Share

Bab 14

Author: Talia awan
last update Last Updated: 2024-07-03 09:32:24

Sebulan kemudian.

"Mas kamu suka kopi kan?" aku menyuguhkan secangkir kopi pada mas Rama. Akhir akhir ini aku memang jarang menyuguhkan kopi padanya, selain karena kesibukan masing masing juga karena mas Rama di pagi buta sudah berangkat kerja hingga kadang lupa meminum kopi buatanku.

"Suka dek, tapi mas ga bisa kalau terusan minum kopi, soalnya asam lambung mas sering naik. Kadang kambuh saat mas sedang sibuk dengan kerjaan sampai di marahin bos dibilang alasan belaka." mas Rama menyeruput kopi yang masih panas, iya dia penikmat kopi pahit dan panas.

"Kalau lagi kerja terus kamu sakit, izin aja mas. Biar aku bisa ngerawat mas. Urusan kerjaan bisa di kerjakan nanti yang penting kesehatan nomor satu!" aku memperingati mas Rama dan kemudian mendekatinya dan memijat bahunya.

"Kamu baik banget dek, mas jadi makin cinta sama kamu." mas Rama menyium telapak tangan ku.

"Mas berangkat dulu ya, kamu jaga diri baik-baik!"

Aku mengantar mas Rama tepat di depan pintu gerbang, akhir-akhir ini hat
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Misyyy
relate banget kak wkwkw
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 15 Emosi mas Rama

    Saat diriku ingin bersembunyi didalam kamar, tapi aku tertangkap basah oleh Vika. "Ini orangnya, dari mana kamu?" tanya Vika membuat semua pasang mata menatap tajam kearah ku. "Nganterin makanan buat mas Rama!" jawabku kemudian ingin berlalu masuk kamar. "Mana mungkin Rama mau makanan dari rumah, makannya kan ditanggung proyek setempat, biasanya juga mereka catering makan enak-enak. Ga mungkin banget kalo Hana ngantar makanan buat Rama." timbal Vika. "Paling nganter ke rumah ibunya, mungkin ibunya udah kehabisan beras kali. Makanya saat kita ga ada dirumah dia buru-buru masakin!" sahut ibu mertuaku. "Ibunya kerja apa sih Bu?" tanya salah satu tetangga. "Jual badan, mungkin." timpal salah satunya. Aku menarik nafas panjang, membuka pintu kamar dengan keras, menghampiri sekumpulan ibu-ibu di teras dapur. "Enak aja, Ibuku ga serendah itu Bu tolong kalau ngomong mulutmu dijaga!" aku mengepalkan tangan ingin sekali ku tampar wanita tua yang membicarakan ibuku barusan. "Sia

    Last Updated : 2024-07-04
  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 16

    Seharian aku dikurung di kamar menunggu pintu kamar terbuka agar bisa keluar dari neraka mewah ini."Hei, Hana kamu jangan bego! kamu pikir dengan kamu kabur dari rumah kamu bisa bebas? justru semakin memperkeruh suasana." ucap ibu mertuaku yang membuka pintu kamar."Kamu harus sadar diri, harus tau posisi kamu disini! kamu itu hanya wanita miskin yang beruntung menjadi istri anakku. Seharusnya kamu patuh sama suamimu, apa dengan kabur dari sini hidupmu akan bersinar? tentu saja itu tidak mungkin" sambungnya lagi."Kemasi kembali barangmu, jangan bikin malu aku dan anakku! atau jika benar kamu ingin pergi sekalian saja kamu minta cerai dengan Rama. Dia sama sekali tak akan menyesal pisah dengan wanita kampung sepertimu!"Aku hanya menghela nafas, mulutku terasa kaku, bingung antara harus tetap diam atau menjawab perkataan ibu mertuaku. Setelah menikah aku pikir aku bisa mencapai titik bahagia itu, tapi ternyata aku harus banyak berlapang dada menghadapi satu persatu ujian rumah tangg

