Beranda / Romansa / Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris / Bab 7. Malam Selanjutnya, Aleena Harus Berhasil!

Share

Bab 7. Malam Selanjutnya, Aleena Harus Berhasil!

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 19:10:43

Aleena merasa jenuh berada di dalam paviliun sepanjang hari. Setelah kejadian pagi tadi, ia memang sengaja tidak keluar dari paviliun dan terus merenung di sana.

Namun, saat hari menjelang malam, Aleena kepikiran kondisi Papanya yang masih terbaring di rumah sakit. Gadis itu pun berinisiatif untuk mengunjunginya malam itu juga.

Kalau sudah sadar, Papanya pasti akan mencari Aleena. Belum lagi, pria paruh baya itu akan merasa kesepian bila tak menemukan keberadaannya.

Aleena berpikir sambil menggigit bibir bagian dalamnya, lalu mengangguk kecil untuk meyakinkan diri.

"Mungkin aku harus meminta izin pada Nyonya Marsha sebentar untuk ke rumah sakit," ucap Aleena. Perasaan ragu langsung hinggap di hatinya, tapi Aleena berusaha menepisnya. Bagaimanapun, ia harus memastikan kondisi Papanya agar tak terus merasa khawatir.

Aleena melangkah keluar dari paviliun. Ia melewati taman samping untuk sampai di teras rumah megah milik Marsha dan Asher.

Sesampainya di kediaman utama, Aleena memelankan langkahnya saat ia melihat di dalam rumah ada beberapa tamu di sana.

"Nona Aleena, Nona sedang apa di sini?" tanya Bibi Julien yang tidak sengaja melihat Aleena.

"Bi, aku mencari Nyonya Marsha," jawab Aleena. "Aku ingin meminta izin padanya untuk pergi ke rumah sakit menjenguk Papa."

Dari arah ruang keluarga, Marsha menatap ke arah Aleena yang nampak tengah berbincang dengan pelayan. Lantas, Marsha langsung beranjak dari duduknya meninggalkan Mama dan Papa mertuanya di sana.

Wanita cantik dengan balutan dress hijau itu melangkah dengan anggun mendekati Aleena. Kedatangannya pun langsung disambut oleh kegugupan Aleena.

"Ada apa, Aleena?" tanya Marsha menelisik wajah gadis itu.

"Nyonya ... sa-saya ingin meminta izin untuk menjenguk Papa saya di rumah sakit," ujar Aleena.

Marsha mendengus pelan mendengarnya, wanita itu merotasikan kedua matanya menunjukkan ekspresi tidak setuju.

"Perjanjian di antara kita, tertulis kau tidak bisa seenaknya keluar masuk dari tempat ini, kan?!" tegas Marsha dengan suara lirih, ia menatap Aleena dengan sorot kesal. "Artinya, kau tidak bisa pergi ke manapun sebelum aku memerintahkanmu untuk pergi. Begitu saja tidak mengerti?!"

Bibir Aleena langsung mengatup rapat tanpa bantahan. Sungguh Aleena tidak menduga Marsha akan menjadi segalak ini setelah pertemuan pertama mereka, karena Aleena sempat menilainya sebagai wanita yang baik dan ramah.

"Baik, Nyonya." Aleena tertunduk menelan kekecewaannya.

"Nyonya, makan malamnya sudah siap." Suara seorang pelayan terdengar dari arah belakang.

Marsha menoleh dan mengangguk, sebelum dia kembali menatap Aleena dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan ekspresi dingin.

Tanpa sengaja, Aleena menatap ke arah tiga orang yang kini berjalan keluar. Mereka adalah orang tua Asher, dan juga sosok Asher yang berjalan di belakangnya.

Melihat mereka, Aleena langsung tertunduk meremas ujung dress putih yang kini ia pakai. Sedangkan orang tua Asher terus memperhatikan Aleena.

