Home / Romansa / Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris / Bab 8. Satu Malam Tanpa Kelembutan

Share

Bab 8. Satu Malam Tanpa Kelembutan

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2024-12-04 17:02:29

Setelah kedua orang tua Asher pulang beberapa menit yang lalu, rumah megah itu pun tersisa Marsha dan Asher saja.

Terlihat Marsha yang kini berdiri bersedekap menatap lurus ke arah paviliun tempat Aleena tinggal.

"Aku tidak ingin kau mengulur banyak waktu, Asher," ucap Marsha tiba-tiba.

Asher yang mendengarkannya pun menoleh. "Apa maksudmu, Sayang?"

Marsha membuat tubuhnya menatap sang suami. "Aku sudah muak dengan semua cercaan Mamamu tentang anak sampai telingaku terasa panas karena terus mendengar hal itu setiap bertemu!"

"Sayang—"

"Kau tidak menepati janjimu padaku, Asher. Aku hanya memintamu untuk bermalam dengan Aleena, kita sudah membayar gadis itu. Hanya dia harapan kita satu-satunya!" desak Marsha dengan wajah memerah.

Asher memijit pangkal hidungnya, tampak benar-benar frustrasi. “Marsha, aku bisa melakukannya kapan-kapan—”

"Kapan-kapan?” sela Marsha. “Tapi sampai kapan, Asher? Apa kau tidak keberatan melihatku terus direndahkan seperti ini? Atau sebenarnya kau ingin bercerai dariku karena aku bukan istri yang berguna seperti kata ibumu?”

"Jangan bawa-bawa perceraian di antara kita, Marsha," desis Asher tak terima.

Marsha tersenyum pahit. "Kenapa? Bukankah itu yang kau mau?"

Asher mengepal kuat jemari kedua tangannya dan menatap istrinya dengan tajam.

Seolah tak takut dengan kemarahan yang terpancar dari wajah Asher, Marsha pun berdiri tegap menatapnya.

"Kalau memang tidak, maka malam ini lakukan dengan Aleena," kata Marsha. Lalu tanpa mengatakan apapun lagi, ia menyahut kunci mobilnya dan tas miliknya.

Asher yang melihat itu, lantas ia mencekal lengan istrinya, berusaha menahannya.

"Kau mau ke mana malam-malam begini?"

“Aku butuh waktu untuk menjernihkan pikiranku,” sahut Marsha, lalu melenggang pergi tanpa mempedulikan panggilan dari suaminya.

Asher tercenung dengan segala perasaan tak menentu. Sengaja ia tidak mengejar Marsha yang sedang marah padanya, karena tidak ingin suasana hati Marsha semakin buruk.

Namun, permintaan Marsha tetap membuat Asher tidak sudi melakukannya.

Bagaimana bisa istrinya meminta hal itu padanya? Apakah Marsha terlalu sakit hati dengan ucapan Mamanya?

Asher menggeram kesal menatap ke arah paviliun tempat Aleena dengan garis rahangnya yang kini terlukis jelas.

**

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saat Aleena keluar dari paviliun menuju rumah utama. Ia ingin mengambil ponselnya yang tertinggal di dapur sejak siang tadi.

Gadis itu melangkah masuk tanpa suara ke dalam rumah melalui pintu samping.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Bariton yang terdengar dingin dan dalam itu membuat langkah kaki Aleena terhenti, tubuhnya seolah membeku di tempat. Aleena menelan ludah saat ia menoleh dan mendapati sosok Asher duduk di sofa dengan tatapan menghunus tajam.

Aleena langsung tertunduk dan seketika menyadari pakaian tipis yang ia pakai. Tangannya sontak menutupi tubuhnya. Tadinya ia berpikir karena rumah sudah sepi, jadi tak masalah jika ia hanya mengenakan gaun tidur tipis. Toh ia hanya sebentar berada di sana.

Tapi kini … tatapan pria itu seakan tengah melucuti Aleena hingga membuatnya menggigil.

"I-itu Tuan, saya hanya—"

Lidah Aleena terasa kelu, ia tergagap hingga ucapannya terhenti saat Asher beranjak dari duduknya dan melangkah ke arahnya.

