Share

Bab.5

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-11 09:12:01

Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya aku dan Farida sampai juga di Pasar Malam. Ramai sekali pengunjungnya. Anak-anak, remaja hingga orangtua, semuanya mengunjungi Pasar Malam ini. Banyak juga orang yang berjualan.

Cepat Farida turun dari motor, aku pun mengikutinya. Farida lalu menggenggam tanganku untuk berjalan di sampingnya. Ia lalu menatapku dan tersenyum. Senyuman yang sangat manis, senyuman yang dulu membuatku jatuh hati padanya. Senyuman yang ku rindukan, dan aku baru melihatnya lagi malam ini.

"Mas, mau naik wahana apa?" tanyanya sumringah.

"Nggaklah, Dek. Mas mau duduk di situ saja." Ku tunjuk bangku panjang yang berada dekat pedagang minuman kekinian.

"Oh … ayok," ajaknya menarik tanganku.

Aku dan Farida lantas duduk. Raut wajah istriku itu terlihat sangat bahagia. Farida memperhatikan sekelilingnya, bibirnya tak henti tersenyum.

"Mas, tunggu sebentar!" perintahnya. Ia lalu pergi menuju pedagang permen kapas. Aku hanya menggeleng melihat kelakuannya. Ia lalu kembali dengan dua permen kapas di tangannya.

Ya Tuhan … kenapa istriku ini seperti kembali ke masa kecilnya? Kenapa dia membeli permen kapas? Banyak jajanan yang lain.

Farida lantas duduk kembali di dekatku. Ia membuka permen kapasnya yang dibungkus plastik besar.

"Mas mau?" tawarnya.

Aku mendecak. "Nggak, Dek."

"Enak loh, Mas. Aku waktu kecil suka sekali permen kapas seperti ini," ungkapnya. Farida memakan permen kapasnya dengan semangat.

"Itukan memang makanan anak kecil, Dek."

Permen kapas itu habis dalam sekejap, Farida lalu melumat jarinya.

"Mas, naik ombak banyu, yok," ajaknya.

"Gak mau," jawabku.

Sebenarnya, aku tidak suka pergi ke Pasar Malam begini. Tapi aku tidak mau membiarkan Farida mendiamkan ku karena kejadian tadi pagi. Juga demi menjauhkan Farida dari Mila, maka terpaksa aku pergi. Setelah pulang dari sini, aku akan berbicara pada Farida agar tidak lagi berteman dengan Mila.

"Kalau gitu, aku naik sendiri, ya, Mas!"

"Boleh, Dek."

Farida menyimpan tas selempangnya, lalu mendekati wahana ombak banyu. Ia membayar karcis dan mulai duduk. Sementara Farida menikmati permainan ombak banyu. Aku mengambil ponsel Farida di tasnya.

Tidak memakai sandi, aku jadi mudah membukanya. Aku lantas mengecek aplikasi berlogo huruf F, dan melihat pesan masuk. Tidak ada yang aneh, semua pesan dari temannya. Baik temannya dari kampung juga teman kerjanya dulu.

Sampai aku menemukan pesan dari akun yang bernama Sang Arjuna.

[Hai] dikirim seminggu lalu.

[Assalamu'alaikum] dikirim tiga hari yang lalu.

[Rida, aku harap kamu baik-baik saja. Meski kamu tidak pernah membalas pesanku, tapi aku tahu, suamimu itu tdk bisa membahagiakanmu] dikirim satu hari yang lalu.

Kurang aj*r. Siapa dia?

Cepat ku telusuri akunnya, foto profilnya membelakangi kamera semua. Tidak ada satupun foto yang menunjukkan wajahnya.

Ku lihat istriku, ternyata ia naik wahana kora-kora. Ku telusuri lagi pesan di aplikasi huruf F miliknya, ada lagi pesan dari Pencari Cinta.

[Rida] dikirim dua bulan yang lalu.

[Assalamu'alaikum, Rida] dikirim satu bulan yang lalu.

Dilihat dari pesannya, mereka sepertinya orang yang sudah dekat secara langsung dengan istriku, mereka memanggil istriku Rida. Aah, aku jadi penasaran siapa sebenarnya pengirim pesan-pesan ini? Karena pengirim pesan yang lain aku tahu siapa pemiliknya.

Saat sedang asik memeriksa ponsel istriku itu, aku sampai lupa keberadaannya. Ternyata ia sudah berdiri dihadapan ku.

"Mas, kamu ngapain ponselku?" tanyanya.

"E—nggak, Dek. Mas cuma lihat galerinya," kilahku. Cepat ku tekan tombol kembali.

"Oh … ya sudah, sini, kembalikan!" pintanya sambil mengulurkan tangannya. Aku kemudian mengembalikannya.

"Pulang, yok," ajakku.

"Pulang? Gak, aku masih pengen di sini, Mas!" jawabnya.

"Ngapain lagi sih, Dek?" tanyaku sedikit kesal.

"Aku masih mau naik wahananya, Mas. Seru, loh. Kamu kalau mau pulang, sana pulang aja. Aku bisa pulang sendiri!" jawabnya sambil berlalu. Ia lalu mendekati wahana bianglala. Aku terbelalak mendengarnya. Tak salah bicarakah dia? Ini sudah malam. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku bisa didamprat kedua Mbakku nanti. Ah, kenapa wanita ketika dituruti keinginannya, menjadi sangat menyebalkan!