"Siapa gadis itu, Marsha?" tanya Camelia—Mama Asher yang kini menatap lurus ke arah Aleena.

Marsha sontak menoleh, dia dan Asher saling tatap menunjukkan kegugupan karena tidak mengantisipasi pertemuan itu.

“Oh, di-dia—”

"Dia pelayan baru di sini, Ma," sela Asher sebelum Marsha sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Oh, pelayan…." Wanita setengah baya itu mengangguk dengan wajah skeptis.

"Mari kita ke ruang makan sekarang, Ma," ajak Marsha, berusaha mengalihkan perhatian mertuanya.

Mereka pun bergegas menuju ruang makan dan Asher menjadi orang terakhir di sana.

Laki-laki itu menatap Aleena dengan tatapan tajam, seolah keberadaan Aleena di sana sangat mengganggu dan membuat Asher kesal.

"Apa yang kau lakukan di sini? Jangan bersikap lancang!" sinis Asher. “Kau pikir kau bebas berkeliaran sesuka hatimu?”

Aleena menggeleng panik. “Tidak, Tuan. Saya hanya—”

Asher mendengus, lalu melenggang pergi tanpa menunggu Aleena memberikan alasan.

Sementara Aleena masih berdiri di sana dengan raut wajah sedih. Serba salah ia berada di sana. Tetapi, mengingat Aleena lebih dulu dibantu oleh mereka, ia pun berpasrah hati diperlakukan seperti apapun.

"Nona tidak papa?" Bibi Julien mengusap pundak Aleena dengan lembut dan suaranya terdengar cemas.

Aleena tersenyum tipis dan menggeleng. "Aku tidak papa, Bi. Jangan khawatir..."

"Baiklah, mari ikut Bibi saja ke belakang, ya?"

Anggukan diberikan oleh Aleena, mereka berdua pun melangkah bergegas menuju ke arah dapur.

Dapat Aleena perhatikan kedua orang tua Asher yang kini berbincang-bincang, tetapi nampaknya Marsha sejak tadi hanya diam saja. Aleena memperhatikan mereka dari arah dapur, sesekali ia mengabaikannya dan memilih membantu para pelayan.

Marsha sesekali melirik ke arah Aleena dengan tatapan dingin.

"Bagaimana, Marsha? Apa sudah ada tanda-tanda?" tanya Camelia menatap menantunya yang duduk di hadapannya.

Lantas, Marsha mengangkat wajahnya dan wanita itu menggeleng. "Belum, Ma. Tapi aku dan Asher masih berusaha," jawabnya.

"Marsha, Marsha ... sudah berapa tahun kau menikah dengan Asher? Awalnya kau bilang tidak mau punya anak dulu, tapi sekarang lihat hasilnya!" sergah Camelia, tak repot-repot menutupi kejengkelan di wajahnya.

"Semua butuh proses, Ma. Tidak segampang itu," sahut Darren—Papa Asher yang kini bersuara tenang.

"Proses ya proses, Pa! Tapi sudah bertahun-tahun mereka menikah! Sudah sangat lama!" seru Camelia.

Asher menyergah napasnya panjang. Setiap kali bersama, mereka selalu saja membahas hal ini. Asher merasa muak, meskipun ia sendiri tidak bisa menampik bahwa sebenarnya ia juga sangat menantikan seorang anak dari Marsha.

"Sudah Ma, jangan merusak suasana dengan pembahasan ini," sahut Asher kemudian.

"Nasehati istrimu! Kau sudah menjadi pemimpin perusahaan, Asher," cecar Camelia. "Apa jadinya kalau sampai kalian menua nanti tapi tidak memiliki keturunan untuk meneruskan perusahaan? Pikirkan itu!"

"Cukup, Ma!" tegas Asher menatapnya dengan wajah marah. "Jangan terus menyudutkan dan menyalahkan Marsha! Salahkan saja aku di sini, aku yang sudah salah sejak awal karena akulah yang dulu memintanya untuk menunda kehamilan. Ini semua bukan salah Marsha!"