Saat Asher mendekat, aroma pekat alkohol menguar darinya. Tatapan mata sayu dan kemejanya yang berantakan membuat Aleena menyadari bahwa Asher tengah mabuk!

"Ma-maaf, Tuan, saya hanya ingin mengambil ponsel saya yang tertinggal," ujar Aleena gugup.

Asher berdecih mendengarnya. "Alasan!" katanya, sepasang matanya menelisik penampilan Aleena, "Kau kemari ingin menggodaku agar tidur denganmu, iya kan?"

Aleena menggeleng cepat. "Ti-tidak, Tuan, saya tidak bermaksud—"

Asher tersenyum miring dengan tatapan remeh. Ia berjalan semakin mendekat hingga hanya menyisakan sedikit jarak di antara keduanya.

“Kau memang wanita murahan yang tidak tahu diri!”

Bagai tertusuk seribu duri, hati Aleena nyeri atas penghinaan yang Asher lontarkan padanya. Namun, ia berusaha menguatkan diri. Asher sedang mabuk, ia mungkin tidak sadar dengan ucapannya sendiri.

Aleena hendak melangkah pergi, tapi tiba-tiba saja satu lengannya ditahan oleh Asher dengan cengkeraman erat.

Matanya membeliak saat Asher menarik lengannya hingga wajah mereka menjadi sangat dekat.

Hangat napas pria itu menerpa wajah Aleena saat berkata, "Bukankah ini yang kau inginkan? Tidur denganku?"

Satu lengan Asher menarik pinggang Aleena hingga menghapus jarak di antara mereka. Aleena tercekat, seluruh saraf motoriknya seolah tak berfungsi. Ia hanya bisa terpaku seperti patung.

"Kau menunjukkan seberapa murahnya dirimu di mataku dengan pakaian hinamu ini," bisik Asher dengan seringai di bibirnya.

Telapak tangan Aleena mendorong dada bidang Asher yang kokoh. "Anda mabuk, Tuan,” ujarnya, berusaha menekan rasa sakit hati atas penghinaan Asher. “Sebaiknya Anda beristirahat, saya akan—”

“Sekarang kau bersikap jual mahal, eh?” Asher mendengus. “Siapa yang ingin kau bodohi, gadis sia—”

Aleena menggertakkan rahang. Kata-kata sinis penuh penghinaan itu membuatnya tak tahan. Ia langsung menyela dan mendorong tubuh Asher sekali lagi.

“Saya di sini hanya untuk sebuah kesepakatan, Tuan Asher yang terhormat. Berhenti menghina saya karena saya bukan gadis seperti yang—”

Aleena tidak sempat melanjutkan kalimatnya saat Asher tiba-tiba saja menarik tengkuk lehernya dan mencium bibirnya dengan kasar.

Aleena terkejut. Ia berusaha mendorong tubuh Asher, namun tenaganya tak seberapa untuk melawan laki-laki itu. Asher memeluk tubuh kecilnya dan membawanya ke dalam sebuah kamar di lantai satu tanpa melepaskan tautan bibir mereka.

"Tu-Tuan Asher, tunggu—" Aleena memekik saat Asher mendorongnya ke atas ranjang.

Asher menatap dingin seraya membuka satu persatu kancing kemeja putih yang ia pakai dan melemparkannya begitu saja.

"Aku akan mengabulkan permintaanmu," ucap Asher dengan suara nyaris seperti menggeram.

Aleena gemetar ketakutan, ia menelan saliva susah payah saat Asher kembali mengurung tubuhnya di atas ranjang.

Tanpa membuang waktu, Asher kembali mencium Aleena. Ciuman itu kasar dan menuntut. Ia menyingkap gaun tidur tipis yang melekat di tubuh gadis itu dengan tak sabar.

Aleena tak berdaya. Sentuhan-sentuhan panas yang membelai lekuk tubuh indahnya membuatnya gemetar, antara terkejut dan juga takut.