    Last Updated : 2024-07-06
  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 17

    Bulan demi bulan aku lalui hingga perutku sedikit membuncit menampakkan bahwa Hana tengah hamil. "Aku sudah muak melihat tingkah lakumu, jangan mentang-mentang kamu hamil kamu selalu bermalas-malasan begini!" ucap ibu mertua yang mengedor pintu kamar Hana. Tanpa memperdulikan ibu mertuanya justru Hana sibuk memainkan ponselnya mencari cara agar secepatnya ia menghasilkan uang agar nanti ia bisa menghidupi anaknya tanpa harus bergantung pada suaminya. "Hana apa kamu tuli? Ibu memanggil mu dari tadi! cepat bangun dan datangi ibu! jangan pemalas seperti ini!" ucap mas Rama yang juga ikut mengguncang tubuh Hana yang sibuk bermain hp membelakanginya. "Kaki ku kram, ototku mengencang aku tak ingin bekerja berat, aku lagi hamil!" "Selalu saja hamil menjadi alasanmu, apa kamu tak tau jika ibuku juga pernah hamil!" mata mas Rama menajam bahkan tangannya bergerak begitu kuat menarik Hana. Semasa kehamilan Hana hingga sekarang ia sama sekali tak berisitirahat menunaikan tugas rumah. Dan ta

    Last Updated : 2024-07-09
  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 18

    "Mas kapan beli perlengkapan bayi? sekarang sudah mau mendekati hari perkiraan lahir!" ucapku pada mas Rama yang sibuk bermain ponsel. "Sabar, jangan terburu-buru! sekarang mas lagi tak punya uang!" Bagai petir di siang bolong ucapan mas Rama membuat badan bergetar hebat, bagaimana mungkin seorang mas Rama pekerja proyek yang digaji jutaan rupiah bahkan puluhan juta itu berkata tak punya uang. "Pakai uang tabungan dulu mas! kasian anak kita ntar lahir ga pakai baju!" "Mas bilang sabar ya sabar. Lagian bayi pun belum lahir nunggu saja kau tak bisa!" Betapa geram hati ini, mendengar perkataan mas Rama ia begitu berubah tak semestinya karena kehamilan ini juga atas permintaannya padaku. Jika tau begini mana mungkin aku mau mengandung benih darinya. "Mas punya kebutuhan yang lain dek, jadi sabar nanti mas sediakan keperluan anak kita!" "Sabar aja dulu lagian anak itu kan belum lahir!" ucap mas Rama lagi. Aku hanya mengusap dada, menahan sabar, selain menjaga mentalku aku j

    Last Updated : 2024-07-24
  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    BAB 1 Serumah Dengan Mertua Kaya

    Hari ini tepat 2 bulan usia pernikahanku dengan Mas Rama. Sebuah kabar pun membawa kebahagiaan untuk kami, yaitu berita kehamilanku. Segera Mas Rama memberitahukan kepada ibunya yang sedang berkunjung di rumah anak perempuannya yang tinggal di kota. Esok harinya, aku dan Mas Rama memang sudah dari tadi pagi membersihkan rumah sekaligus merapikan barang-barang, menyambut ibu yang pulang hari ini. Ibu mertuaku mengunjungi anak perempuannya yang merupakan adik dari suamiku mas Rama, bernama Vika dan Bagas. Dua bulan ini terasa cepat dan membuat aku sedikit merasa bahagia, walaupun dari awal aku sudah takut bahwa keluarga mas Rama menolak kehadiran ku. Tapi karena mereka tak bisa membantah mau nya mas Rama jadinya ya seperti ini. Esoknya, hampir menjelang sore hari, ibu mertuaku datang dengan menggunakan mobil sewaan. "Aduh!! Pulang dari kota capek-capek, berjam-jam di mobil, lihat rumah berantakan gini, bikin pusing!" ibu mertuaku langsung mengoceh begitu masuk ke ruang tamu. "Beda