Ungkapan Asher membuat Marsha menoleh menatap suaminya. Tentu saja Asher berbohong, demi melindunginya.

Tetapi hal itu tidak membuat Marsha merasa senang. Wanita itu tampak sudah jengah dan muak dengan sindiran Mama mertuanya, sehingga dia hanya diam dengan wajah datarnya.

Perbincangan dengan suara keras itu terdengar hingga dapur. Aleena berdiri di sana memperhatikan Marsha.

Jadi karena ini Marsha selalu menekan Aleena bahkan hingga memarahinya?

Aleena tertunduk, ia merasa bersalah pada Marsha karena malam kemarin ia gagal melakukannya dengan Asher. Namun, dapat Aleena lihat bagaimana Asher membela dan melindungi Marsha, padahal alasan mereka tidak punya anak karena Marsha mandul. Aleena melihat cinta dan kasih sayang yang begitu besar dari Asher untuk istrinya.

Aleena meremas sebuah nampan di hadapannya dengan pikiran putus asa.

Aleena sudah berjanji untuk tidak mengecewakan Marsha … karena itu, malam berikutnya bersama Asher, ia tidak boleh gagal melakukannya!

Bab terkait

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 8. Satu Malam Tanpa Kelembutan

    Setelah kedua orang tua Asher pulang beberapa menit yang lalu, rumah megah itu pun tersisa Marsha dan Asher saja. Terlihat Marsha yang kini berdiri bersedekap menatap lurus ke arah paviliun tempat Aleena tinggal. "Aku tidak ingin kau mengulur banyak waktu, Asher," ucap Marsha tiba-tiba. Asher yang mendengarkannya pun menoleh. "Apa maksudmu, Sayang?" Marsha membuat tubuhnya menatap sang suami. "Aku sudah muak dengan semua cercaan Mamamu tentang anak sampai telingaku terasa panas karena terus mendengar hal itu setiap bertemu!""Sayang—""Kau tidak menepati janjimu padaku, Asher. Aku hanya memintamu untuk bermalam dengan Aleena, kita sudah membayar gadis itu. Hanya dia harapan kita satu-satunya!" desak Marsha dengan wajah memerah. Asher memijit pangkal hidungnya, tampak benar-benar frustrasi. “Marsha, aku bisa melakukannya kapan-kapan—”"Kapan-kapan?” sela Marsha. “Tapi sampai kapan, Asher? Apa kau tidak keberatan melihatku terus direndahkan seperti ini? Atau sebenarnya kau ingin be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 9. Beban yang Harus Ditanggung sang Ibu Pengganti

    “Akh—shh—” Aleena meringis menahan sakit pada bagian inti tubuhnya ketika ia terbangun di ranjang yang asing pagi itu. Ia menarik selimut dan mendekapnya dengan erat di dada saat menyadari tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. Bayangan-bayangan dari malam panas itu kembali terulang dalam ingatannya, seolah tak membiarkan Aleena lupa begitu saja. “Siapa dirimu sebenarnya, Aleena?” Aleena tidak tahu mengapa Asher tampak kalut dan tidak percaya bahwa dirinya masih suci. “S-saya—”“Tak mungkin aku yang pertama bagimu! Katakan, apa tujuanmu melakukan ini? Kenapa kau—”“Lakukan saja, Tuan,” Aleena menyela sebelum Asher kembali menghinanya dengan kata-kata tajam. Suaranya bergetar di bawah dominasi Asher yang membuat tubuhnya meremang. Ia hanya ingin semua ini segera berakhir. “Lakukan saja dengan cepat, seperti yang Nyonya Marsha inginkan….”Aleena tidak mengerti mengapa setelah itu Asher tiba-tiba berubah seperti predator kelaparan. Sentuhan dan gerakannya berantakan, menuntut,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 10. Hamil Anak dari sang Presdir Angkuh

