena dengan wajah tegang. Asher berdiri tepat di hadapannya. Laki-laki bertubuh tinggi besar itu menatapnya hi

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 41. Kedatang Asher untuk Aleena

    Keesokan harinya, Aleena bersiap pergi pagi-pagi sekali. Setelah kejadian semalam, Aleena meneguhkan hatinya untuk tidak lagi bertemu Asher. Aleena akan mencoba menghindari laki-laki itu mulai hari ini. Bahkan pagi ini, Aleena keluar dari paviliun pukul enam. Dari paviliun ke gedung sekolah seni, Aleena berjalan kaki hingga hampir satu setengah jam lamanya. Setelah sampai di sekolah, Aleena ternyata sudah ditunggu oleh Madam Calister di depan ruangannya. "Selamat pagi, Ms. Aleena," sapa Madam Calister, wanita itu memperhatikan Aleena lekat-lekat dan tampak terkejut. "O-oh astaga, apa kau habis menangis?" Aleena tersenyum tipis dan menggeleng, ia menundukkan kepalanya cepat. Matanya memang membengkak pagi ini. Meski sudah ia tutupi dengan makeup, tapi rupanya itu tidak terlalu berhasil."Bu-bukan, Madam," jawab Aleena mengusap pipinya. Madam Calister mengusap pundak Aleena dengan lembut. "Oh, Ms. Aleena … kau pasti sangat kepikiran akan masalah ini ya,” ujarnya prihatin. Aleena t

DMCA.com Protection Status