    Last Updated : 2024-06-05
  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    BAB 2 Keguguran

    Aku hanya tersenyum mendengar ucapan yang menyudutkan itu, lalu masuk ke dalam rumah. Kulihat Mas Rama baru selesai mandi dan keluar kamar. Langsung saja kuajak dia berbicara di ruang makan. "Emang Dea tu orang nya seperti apa mas?" tanyaku yang penasaran dengan sosok Dea yang ibu puji barusan. "Orangnya biasa aja, ga cantik tapi dia modis dan fashionable." Ucap mas Rama. "Emang kaya banget ya, dia ya mas?". "Ibu bapak nya yang kaya, kalau Dea sih nggak kalau dulu. Emang kenapa sih dek nanyain Dea?" Mas Rama berbalik bertanya pada ku. "Ga mas, soal nya aku ga pernah ketemu dia, jadi nya penasaran aja gitu." timbalku. "Nanti juga ketemu dek, kan bentar lagi sepupu mas mau ngadain pesta pernikahan." Aku hanya mengangguk, karena tak ingin mas Rama tau alasan sebenarnya kenapa aku bertanya tentang Dea. Tak ada niat sedikit pun ingin tau tentang orang lain, tapi kadang ada beberapa hal yang membuat diri ini juga terpancing dalam dan ingin tau tentang seseorang. "Sesukses apa sih De

    Last Updated : 2024-06-05
  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    BAB 3 Semakin Menjadi

    "Dek, kamu ga kenapa-kenapa kan?" Mas Rama sudah datang dan menghampiri tubuhku dengan khawatir."Sakit mas!" rintihku dengan tangan melingkar diperutku."Mas bersiap dulu ya dek!" mas Rama kini mulai sibuk berganti baju."Kenapa Ram? Pulang cepat ya?" suara ibu mertua menyapa mas Rama di dapur."Hana sakit perut Ma, dari semalam!" tutur mas Rama."Biasa itu, mama juga sering sakit perut" ucap ibu mertuaku."Tapi Hana lagi hamil Ma, emang biasa sakit perut gitu kalau hamil""Iya biasa itu, nanti juga sembuh sendiri" jawab ibu mertuaku yang kemudian berlalu pergi. Mas Rama menghampiri ku lagi yang sekarang masih duduk di kasur.Beberapa posisi aku coba agar mengurangi rasa sakit di perut seperti yang aku lakukan saat datang bulan."Dek, mas udah siap ayo kita periksa dulu kalau masih sakit!" Ajak mas Rama padaku.Beberapa kali aku menolak, karena mungkin benar kata ibu mertuaku tadi, sakit perut saat hamil mungkin hal biasa di alami oleh orang yang sedang hamil."Mas khawatir dek, mend

    Last Updated : 2024-06-05
  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 4 Dibandingkan

    Malam ini, ku lihat tidak ada siapa-siapa dirumah, syukurlah setidaknya satu beban itu hilang. Belum lama kedatangan ku suamiku juga pulang."Dek ini makanan favorit kamu bakso, tadi mas mampir ke warung dan membeli ini untuk kamu." Aku hanya tersenyum, suamiku mengambil mangkok di dapur dan meminta ku untuk tetap makan dan berisitirahat di kamar saja. Salah satu kekuatan terbesar seorang wanita yang sudah menikah adalah suaminya tetap memuliakan istrinya dan menjadi rumah ternyaman untuk istrinya. Aku bersyukur punya suami yang selalu peduli pada hal kecil sekali pun tentang aku. Ku coba sedikit menguat kan hati agar bersabar, mungkin harus beradaptasi dengan sikap mertuaku dan terbiasa dengan ucap-ucapannya. Suami ku selalu sibuk bekerja tak ada waktu untuk aku bercerita sedikit tentang perasaan sedih ku. Sementara di ruang tengah, ibu mertua sibuk menelpon. "Vik itu istrinya Rama pelitnya ga ketolongan ada makanan, makan sendiri. Sampe mama masuk kamar nya itu banyak ba