    "A-apa maksud Tuan mengatakan hal itu?" Aleena menatap Asher dengan lekat, dan napasnya tercekat seolah ingin mencekiknya kuat-kuat. Mengapa Asher tidak pernah berhenti merendahkannya?Melihat ekspresi kesal di wajah Aleena, Asher hanya tersenyum miring. Dagunya terangkat, menunjukkan ekspresi remeh. "Memang begitu kenyataannya, bukan?" katanya dengan nada datar. "Baru semalam kau berhasil merayuku, siang ini kau sudah bertemu laki-laki lain.”“Saya hanya—”Asher lebih dulu menyela. “Kali ini apa yang kau tawarkan padanya? Tubuhmu, seperti yang kau lakukan padaku?”Dada Aleena bergemuruh hebat tak terima. Perkataan Asher selalu berhasil mencabik dan melukai perasaan serta harga dirinya setiap kali dia berbicara. Dengan kedua tangan terkepal, Aleena berdiri dengan tegap memberanikan diri menatap Asher yang kini duduk di sofa menyilangkan kakinya, memperhatikan Aleena dengan begitu rendahnya. Aleena menahan air matanya yang berdesakan dan berusaha menjelaskan. Bibirnya menipis gera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 11. Desakan untuk Segera Hamil

    Butuh beberapa menit perjalanan dari rumah Asher menuju rumah sakit dengan bus kota yang Aleena tumpangi. Di sepanjang jalan, hatinya dipenuhi perasaan tak sabar ingin segera memeluk Papanya. Setibanya di rumah sakit, Aleena berjalan memasuki lorong di lantai lima. Papanya kini dirawat di ruang kelas A, tempat di mana pasien-pasien mendapatkan penanganan khusus dan istimewa. Aleena berjalan bersama Dokter Camael, sosok dokter yang sudah dua tahun ini menangani Papa Aleena. "Kondisi Papa saya berarti sudah jauh lebih baik, kan, dok?" tanya Aleena mendongak menatap dokter itu sembari berjalan menuju ruangan rawat inap. "Sudah Nona. Kondisi Tuan Liam sudah jauh lebih baik semenjak beliau dioperasi," jawab dokter Camael menjelaskan.Aleena tersenyum lega mendengarnya. Ia bersyukur Tuhan menyelamatkan Papanya. Kini, ia bisa kembali melihat senyuman sang Papa yang terus menjadi penyemangat hidupnya. Aleena akhirnya tiba di depan pintu kamar inap Papanya. Dokter Camael pun berpamitan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 12. Perlakuan yang Keterlaluan

    Di kediaman utama pagi ini terlihat ramai. Tampak beberapa orang perempuan cantik dengan penampilan glamor dan berkelas yang sedang duduk bersama di teras samping kediaman utama. Aleena memperhatikan mereka dari taman di dekat paviliun saat ia mengikuti Bibi Julien memindahkan beberapa pot bunga. Aleena yang penasaran dengan para wanita itu, ia pun bertanya pada Bibi Julien. "Bi, mereka itu siapa?" Aleena menatap ke arah para wanita itu sebentar. "Mereka semua adalah teman Nyonya Marsha, para wanita dari kalangan masyarakat kelas atas, Nona," jawab Bibi Julien menjelaskan. Aleena mengangguk paham. Dalam hati ia sangat kagum dengan Marsha yang memiliki lingkungan pertemanan yang hebat. Tak menyangkal, Marsha memang wanita berkelas yang disegani.Tanpa Aleena sadari, tampaknya para wanita yang tengah duduk di teras itu juga memperhatikannya dari kejauhan.Mereka menatap sosok Aleena dengan rasa penasaran. Karena sejauh ini mereka tidak pernah melihat seorang gadis di kediaman sahab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 13. Kemarahan Asher pada Marsha

