Share

Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang
Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang
Author: Talia awan

BAB 1 Serumah Dengan Mertua Kaya

Hari ini tepat 2 bulan usia pernikahanku dengan Mas Rama. Sebuah kabar pun membawa kebahagiaan untuk kami, yaitu berita kehamilanku. Segera Mas Rama memberitahukan kepada ibunya yang sedang berkunjung di rumah anak perempuannya yang tinggal di kota.

Esok harinya, aku dan Mas Rama memang sudah dari tadi pagi membersihkan rumah sekaligus merapikan barang-barang, menyambut ibu yang pulang hari ini. Ibu mertuaku mengunjungi anak perempuannya yang merupakan adik dari suamiku mas Rama, bernama Vika dan Bagas.

Dua bulan ini terasa cepat dan membuat aku sedikit merasa bahagia, walaupun dari awal aku sudah takut bahwa keluarga mas Rama menolak kehadiran ku. Tapi karena mereka tak bisa membantah mau nya mas Rama jadinya ya seperti ini.

Esoknya, hampir menjelang sore hari, ibu mertuaku datang dengan menggunakan mobil sewaan.

"Aduh!! Pulang dari kota capek-capek, berjam-jam di mobil, lihat rumah berantakan gini, bikin pusing!" ibu mertuaku langsung mengoceh begitu masuk ke ruang tamu.

"Beda banget sama rumah Dea! Udah bersih, peralatannya canggih, punya pembantu lagi!"

Dea adalah salah satu iparku, istri dari kakaknya Mas Rama. Kudengar dia orang kaya, setara dengan keluarganya Mas Rama. Meskipun begitu, aku tetap merasakan sakit hati mendengar ibu mertuaku membandingkanku dengannya.

Padahal sedari tadi aku dan mas Rama membereskan dan membersihkan rumah ini. Bahkan tiap hari juga aku selalu beres-beres walau dilanda mual sebab kehamilan.

Bagaimana rasanya setelah lelah-lelah melakukan sesuatu demi seseorang, tapi ternyata usaha itu tidak berguna bahkan tidak dianggap sama sekali.

"Kamu ini, mentang-mentang dari desa, masa mau diam saja di rumah?! Kamu gak contoh Dea? Dia sebulan itu gajinya bisa 30 juta."

"Bu, udah dong. Kan Hana juga lagi hamil, jadi gak bisa capek-capek. Lagian, Rama juga yang larang dia bekerja."

Kupikir, ibu mertuaku akan sedikit melunak setelah tahu aku hamil cucunya, tetapi sama saja. Jangankan meloncat kegirangan dan mengucapkan selamat, menanyakan kabarku saja tidak. Dia hanya mengomentari segala hal yang kulakukan.

"Halah! Emang dianya aja yang males." Ibu mertuaku mengibaskan tangannya lalu duduk di ruang tengah.

Aku pun masuk ke dapur, berniat membuatkannya minuman dan camilan. Namun, tak berapa lama kemudian, aku malah mendengar suara ribut dari arah depan. Begitu mengintip, aku melihat beberapa ibu-ibu sudah berkumpul di sana.

Mereka semua adalah teman-teman ibu mertuaku di kampung ini. Entah bagaimana caranya mereka bisa berkumpul begitu ibu mertuaku pulang.

"Enak dong Bu Jihan habis jalan-jalan keliling kota." ucap seorang wanita yang besar kemungkinan adalah teman nongkrong ibu.

"Enak aku nginap di rumah Dea, wih semua perabot rumah dan dapurnya udah kaya rumah artis gitu." ibu mertuaku, sambil menyebut Dea yang merupakan menantunya dari Bagas, adik Mas Rama.

"Ia aku liat loh postingan Dea, rumah dan makan nya selalu terkesan mewah-mewah."

"Dea gajinya 3 bulan bisa mencapai lima puluh juta!" sambung ibu mertua yang terdengar sayup-sayup di telinga. Aku sendiri memilih masuk ke kamar dan mengurung diri sejenak untuk mengumpulkan energi.

Benar kata banyak orang, menikah dengan anak orang kaya itu tidak seperti menikah dengan anak orang susah, kalau orang kaya lebih banyak menginjak harga diri yang miskin, sedangkan menikah dengan anak orang yang terbiasa susah maka iya akan jauh lebih menghormati dan menghargai kehadiran kita.

"Hana, kamu tuh ya, orang lagi ada tamu, mana minumannya?" ibu mertua berteriak dari ruang tengah.

"Iya, sebentar Bu. Hana lagi buatkan." Bergegas aku membuatkan minuman.

"Eh, eh, sini dulu!" ibu mertuaku tiba-tiba memanggil, membuatku mau tak mau menghampirinya.

"Kenapa, bu?"

"Bikin minuman ini ya, dan hidangkan untuk tamu di depan!" ibu mertuaku menunjukkan gambar di ponselnya, meresepkan minuman soda dengan ditambahkan topping di atasnya.

Kalau dilihat dari gambarnya, minuman kemasan itu sama dengan minuman yang ibu bawa. Jadi, ibuku menyuruhku membuatkan minuman dengan itu?

"Oh, iya kamu juga boleh minum ini baik untuk kandungan kamu, ini juga ada beberapa botol minuman yang saya belikan buat kamu." ibu mertuaku menunjuk kardus yang tadi aku angkat.

"Itu vitamin biar kehamilan kamu tetap sehat!" ujarnya lagi yang membuat aku merasa lega, sempat berpikir ibu mertuaku tak tau dan tak peduli dengan kehamilanku. Tapi ternyata ibu mertuaku perhatian dengan kehamilanku.

Ibu mertuaku kemudian kembali menyuruhku masuk ke dapur.

"Dea tuh orang nya baik, suka ngasih duit padahal ibu ga minta sama sekali." ucap ibu mertua ku dengan mata menoleh ke arah ku.

Semua mata tamu pun juga tertuju padaku, yang tengah menyuguhkan secangkir minuman soda.

"Iya, Dea juga sering kan traktir kita kalau lagi arisan di sini." sambung salah satu tamu ibu. Mereka adalah tetangga ibu, yang rumahnya tak berjarak jauh dari sini. Dan sering mengumpul hanya untuk sekedar bergosip dan melakukan kegiatan mingguan yaitu arisan.

Aku hanya menunduk lesuh dan menyimak, sambil menyeruput es minuman soda yang ku buat tadi.

"Dia juga gesit, Bu, apa-apa saja semua dikerjain sendiri dan juga rumah sama dia tu bersih banget. Aku diajak keluar terus jalan-jalan sama dia seru banget!" sahut ibu mertuaku bercerita sambil menepuk-nepuk lantai.

"Beruntung banget punya menantu seperti Dea, royal, wanita karir dan sayang sama mertua! Dia benar-benar tau tata cara sama orang tua, ga kayak bini Rama ini hari-hari diam di rumah ga pernah keluar, kayak orang sibuk aja padahal ga pernah beres-beres paling di kamar asik main hp doang."

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status