    Last Updated : 2024-06-05

Latest chapter

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 18

    "Mas kapan beli perlengkapan bayi? sekarang sudah mau mendekati hari perkiraan lahir!" ucapku pada mas Rama yang sibuk bermain ponsel. "Sabar, jangan terburu-buru! sekarang mas lagi tak punya uang!" Bagai petir di siang bolong ucapan mas Rama membuat badan bergetar hebat, bagaimana mungkin seorang mas Rama pekerja proyek yang digaji jutaan rupiah bahkan puluhan juta itu berkata tak punya uang. "Pakai uang tabungan dulu mas! kasian anak kita ntar lahir ga pakai baju!" "Mas bilang sabar ya sabar. Lagian bayi pun belum lahir nunggu saja kau tak bisa!" Betapa geram hati ini, mendengar perkataan mas Rama ia begitu berubah tak semestinya karena kehamilan ini juga atas permintaannya padaku. Jika tau begini mana mungkin aku mau mengandung benih darinya. "Mas punya kebutuhan yang lain dek, jadi sabar nanti mas sediakan keperluan anak kita!" "Sabar aja dulu lagian anak itu kan belum lahir!" ucap mas Rama lagi. Aku hanya mengusap dada, menahan sabar, selain menjaga mentalku aku j

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 17

    Bulan demi bulan aku lalui hingga perutku sedikit membuncit menampakkan bahwa Hana tengah hamil. "Aku sudah muak melihat tingkah lakumu, jangan mentang-mentang kamu hamil kamu selalu bermalas-malasan begini!" ucap ibu mertua yang mengedor pintu kamar Hana. Tanpa memperdulikan ibu mertuanya justru Hana sibuk memainkan ponselnya mencari cara agar secepatnya ia menghasilkan uang agar nanti ia bisa menghidupi anaknya tanpa harus bergantung pada suaminya. "Hana apa kamu tuli? Ibu memanggil mu dari tadi! cepat bangun dan datangi ibu! jangan pemalas seperti ini!" ucap mas Rama yang juga ikut mengguncang tubuh Hana yang sibuk bermain hp membelakanginya. "Kaki ku kram, ototku mengencang aku tak ingin bekerja berat, aku lagi hamil!" "Selalu saja hamil menjadi alasanmu, apa kamu tak tau jika ibuku juga pernah hamil!" mata mas Rama menajam bahkan tangannya bergerak begitu kuat menarik Hana. Semasa kehamilan Hana hingga sekarang ia sama sekali tak berisitirahat menunaikan tugas rumah. Dan ta

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 16

    Seharian aku dikurung di kamar menunggu pintu kamar terbuka agar bisa keluar dari neraka mewah ini."Hei, Hana kamu jangan bego! kamu pikir dengan kamu kabur dari rumah kamu bisa bebas? justru semakin memperkeruh suasana." ucap ibu mertuaku yang membuka pintu kamar."Kamu harus sadar diri, harus tau posisi kamu disini! kamu itu hanya wanita miskin yang beruntung menjadi istri anakku. Seharusnya kamu patuh sama suamimu, apa dengan kabur dari sini hidupmu akan bersinar? tentu saja itu tidak mungkin" sambungnya lagi."Kemasi kembali barangmu, jangan bikin malu aku dan anakku! atau jika benar kamu ingin pergi sekalian saja kamu minta cerai dengan Rama. Dia sama sekali tak akan menyesal pisah dengan wanita kampung sepertimu!"Aku hanya menghela nafas, mulutku terasa kaku, bingung antara harus tetap diam atau menjawab perkataan ibu mertuaku. Setelah menikah aku pikir aku bisa mencapai titik bahagia itu, tapi ternyata aku harus banyak berlapang dada menghadapi satu persatu ujian rumah tangg