    Ketenangan Marsha terusik karena ucapan teman-temannya siang tadi tentang Aleena terngiang di kepalanya.Teringat bagaimana mereka mengatakan kalau Aleena sangat cantik dan masih muda, kemungkinan bisa membuat Asher berpaling darinya. Marsha merasa cemburu. Mempermalukan Aleena seperti tadi pun rasanya tidak cukup.Wanita itu melirik suaminya yang duduk di sofa kamar memangku laptopnya. "Sayang," panggilnya pelan. Ia menatap Asher dari pantulan cermin meja riasnya. "Hm?" Asher mengangkat wajahnya menatap sang istri. "Ada apa?" "Menurutmu … seperti apa sosok Alena?" tanya Marsha penasaran. "Kau bisa menjawabnya dengan jujur." Alis tebal Asher menukik seketika mendengar pertanyaan konyol istrinya, seolah tak suka Marsha membahas gadis itu saat mereka berdua. Asher kembali menatap laptopnya. "Biasa saja," jawabnya singkat. "Apa dia tidak cantik? Apa kau tidak tertarik dengannya karena dia muda dan menarik?" Mendengar pertanyaan istrinya yang semakin keterlaluan, Asher menutup lapt

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 14. Perhatian Berselimut Kebencian

    Asher kembali pulang ke rumah setelah ia bertemu dengan Papanya untuk membahas pekerjaan, bahkan ia juga sempat ribut dengan Mamanya perkara Marsha. Namun, saat mobil hitamnya tiba di depan gerbang kediaman megahnya, di sana Asher melihat seorang laki-laki tampak berdiri memperhatikan rumahnya.Asher melepaskan kacamata hitam yang ia pakai. Keningnya mengerut saat mendapati orang itu ternyata pria yang sama dengan pria yang kapan hari berbincang dengan Aleena."Mau apa dia?" Asher mendengus kesal. Ia segera membuka pintu mobilnya dan melangkah keluar saat gerbang rumahnya di buka. Ia juga memerintahkan ajudannya untuk membawa mobil hitamnya masuk. Sedangkan Carl berdiri mematung menatap Asher yang turun dari dalam mobil dan berjalan ke arahnya. "Tu-Tuan, selamat siang," sapanya gugup. "Sedang apa kau di depan rumahku?" tanya Asher tanpa basa-basi. Carl tersenyum canggung. "Saya ingin bertemu sebentar dengan Aleena, Tuan," jawabnya. "Ada hubungan apa kau dengannya, sampai kau be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 15. Di Balik Sikap Dingin Asher

    Beberapa menit kemudian, Aleena sampai di rumah sakit. Pakaiannya basah kuyup, membuat tubuhnya menggigil. Namun, ia tidak peduli dengan kondisinya sendiri. Ia bergegas menemui Dokter Camael yang sudah menunggu kedatangannya. Dokter itu menjelaskan tentang kondisi Liam yang tiba-tiba saja drop hingga membuat Aleena panik. "Jangan khawatir, Nona, hal ini bisa terjadi karena kondisi Tuan Liam belum benar-benar pulih seratus persen. Semuanya butuh proses," ujar Dokter Camael yang duduk di hadapan Aleena. Wajah Aleena tertekuk sedih. "Jadi ... meskipun sudah operasi, Papa saya masih akan sering kambuh, dok?" "Benar, Nona. Tapi hanya untuk sementara saja, kalau kondisinya sudah stabil, maka tidak akan mudah kambuh lagi," jawab Dokter Camael tersenyum tipis. Aleena mengangguk paham. Panjang lebar dokter itu menjelaskan tentang perkembangan kondisi Papanya saat ini. Beberapa menit kemudian, barulah Aleena keluar dari dalam ruangan Dokter Camael. Meski sedikit lega karena dokter berka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 249. Pertemuan Penuh Emosi dan Air Mata