Ini kali pertama seorang laki-laki menyentuh tubuhnya dengan begitu intim. Bahkan Carl tak pernah menyentuhnya seperti ini karena ia selalu menjaga martabatnya sebagai seorang wanita.

Tapi kini … Aleena merasa dirinya seperti wanita murahan. Seperti kata Asher.

"Tuan Asher, tung—ahh—" Aleena memejamkan kedua matanya erat saat ia merasakan sesuatu yang keras menekan pangkal pahanya.

Air mata jatuh membasahi pipinya tanpa bisa dicegah. Aleena ketakutan saat bagian inti tubuhnya seolah tengah dimasuki dengan paksa, hingga tanpa sadar ia mencengkeram erat punggung Asher dengan kuku jemarinya yang menancap kuat.

Gestur itu justru membuat gerakan Asher semakin tergesa. Ia menganggap Aleena menikmati apa yang tengah mereka lakukan.

“Kau menikmatinya, hm?”

Aleena menggeleng, tapi justru lenguhan lirih yang keluar dari bibirnya saat Asher semakin jauh menyentuhnya.

“Hngh—”

Embusan napas berat menggema di kamar itu. Asher menggeram saat miliknya tenggelam lebih dalam, memasuki bagian paling intim dan yang paling dijaga Aleena sepanjang hidupnya.

Tiba-tiba, gerakan Asher terhenti saat menyadari sesuatu.

"Kau … masih perawan?" bisiknya dengan nada rendah. Ia terdengar tak percaya sekaligus takjub saat melihat noktah merah pada sprei di bawah mereka.

Sepasang matanya yang menggelap itu menelusuri wajah Aleena yang basah dan memerah di bawah kungkungannya.

Aleena membalas tatapan itu berkaca-kaca. Bibirnya gemetar menahan suara tangis.

Asher mengatupkan rahangnya yang tegas. Tatapannya pada Aleena begitu sulit diartikan.

Suaranya terdengar berat dan mengintimidasi saat bertanya, “Siapa dirimu sebenarnya, Aleena?”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yusnida Wati
kenp tidak bisa buka bab selanjut nya malah kembali ke bab awal
goodnovel comment avatar
Fauziah Nur
knp tak BS buk bab baru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 9. Beban yang Harus Ditanggung sang Ibu Pengganti

    “Akh—shh—” Aleena meringis menahan sakit pada bagian inti tubuhnya ketika ia terbangun di ranjang yang asing pagi itu. Ia menarik selimut dan mendekapnya dengan erat di dada saat menyadari tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. Bayangan-bayangan dari malam panas itu kembali terulang dalam ingatannya, seolah tak membiarkan Aleena lupa begitu saja. “Siapa dirimu sebenarnya, Aleena?” Aleena tidak tahu mengapa Asher tampak kalut dan tidak percaya bahwa dirinya masih suci. “S-saya—”“Tak mungkin aku yang pertama bagimu! Katakan, apa tujuanmu melakukan ini? Kenapa kau—”“Lakukan saja, Tuan,” Aleena menyela sebelum Asher kembali menghinanya dengan kata-kata tajam. Suaranya bergetar di bawah dominasi Asher yang membuat tubuhnya meremang. Ia hanya ingin semua ini segera berakhir. “Lakukan saja dengan cepat, seperti yang Nyonya Marsha inginkan….”Aleena tidak mengerti mengapa setelah itu Asher tiba-tiba berubah seperti predator kelaparan. Sentuhan dan gerakannya berantakan, menuntut,

    Last Updated : 2024-12-05
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 10. Hamil Anak dari sang Presdir Angkuh