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 15 Emosi mas Rama

    Saat diriku ingin bersembunyi didalam kamar, tapi aku tertangkap basah oleh Vika. "Ini orangnya, dari mana kamu?" tanya Vika membuat semua pasang mata menatap tajam kearah ku. "Nganterin makanan buat mas Rama!" jawabku kemudian ingin berlalu masuk kamar. "Mana mungkin Rama mau makanan dari rumah, makannya kan ditanggung proyek setempat, biasanya juga mereka catering makan enak-enak. Ga mungkin banget kalo Hana ngantar makanan buat Rama." timbal Vika. "Paling nganter ke rumah ibunya, mungkin ibunya udah kehabisan beras kali. Makanya saat kita ga ada dirumah dia buru-buru masakin!" sahut ibu mertuaku. "Ibunya kerja apa sih Bu?" tanya salah satu tetangga. "Jual badan, mungkin." timpal salah satunya. Aku menarik nafas panjang, membuka pintu kamar dengan keras, menghampiri sekumpulan ibu-ibu di teras dapur. "Enak aja, Ibuku ga serendah itu Bu tolong kalau ngomong mulutmu dijaga!" aku mengepalkan tangan ingin sekali ku tampar wanita tua yang membicarakan ibuku barusan. "Sia

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 14

    Sebulan kemudian."Mas kamu suka kopi kan?" aku menyuguhkan secangkir kopi pada mas Rama. Akhir akhir ini aku memang jarang menyuguhkan kopi padanya, selain karena kesibukan masing masing juga karena mas Rama di pagi buta sudah berangkat kerja hingga kadang lupa meminum kopi buatanku."Suka dek, tapi mas ga bisa kalau terusan minum kopi, soalnya asam lambung mas sering naik. Kadang kambuh saat mas sedang sibuk dengan kerjaan sampai di marahin bos dibilang alasan belaka." mas Rama menyeruput kopi yang masih panas, iya dia penikmat kopi pahit dan panas."Kalau lagi kerja terus kamu sakit, izin aja mas. Biar aku bisa ngerawat mas. Urusan kerjaan bisa di kerjakan nanti yang penting kesehatan nomor satu!" aku memperingati mas Rama dan kemudian mendekatinya dan memijat bahunya. "Kamu baik banget dek, mas jadi makin cinta sama kamu." mas Rama menyium telapak tangan ku."Mas berangkat dulu ya, kamu jaga diri baik-baik!"Aku mengantar mas Rama tepat di depan pintu gerbang, akhir-akhir ini hat

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 13 Kado

    Karena khawatir aku mengalihkan, permasalahan Vika dan Zian, aku berdalih keluar dan ingin memberikan uang pada Vika sesuai nominasi yang ia minta tadi."Vika!" aku berteriak memanggil Vika agar Zian dan ia berhenti bertengkar diruang tamu."Kak, Vika ada di kamar lagi istirahat." jawab Zian yang menunduk, seperti menutupi sesuatu, padahal aku sudah tau walau tak menyaksikan dengan mata langsung."Tolong kasi ini ke Vika ya, katanya tadi Vika mau uang 100 ribu." aku menyodorkan uang kertas bernominal 100 ribu itu pada Zian."Makasi kak, nanti aku berikan ke Vika." Zian menyunggingkan senyum ragu padaku.Tak ingin berlama aku pun kembali ke dapur,"Semoga Vika ga kenapa-kenapa kasian juga dengannya."batinku berbisik, Kemudian ku kerja kan semua tugas dapur, karena sudah tentu jika satupun yang kurang atau belum terselesaikan aku pasti bakal di cap menantu pemalas oleh ibu mertuaku."Dek, mas pulang," suami ku mas Rama mengagetkan ku, ia tiba-tiba saja memeluk ku dari belakang, membuat