    Aleena terkejut mendengar apa yang Asher katakan barusan. Ia menatap benci pada laki-laki di depannya ini. Sungguh, mimpi terburuk baginya bisa melihat laki-laki ini lagi. Air mata Aleena tidak bisa berhenti, ia merangkulnya Theo yang kini memeluk kakinya. Anak itu menatap bingung apa yang terjadi pada dua orang dewasa ini. "Mama ... Mama kenapa menangis?" Theo mendongakkan kepalanya dan bertanya dengan wajah sedih. Aleena menundukkan kepalanya menatap Theo, ia tidak bisa berkata-kata saat menatap Theo. Kedua kaki Aleena terasa lemas, ia menekuk kedua lututnya dan memeluk Theo dengan sangat erat. Aleena menangis, tidak bisa ia tahan lagi. Tak peduli dengan Asher yang masih berdiri di hadapannya saat ini. Theo tampak bingung melihat Ibu gurunya itu manangis memeluknya. "Mama," lirih Theo memeluk Aleena. "Kenapa menangis? Siapa yang nakal? Papaku ya, yang nakal? Mau Theo pukul Papa?" tawarnya. Aleena membenamkan wajahnya di pundak kecil Theo. "Anakku," lirih Aleena histeris. "Aa

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 248. Lama Tidak Bertemu, Istriku

    Aleena berangkat ke taman tempat ia biasanya membawa Theo. Bagaimanapun juga, Aleena tidak akan tega melihat anak itu menangis. Hingga beberapa menit kemudian, Aleena telah sampai di taman. Gadis itu berjalan masuk ke dalam area taman dan tampak mencari-cari. "Di mana Theo?" gumam Aleena lirih. Aleena menoleh ke kanan dan ke kiri, sampai akhirnya Aleena melihat anak kecil laki-laki duduk di bangku taman sendirian. Napas Aleena berembus lega, gadis itu segera bergegas mendekati Theo yang kini tidak menyadari kedatangannya. "Theo," sapa Aleena memanggil anak itu. Theo pun menoleh cepat, dia terkejut melihat Aleena berjalan ke arahnya. Ekspresi wajah Theo pun langsung menunjukkan kesedihan. "Ma...!" Anak itu berlari ke arahnya sambil merentangkan kedua tangannya. Segera Aleena memeluk anak itu dengan sangat erat. Theo menangis dalam pelukan Aleena. "Kenapa Mama tidak ke sekolah?" tanya anak itu sambil meletakkan kepalanya di pundak Aleena. "Theo tidak mau ke sekolah kalau Mama t

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 467. Aleena Tak Melupakan Suasa Asher

    Liam sangat terkejut melihat kondisi Aleena yang pulang dari toko diantarkan oleh asistennya dengan keadaan cemas dan ketakutan. Kini, Aleena berdiam diri di dalam kamarnya. Ia duduk menekuk kedua lututnya dan memeluknya dengan erat sambil diam melamun jauh. Ditemani Papanya yang baru meletakkan segelas air putih di atas meja. "Nak, apa yang terjadi? Kenapa pulang-pulang menangis seperti ini? Cerita pada Papa," bujuk Liam menatap lekat putrinya. "Tidak apa-apa, Pa. Sepertinya ... aku hanya kelelahan saja," jawab Aleena lirih. "Sungguh? Kau tidak berbohong, kan, pada Papa?" Liam memastikan. Aleena menggeleng dan ia mencoba untuk tersenyum pada sang Papa. Papanya sudah tua, Aleena tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya pada Papanya, ia takut bagaimana bila Papanya jatuh sakit karena ia. "Ya sudah, kalau begitu cepatlah istirahat. Besok tidak usah bekerja dulu, diam di rumah dan istirahat saja, mengerti!" Aleena mengangguk patuh. "Iya, Pa." "Hm. Sudah, Papa kembali ke lantai s

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 246. Buket Bunga dan Telepon Kerinduan yang Membawa Air Mata