    "A-apa maksud Tuan mengatakan hal itu?" Aleena menatap Asher dengan lekat, dan napasnya tercekat seolah ingin mencekiknya kuat-kuat. Mengapa Asher tidak pernah berhenti merendahkannya?Melihat ekspresi kesal di wajah Aleena, Asher hanya tersenyum miring. Dagunya terangkat, menunjukkan ekspresi remeh. "Memang begitu kenyataannya, bukan?" katanya dengan nada datar. "Baru semalam kau berhasil merayuku, siang ini kau sudah bertemu laki-laki lain.”“Saya hanya—”Asher lebih dulu menyela. “Kali ini apa yang kau tawarkan padanya? Tubuhmu, seperti yang kau lakukan padaku?”Dada Aleena bergemuruh hebat tak terima. Perkataan Asher selalu berhasil mencabik dan melukai perasaan serta harga dirinya setiap kali dia berbicara. Dengan kedua tangan terkepal, Aleena berdiri dengan tegap memberanikan diri menatap Asher yang kini duduk di sofa menyilangkan kakinya, memperhatikan Aleena dengan begitu rendahnya. Aleena menahan air matanya yang berdesakan dan berusaha menjelaskan. Bibirnya menipis gera

    Last Updated : 2024-12-06
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 11. Desakan untuk Segera Hamil

    Butuh beberapa menit perjalanan dari rumah Asher menuju rumah sakit dengan bus kota yang Aleena tumpangi. Di sepanjang jalan, hatinya dipenuhi perasaan tak sabar ingin segera memeluk Papanya. Setibanya di rumah sakit, Aleena berjalan memasuki lorong di lantai lima. Papanya kini dirawat di ruang kelas A, tempat di mana pasien-pasien mendapatkan penanganan khusus dan istimewa. Aleena berjalan bersama Dokter Camael, sosok dokter yang sudah dua tahun ini menangani Papa Aleena. "Kondisi Papa saya berarti sudah jauh lebih baik, kan, dok?" tanya Aleena mendongak menatap dokter itu sembari berjalan menuju ruangan rawat inap. "Sudah Nona. Kondisi Tuan Liam sudah jauh lebih baik semenjak beliau dioperasi," jawab dokter Camael menjelaskan.Aleena tersenyum lega mendengarnya. Ia bersyukur Tuhan menyelamatkan Papanya. Kini, ia bisa kembali melihat senyuman sang Papa yang terus menjadi penyemangat hidupnya. Aleena akhirnya tiba di depan pintu kamar inap Papanya. Dokter Camael pun berpamitan ke

    Last Updated : 2024-12-07
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 12. Perlakuan yang Keterlaluan

    Di kediaman utama pagi ini terlihat ramai. Tampak beberapa orang perempuan cantik dengan penampilan glamor dan berkelas yang sedang duduk bersama di teras samping kediaman utama. Aleena memperhatikan mereka dari taman di dekat paviliun saat ia mengikuti Bibi Julien memindahkan beberapa pot bunga. Aleena yang penasaran dengan para wanita itu, ia pun bertanya pada Bibi Julien. "Bi, mereka itu siapa?" Aleena menatap ke arah para wanita itu sebentar. "Mereka semua adalah teman Nyonya Marsha, para wanita dari kalangan masyarakat kelas atas, Nona," jawab Bibi Julien menjelaskan. Aleena mengangguk paham. Dalam hati ia sangat kagum dengan Marsha yang memiliki lingkungan pertemanan yang hebat. Tak menyangkal, Marsha memang wanita berkelas yang disegani.Tanpa Aleena sadari, tampaknya para wanita yang tengah duduk di teras itu juga memperhatikannya dari kejauhan.Mereka menatap sosok Aleena dengan rasa penasaran. Karena sejauh ini mereka tidak pernah melihat seorang gadis di kediaman sahab

    Last Updated : 2024-12-08
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 13. Kemarahan Asher pada Marsha

    Ketenangan Marsha terusik karena ucapan teman-temannya siang tadi tentang Aleena terngiang di kepalanya.Teringat bagaimana mereka mengatakan kalau Aleena sangat cantik dan masih muda, kemungkinan bisa membuat Asher berpaling darinya. Marsha merasa cemburu. Mempermalukan Aleena seperti tadi pun rasanya tidak cukup.Wanita itu melirik suaminya yang duduk di sofa kamar memangku laptopnya. "Sayang," panggilnya pelan. Ia menatap Asher dari pantulan cermin meja riasnya. "Hm?" Asher mengangkat wajahnya menatap sang istri. "Ada apa?" "Menurutmu … seperti apa sosok Alena?" tanya Marsha penasaran. "Kau bisa menjawabnya dengan jujur." Alis tebal Asher menukik seketika mendengar pertanyaan konyol istrinya, seolah tak suka Marsha membahas gadis itu saat mereka berdua. Asher kembali menatap laptopnya. "Biasa saja," jawabnya singkat. "Apa dia tidak cantik? Apa kau tidak tertarik dengannya karena dia muda dan menarik?" Mendengar pertanyaan istrinya yang semakin keterlaluan, Asher menutup lapt