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 12 Judi online

    Hari adalah hari dimana Bagas, istri dan anaknya kembali ke kota. "Ini Ma, uang buat beli kebutuhan dapur!" Dea memberikan uang merah dalam jumlah banyak. "Ga perlu Dey, ini untuk anak kamu beli susu, Mama masih ada uang." ibu mertua menolak dengan kaku. "Ambil aja Ma, nanti kalau aku dapat bonus, bakalan aku kirimin lagi deh." Dea kembali menyodorkan uang tadi. Ibu mertuaku tersenyum semeringai, bak putri yang dilamar pangeran. Saat berpamitan pulang Dea juga memberikan sejumlah uang kepada ku. "Ga usah Dey, makasi." aku menolak tak enak, padahal suamiku adalah anak yang paling tua seharusnya kami lah yang memberi mereka uang, terlebih lagi Dea dan Bagas juga memiliki anak. Berbeda dengan ku yang saat ini belum melahirkan anak. "Ambil aja kak, rezeki jangan di tolak!" Dea tersenyum manis memberikan lembaran uang merah. Aku mengangguk dan mengambil uang yang Dea berikan tak lupa kami berpelukan. "Semangat ya kak, semoga nanti diberi rezeki biar cepat mengasingkan diri."

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 11 Aku sakit Bu!

    Sampai dirumah kudapati rumah berantakan dan tumpukan piring kotor yang belum dibersihkan. Aku menelan salipah, ingin mengerjakan segalanya tapi mengingat kondisi tubuhku yang semakin melesuh membuat aku tak sanggup mengerjakan tugas rumah. Kepalaku di landa pusing, dan badanku terasa pegal-pegal. "Dek, sini mas check suhu tubuhmu!" mas Rama memegang termometer digital dan memasukkan alat tersebut ke mulutku. "45 derajat! panas sekali badanmu dek, sini kamu istirahat saja dulu! mas beli obat di apotik!" terang mas Rama sembari menyelimuti tubuhku. Mas Rama berlalu pergi keluar membelikan aku obat seperti biasanya, saat demam aku selalu tak ingin dibawa ke puskesmas atau ketempat praktek bidan, alasan cukup lucu karena aku sangat takut jarum suntik. Belum lama kepergian mas Rama keluarganya menyusul masuk rumah. "Nanti kita pajang di ruang tengah!" ucap Ibu mertuaku. Karena kepalaku merasa pusing yang sangat hebat membuat aku tak mampu berdiri untuk bergabung bersama mere

  • Ibu Mertua, Lihat Aku Sekarang    Bab 10 Foto keluarga

    Sesi pemotretan pun di mulai semua ahli keluarga berpartisipasi dalam pemotretan tersebut. "Ayo semuanya ngumpul, kita foto bareng!" seru mempelai wanita. "Tolong dong Kak, fotoin kita!" pinta Dea padaku. Segera aku meraih ponsel miliknya, mataku terpukau dengan alat canggih miliknya."Cepat fotoin, jangan halu punya hp kayak gitu!" ibu mertuaku setengah berbisik saat melewati ku dan kemudian dia ikut serta berbaris untuk berfoto-foto.Aku tertegun dengan ucapan mertuaku, mataku memerah menahan bulir tangis, beberapa kali aku mengusap mata ini agar tak satu orang pun tau jika aku sedang tidak baik baik saja."Sini kak gantian kak Han dulu yang foto!" Dea menghampiriku dan mengambil alih ponselnya.Saat sedang merapat dibarisan, ibu mertuaku malah menghentikan acara pengambilan gambar."Cukup ya, keluarga kita udah foto kami pamitan pulang ya!" ucapnya pada kedua mempelai."Dek, ayo foto kamu kan dari tadi sibuk motoin terus!" ajak mas Rama melambaikan tangannya."Mas!" ucapku denga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status