    Saat hari sudah gelap, Asher meminta kedua ajudannya menjaga Theo di rumah. Putra kecilnya sibuk dan asik bermain, ia tidak mau ikut pergi ke luar bersama Asher. Sedangkan Marsha juga masih berada di rumah Asher dan menolak keras untuk pulang. Diam-diam malam ini Asher pergi ke toko mainan milik Liam Eston. Asher melihat seorang wanita cantik yang kini terlihat berada di dalam tempat itu. Aleena Pandora, tampak berdiri sendirian di dalam sebuah ruangan yang dipenuhi dengan mainan-mainan dan hiasan lampu natal yang menggantung-gantung, lampu yang bersinar terang membuatnya terlihat sangat cantik dari pantulan cahaya kuning ruangan itu. Asher menatapnya lekat dan dalam. "Aleena," ucapnya lirih. Perlahan, Asher meraih sebuah buket Peony di bangku kemudi sampingnya. Asher bergegas turun dari dalam mobil. Ia berjalan masuk ke dalam toko dan kedatangannya di sambut oleh salah seorang karyawan perempuan. "Selamat datang di Prayola Toy store, Tuan..." Asher menatap wanita itu dan menga

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 245. Wanitaku yang Sangat Kurindukan

    Pukul tiga sore, Asher mendapatkan telfon dari guru yang menjaga Theo untuk menjemputnya di sebuah taman bermain di tengah-tengah kota Lamberg. Asher segera berangkat bersama dengan Stefan, bersamaan dengannya pulang sore ini. Sepanjang perjalanan, Asher tidak bisa tenang, ia terus memikirkan Aleena. Bagaimana bisa Asher tidak menemui wanita itu, sanggupkah ia bila melihat Aleena lalu tidak memeluknya setelah lima tahun kerinduan di dalam hatinya menyiksa begitu kejam. "Kita sudah sampai, Tuan," ujar Stefan menghentikan mobilnya. Lamunan Asher buyar, laki-laki itu menyergah napasnya pelan dan saat ia hendak membuka pintu mobil, Asher melihat seorang wanita cantik berjalan dengan Theo. Wanita berkulit putih, bertubuh ramping dengan balutan dress biru muda, dan rambut panjangnya yang diikat, mereka tampak tertawa bersama duduk di atas rerumputan taman. Wanita cantik itu tengah membawakan cup es krim yang sesekali ia suapkan pada Theo. Senyuman wanita itu, raut wajah cantiknya ...

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 244. Wanita itu, Istriku yang Dulu Hilang!

    Jam menunjukkan pukul sebelas siang, Theo terlihat duduk di bangku depan sekolah menunggu pengasuh yang akan datang menjemputnya. Dari jauh, Aleena memperhatikan anak itu. Sebenarnya, tak cukup bagi Aleena untuk hanya bertemu dengan Theo di sekolah saja. Apalagi ... sejak anak itu memanggilnya dengan panggilan 'Mama'. Aleena merasa ingin terus berada di dekatnya. "Ms. Aleena," sapa Ms. Ambeer mendekatinya. "Ya, Ms. Ambeer?" Aleena menoleh dan menatap rekannya tersebut. "Saya pikir Ms. Aleena sudah pulang. Ternyata masih di sini," ujarnya. "Iya. Saya masih memperhatikan Theo. Kasihan, dia sendirian belum ada jemputan," jawab Aleena menatap Theo di depan sana. "Orang tuanya pasti sebentar lagi akan datang," ujar Ms. Ambeer. Aleena mengangguk. "Iya, Ms." "Kalau begitu, saya duluan ya ... saya ada acara sebentar lagi. Aleena hanya memberikan jawaban dengan anggukan dan senyuman di bibirnya. Sebelum akhirnya Ambeer bergegas pergi. Setelah itu, Aleena kembali mendekati Theo. Anak

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 243. Panggilan Mama dari Theo untuk Aleena