    Last Updated : 2024-12-09
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 14. Perhatian Berselimut Kebencian

    Asher kembali pulang ke rumah setelah ia bertemu dengan Papanya untuk membahas pekerjaan, bahkan ia juga sempat ribut dengan Mamanya perkara Marsha. Namun, saat mobil hitamnya tiba di depan gerbang kediaman megahnya, di sana Asher melihat seorang laki-laki tampak berdiri memperhatikan rumahnya.Asher melepaskan kacamata hitam yang ia pakai. Keningnya mengerut saat mendapati orang itu ternyata pria yang sama dengan pria yang kapan hari berbincang dengan Aleena."Mau apa dia?" Asher mendengus kesal. Ia segera membuka pintu mobilnya dan melangkah keluar saat gerbang rumahnya di buka. Ia juga memerintahkan ajudannya untuk membawa mobil hitamnya masuk. Sedangkan Carl berdiri mematung menatap Asher yang turun dari dalam mobil dan berjalan ke arahnya. "Tu-Tuan, selamat siang," sapanya gugup. "Sedang apa kau di depan rumahku?" tanya Asher tanpa basa-basi. Carl tersenyum canggung. "Saya ingin bertemu sebentar dengan Aleena, Tuan," jawabnya. "Ada hubungan apa kau dengannya, sampai kau be

    Last Updated : 2024-12-10
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 15. Di Balik Sikap Dingin Asher

    Beberapa menit kemudian, Aleena sampai di rumah sakit. Pakaiannya basah kuyup, membuat tubuhnya menggigil. Namun, ia tidak peduli dengan kondisinya sendiri. Ia bergegas menemui Dokter Camael yang sudah menunggu kedatangannya. Dokter itu menjelaskan tentang kondisi Liam yang tiba-tiba saja drop hingga membuat Aleena panik. "Jangan khawatir, Nona, hal ini bisa terjadi karena kondisi Tuan Liam belum benar-benar pulih seratus persen. Semuanya butuh proses," ujar Dokter Camael yang duduk di hadapan Aleena. Wajah Aleena tertekuk sedih. "Jadi ... meskipun sudah operasi, Papa saya masih akan sering kambuh, dok?" "Benar, Nona. Tapi hanya untuk sementara saja, kalau kondisinya sudah stabil, maka tidak akan mudah kambuh lagi," jawab Dokter Camael tersenyum tipis. Aleena mengangguk paham. Panjang lebar dokter itu menjelaskan tentang perkembangan kondisi Papanya saat ini. Beberapa menit kemudian, barulah Aleena keluar dari dalam ruangan Dokter Camael. Meski sedikit lega karena dokter berka

    Last Updated : 2024-12-11
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 16. Tak Ingin Menggantungkan Hidup pada Keluarga Benedict

    Keesokan paginya, Aleena digaduhkan oleh suara Bibi Julien yang mengetuk pintu kamarnya dengan keras dan memanggil namanya berkali-kali. Aleena sampai terjingkat mendengarnya. Sepertinya, ada sesuatu yang serius sedang terjadi. "Selamat pagi, Nona Aleena ... apakah Nona sudah bangun?" pekiknya dari luar. “Nona, ada yang mau Bibi bicarakan!” "Iya, Bi, tunggu sebentar." Aleena yang sudah bangun dan bersiap sejak pagi tadi pun segera berjalan membuka pintu kamarnya. Tampak Bibi Julien dengan wajah paniknya berdiri di depan pintu. "Ada apa, Bi?" tanya Aleena bingung. "Itu Nona, di depan ada seorang gadis mencari Nona. Ia berkata masih ada hubungan keluarga Nona Aleena," jelas Bibi Julien. Keluarga? Apakah Aleena tidak salah dengar?Padahal Aleena hanya memiliki seorang ayah saja sebagai satu-satunya keluarga. "Aku akan keluar menemuinya sebentar, Bi," ujar Aleena. Ia langsung turun ke lantai satu. Di teras paviliun, Aleena melihat seorang gadis cantik berambut sebahu duduk di so

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 249. Pertemuan Penuh Emosi dan Air Mata

    Aleena terkejut mendengar apa yang Asher katakan barusan. Ia menatap benci pada laki-laki di depannya ini. Sungguh, mimpi terburuk baginya bisa melihat laki-laki ini lagi. Air mata Aleena tidak bisa berhenti, ia merangkulnya Theo yang kini memeluk kakinya. Anak itu menatap bingung apa yang terjadi pada dua orang dewasa ini. "Mama ... Mama kenapa menangis?" Theo mendongakkan kepalanya dan bertanya dengan wajah sedih. Aleena menundukkan kepalanya menatap Theo, ia tidak bisa berkata-kata saat menatap Theo. Kedua kaki Aleena terasa lemas, ia menekuk kedua lututnya dan memeluk Theo dengan sangat erat. Aleena menangis, tidak bisa ia tahan lagi. Tak peduli dengan Asher yang masih berdiri di hadapannya saat ini. Theo tampak bingung melihat Ibu gurunya itu manangis memeluknya. "Mama," lirih Theo memeluk Aleena. "Kenapa menangis? Siapa yang nakal? Papaku ya, yang nakal? Mau Theo pukul Papa?" tawarnya. Aleena membenamkan wajahnya di pundak kecil Theo. "Anakku," lirih Aleena histeris. "Aa

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 248. Lama Tidak Bertemu, Istriku

    Aleena berangkat ke taman tempat ia biasanya membawa Theo. Bagaimanapun juga, Aleena tidak akan tega melihat anak itu menangis. Hingga beberapa menit kemudian, Aleena telah sampai di taman. Gadis itu berjalan masuk ke dalam area taman dan tampak mencari-cari. "Di mana Theo?" gumam Aleena lirih. Aleena menoleh ke kanan dan ke kiri, sampai akhirnya Aleena melihat anak kecil laki-laki duduk di bangku taman sendirian. Napas Aleena berembus lega, gadis itu segera bergegas mendekati Theo yang kini tidak menyadari kedatangannya. "Theo," sapa Aleena memanggil anak itu. Theo pun menoleh cepat, dia terkejut melihat Aleena berjalan ke arahnya. Ekspresi wajah Theo pun langsung menunjukkan kesedihan. "Ma...!" Anak itu berlari ke arahnya sambil merentangkan kedua tangannya. Segera Aleena memeluk anak itu dengan sangat erat. Theo menangis dalam pelukan Aleena. "Kenapa Mama tidak ke sekolah?" tanya anak itu sambil meletakkan kepalanya di pundak Aleena. "Theo tidak mau ke sekolah kalau Mama t

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 467. Aleena Tak Melupakan Suasa Asher

    Liam sangat terkejut melihat kondisi Aleena yang pulang dari toko diantarkan oleh asistennya dengan keadaan cemas dan ketakutan. Kini, Aleena berdiam diri di dalam kamarnya. Ia duduk menekuk kedua lututnya dan memeluknya dengan erat sambil diam melamun jauh. Ditemani Papanya yang baru meletakkan segelas air putih di atas meja. "Nak, apa yang terjadi? Kenapa pulang-pulang menangis seperti ini? Cerita pada Papa," bujuk Liam menatap lekat putrinya. "Tidak apa-apa, Pa. Sepertinya ... aku hanya kelelahan saja," jawab Aleena lirih. "Sungguh? Kau tidak berbohong, kan, pada Papa?" Liam memastikan. Aleena menggeleng dan ia mencoba untuk tersenyum pada sang Papa. Papanya sudah tua, Aleena tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya pada Papanya, ia takut bagaimana bila Papanya jatuh sakit karena ia. "Ya sudah, kalau begitu cepatlah istirahat. Besok tidak usah bekerja dulu, diam di rumah dan istirahat saja, mengerti!" Aleena mengangguk patuh. "Iya, Pa." "Hm. Sudah, Papa kembali ke lantai s