    Keesokan paginya, Theo bersiap berangkat ke sekolah. Kali ini, Asher lah yang mengantarkan Theo ke sekolah. Dengan seragam berwarna putih dan biru muda di bagian blazer dan celana pendeknya, Theo tampak cerah berseri-seri bersemangat bertemu teman-temannya. "Jangan nakal di sekolah ya, Sayang," ujar Asher menekuk kedua lututnya di hadapan Theo. Kedua tangannya memegang pundak kecil Theo dengan hangat. "Pulang nanti, Nanny Kara akan menjemput Theo. Jadi, jangan pulang sebelum Nanny sampai ke sini, paham?" Theo mengangguk. "Paham, Papa." "Bagus, anak pinta." Asher mengusap gemas pucuk kepala Theo. "Ayo, kecup Papa dulu..." Anak itu terkikik geli, ia membubuhkan kecupan di pipi Asher hingga berkali-kali. Asher tersenyum dengan keceriaan di kecil. "Nanti kalau Papa pulang, Theo mau makan pizza, belikan Theo pizza yang banyak!" serunya sambil mengulurkan tangannya. "Iya, Sayang. Nanti Papa belikan. Asal Theo sekolah yang pintar," jawab Asher. Anak itu mengacungkan jempolnya. Theo p

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 242. Aku Yakin, Kau Adalah Aleena-ku!

    Asher masih tertegun di tempatnya setelah melihat seorang wanita cantik yang benar-benar sangat mirip dengan Aleena. Bedanya, dia sangat berkelas dan jauh dari kata sederhana seperti Aleena. Dengan raut wajah tegang dan gemetar tak percaya, Asher berusaha untuk meyakinkan. "Aku akan menemui wanita itu dan memastikannya," ucap Asher penuh keseriusan. Saat Asher hendak mendekati ruangan tempat wanita tadi masuk, tiba-tiba Asher mendengar suara Theo memanggilnya. "Papa...!" teriakan Theo menghentikan langkah Asher. Putra kecilnya itu berlari sambil membawa sebuah kotak mainan berukuran besar. Dengan wajah berseri-seri, Theo menunjukkannya pada Asher. "Papa lihat, Theo mau beli kereta yang ini!" seru Theo tersenyum cerah sambil lompat-lompat kesenangan menunjukkan mainannya pada Asher. Asher menoleh ke belakang, ke arah ruangan di mana wanita yang mirip dengan Aleena tadi masuk. Asher tidak bisa mengabaikan Theo, ia menatap putranya dan tersenyum manis. "Hanya kereta saja, Sayan

  • Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris   Bab 241. Wanita Cantik itu ... Aleena!

    Asher terdiam di dalam ruangan kerjanya yang sunyi. Cahaya temaram memenuhi ruangan itu. Asher meletakkan ponsel di tangannya dengan ekspresi wajah yang tegang dan jemari tangannya terasa dingin. Siang dan malam, dua kali Asher mendengar suara seorang wanita yang hampir mirip dengan suara istrinya. Suara Aleena ... dan wanita itu adalah guru di sekolah Theo. Mana mungkin? Asher memijit pangkal hidungnya. "Ya Tuhan ... kenapa aku berasumsi yang tidak-tidak," ucapnya lirih. Laki-laki itu kembali menatap ponselnya. "Tidak mungkin dia Aleena ... sungguh, benar-benar tidak mungkin!" Asher memejamkan kedua matanya erat. Laki-laki itu duduk bersandar dan mendongakkan kepalanya. Asher kembali memikirkan apa yang dikatakan oleh guru di sekolah Theo yang menelfonnya beberapa menit yang lalu. Perlahan, Asher membuka kedua matanya dan menatap langit-langit ruangan kerjanya. "Marsha ... memarahi Theo," gumamnya. "Theo kenapa tidak mengatakan apapun padaku? Dan ... mana mungkin guru itu berb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status