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 246. Buket Bunga dan Telepon Kerinduan yang Membawa Air Mata

    Saat hari sudah gelap, Asher meminta kedua ajudannya menjaga Theo di rumah. Putra kecilnya sibuk dan asik bermain, ia tidak mau ikut pergi ke luar bersama Asher. Sedangkan Marsha juga masih berada di rumah Asher dan menolak keras untuk pulang. Diam-diam malam ini Asher pergi ke toko mainan milik Liam Eston. Asher melihat seorang wanita cantik yang kini terlihat berada di dalam tempat itu. Aleena Pandora, tampak berdiri sendirian di dalam sebuah ruangan yang dipenuhi dengan mainan-mainan dan hiasan lampu natal yang menggantung-gantung, lampu yang bersinar terang membuatnya terlihat sangat cantik dari pantulan cahaya kuning ruangan itu. Asher menatapnya lekat dan dalam. "Aleena," ucapnya lirih. Perlahan, Asher meraih sebuah buket Peony di bangku kemudi sampingnya. Asher bergegas turun dari dalam mobil. Ia berjalan masuk ke dalam toko dan kedatangannya di sambut oleh salah seorang karyawan perempuan. "Selamat datang di Prayola Toy store, Tuan..." Asher menatap wanita itu dan menga

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 245. Wanitaku yang Sangat Kurindukan

    Pukul tiga sore, Asher mendapatkan telfon dari guru yang menjaga Theo untuk menjemputnya di sebuah taman bermain di tengah-tengah kota Lamberg. Asher segera berangkat bersama dengan Stefan, bersamaan dengannya pulang sore ini. Sepanjang perjalanan, Asher tidak bisa tenang, ia terus memikirkan Aleena. Bagaimana bisa Asher tidak menemui wanita itu, sanggupkah ia bila melihat Aleena lalu tidak memeluknya setelah lima tahun kerinduan di dalam hatinya menyiksa begitu kejam. "Kita sudah sampai, Tuan," ujar Stefan menghentikan mobilnya. Lamunan Asher buyar, laki-laki itu menyergah napasnya pelan dan saat ia hendak membuka pintu mobil, Asher melihat seorang wanita cantik berjalan dengan Theo. Wanita berkulit putih, bertubuh ramping dengan balutan dress biru muda, dan rambut panjangnya yang diikat, mereka tampak tertawa bersama duduk di atas rerumputan taman. Wanita cantik itu tengah membawakan cup es krim yang sesekali ia suapkan pada Theo. Senyuman wanita itu, raut wajah cantiknya ...

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 244. Wanita itu, Istriku yang Dulu Hilang!

    Jam menunjukkan pukul sebelas siang, Theo terlihat duduk di bangku depan sekolah menunggu pengasuh yang akan datang menjemputnya. Dari jauh, Aleena memperhatikan anak itu. Sebenarnya, tak cukup bagi Aleena untuk hanya bertemu dengan Theo di sekolah saja. Apalagi ... sejak anak itu memanggilnya dengan panggilan 'Mama'. Aleena merasa ingin terus berada di dekatnya. "Ms. Aleena," sapa Ms. Ambeer mendekatinya. "Ya, Ms. Ambeer?" Aleena menoleh dan menatap rekannya tersebut. "Saya pikir Ms. Aleena sudah pulang. Ternyata masih di sini," ujarnya. "Iya. Saya masih memperhatikan Theo. Kasihan, dia sendirian belum ada jemputan," jawab Aleena menatap Theo di depan sana. "Orang tuanya pasti sebentar lagi akan datang," ujar Ms. Ambeer. Aleena mengangguk. "Iya, Ms." "Kalau begitu, saya duluan ya ... saya ada acara sebentar lagi. Aleena hanya memberikan jawaban dengan anggukan dan senyuman di bibirnya. Sebelum akhirnya Ambeer bergegas pergi. Setelah itu, Aleena kembali mendekati Theo. Anak

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 243. Panggilan Mama dari Theo untuk Aleena

    Keesokan paginya, Theo bersiap berangkat ke sekolah. Kali ini, Asher lah yang mengantarkan Theo ke sekolah. Dengan seragam berwarna putih dan biru muda di bagian blazer dan celana pendeknya, Theo tampak cerah berseri-seri bersemangat bertemu teman-temannya. "Jangan nakal di sekolah ya, Sayang," ujar Asher menekuk kedua lututnya di hadapan Theo. Kedua tangannya memegang pundak kecil Theo dengan hangat. "Pulang nanti, Nanny Kara akan menjemput Theo. Jadi, jangan pulang sebelum Nanny sampai ke sini, paham?" Theo mengangguk. "Paham, Papa." "Bagus, anak pinta." Asher mengusap gemas pucuk kepala Theo. "Ayo, kecup Papa dulu..." Anak itu terkikik geli, ia membubuhkan kecupan di pipi Asher hingga berkali-kali. Asher tersenyum dengan keceriaan di kecil. "Nanti kalau Papa pulang, Theo mau makan pizza, belikan Theo pizza yang banyak!" serunya sambil mengulurkan tangannya. "Iya, Sayang. Nanti Papa belikan. Asal Theo sekolah yang pintar," jawab Asher. Anak itu mengacungkan jempolnya. Theo p

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 242. Aku Yakin, Kau Adalah Aleena-ku!

    Asher masih tertegun di tempatnya setelah melihat seorang wanita cantik yang benar-benar sangat mirip dengan Aleena. Bedanya, dia sangat berkelas dan jauh dari kata sederhana seperti Aleena. Dengan raut wajah tegang dan gemetar tak percaya, Asher berusaha untuk meyakinkan. "Aku akan menemui wanita itu dan memastikannya," ucap Asher penuh keseriusan. Saat Asher hendak mendekati ruangan tempat wanita tadi masuk, tiba-tiba Asher mendengar suara Theo memanggilnya. "Papa...!" teriakan Theo menghentikan langkah Asher. Putra kecilnya itu berlari sambil membawa sebuah kotak mainan berukuran besar. Dengan wajah berseri-seri, Theo menunjukkannya pada Asher. "Papa lihat, Theo mau beli kereta yang ini!" seru Theo tersenyum cerah sambil lompat-lompat kesenangan menunjukkan mainannya pada Asher. Asher menoleh ke belakang, ke arah ruangan di mana wanita yang mirip dengan Aleena tadi masuk. Asher tidak bisa mengabaikan Theo, ia menatap putranya dan tersenyum manis. "Hanya kereta saja, Sayan

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 241. Wanita Cantik itu ... Aleena!

    Asher terdiam di dalam ruangan kerjanya yang sunyi. Cahaya temaram memenuhi ruangan itu. Asher meletakkan ponsel di tangannya dengan ekspresi wajah yang tegang dan jemari tangannya terasa dingin. Siang dan malam, dua kali Asher mendengar suara seorang wanita yang hampir mirip dengan suara istrinya. Suara Aleena ... dan wanita itu adalah guru di sekolah Theo. Mana mungkin? Asher memijit pangkal hidungnya. "Ya Tuhan ... kenapa aku berasumsi yang tidak-tidak," ucapnya lirih. Laki-laki itu kembali menatap ponselnya. "Tidak mungkin dia Aleena ... sungguh, benar-benar tidak mungkin!" Asher memejamkan kedua matanya erat. Laki-laki itu duduk bersandar dan mendongakkan kepalanya. Asher kembali memikirkan apa yang dikatakan oleh guru di sekolah Theo yang menelfonnya beberapa menit yang lalu. Perlahan, Asher membuka kedua matanya dan menatap langit-langit ruangan kerjanya. "Marsha ... memarahi Theo," gumamnya. "Theo kenapa tidak mengatakan apapun padaku? Dan ... mana mungkin guru itu berb

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status