Terpaksa aku memesan minuman rasa greentea. Entah kapan Farida akan pulang. Ini sudah jam 9 malam.

Sebenarnya, bisa saja aku meninggalkannya, nanti ia akan pulang dengan ojek online. Tapi, aku takut terjadi sesuatu pada istriku itu, biar pun kadang istriku menyebalkan.

Aku teringat ucapan Mbak Eka, bagaimana kalau Farida manja pada lelaki lain? Apalagi setelah ku lihat pesan di aplikasi huruf F tadi, dadaku jadi sesak. Mungkin saja ini rasanya cemburu. Tapi, aku tidak akan mengatakannya pada Farida. Bisa-bisa ia besar kepala.

Hingga minumanku tandas, Farida belum menampakkan batang hidungnya. Ya Tuhan … apa dia mau sampai pagi berada di sini? Lekas aku bangkit, mulai mencari keberadaan istriku. Saat tengah mencarinya, tiba-tiba ia muncul dihadapanku. Tapi … kenapa bersama Mila?

"Mas, Mas belum pulang?" tanyanya tak percaya.

"Dari tadi Mas nunggu kamu, Dek!" jawabku.

"Aku kira, Mas udah pulang. Tadi aku kebetulan ketemu Mila, jadi aku muter-muter dulu, Mas," jelas istriku itu.

"Mil, ternyata Mas Risfan nungguin. Kalau gitu, aku pulang duluan." Farida berpamitan pada Mila.

Mila mengangguk. "Hati-hati, Rida. Jangan ngebut, Ris!"

Farida melambaikan tangannya pada Mila dan mengajakku pulang.

Cepat aku menuju parkiran, mengeluarkan motorku, dan setelah Farida naik aku melajukannya. Karena sudah malam, aku melajukan kendaraan roda duaku dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba, sebuah cebutan mendarat di pinggangku.

"Add—duh. Apa sih, Dek. Sakit!"

"Pelan-pelan bawa motornya, Mas!" teriak Farida.

Seketika aku memelankan laju motorku. Meski jalanan lengang, tetap saja membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai rumah. Kalau saja ngebut, pasti bisa lebih cepat.

Setelah sampai di depan rumah, gegas Farida turun dari motorku. Ia lalu memutar anak kunci dan membuka pintu rumah. Lantas, aku segera memasukkan motorku ke dalam rumah. Farida duduk di kursi ruang tamu, tangannya memegang kresek hitam. Entah apalagi isinya. Sepertinya Farida sudah mengantuk. Setelah motorku aman, aku segera menutup pintu rumah dan menguncinya. Cepat aku ke kamar mandi untuk sekadar mencuci kaki dan tanganku. Ternyata Farida masih di kursi ruang tamu, gegas aku menghampirinya.

"Ini, Mas! Mas makan saja, aku capek, ngantuk," ucapnya, ia tutup mulutnya yang sudah menguap.

Aku menerima kresek hitam pemberiannya. Lantas aku membawanya ke dapur, membukanya dan ternyata, sate sapi kesukaanku. Cepat ku ambil piring, mencentong nasi dan menyiapkan air putih. Saat hendak menyuap, tiba-tiba aku teringat Farida. Lantas ku taruh kembali sendok yang hampir masuk ke dalam mulutku.

Aku lalu keluar dari dapur. Ternyata Farida sudah tertidur di kursi ruang tamu. Sepertinya Farida kelelahan. Aku lalu menggendongnya, membawanya ke dalam kamar. Kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur, ku buka hijab di kepalanya. Lalu menyelimuti tubuhnya.

Ku pandangi wajah cantik istriku yang kini sudah terlelap. Aku membungkukkan badanku dan mengecup pelan kening istriku. Aah, hal yang sudah jarang sekali aku lakukan padanya. Tidak ada tanda-tanda Farida terbangun karena kecupanku, lantas aku mengecup bibirnya. Manis sekali.

 Ah, cacing di perut rasanya mulai berontak. Terpaksa aku harus menegakkan badanku. Sebelum beranjak aku membisikkan sesuatu di telinga Farida 

"Selamat tidur, sayang."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Linawati Mamahe Is
kurang apa lagi punya istri kayak Farida,,hah..?! udah g ngasih nafkah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.6

    Hari ini aku bangun terlambat. Saat terbangun tadi, kulihat sudah jam setengah 8. Sudah tidak mungkin lagi aku berangkat ke pabrik. Mungkin semalam makanku terlalu banyak, sampai aku tidur terlalu nyenyak. Mungkin juga Farida sudah membangunkan ku, tapi karena tidurku kadang seperti kerbau, maka susah sekali dibangunkan.Aku lantas menyetel televisi sambil menikmati segelas susu jahe. Farida sudah sibuk di warungnya. Membersihkan meja dan kompor, serta menyiapkan bahan untuk berjualan nanti.Melihatku bangun kesiangan seperti ini, biasanya Farida akan menyuruhku membantunya. Mengupas bawang, memblender bumbu, merebus tulang ayam, menyapu, mengepel, atau apa saja yang menurutku bukan pekerjaan lelaki.Tapi tidak pagi ini, melihat ku bersantai di depan televisi begini, ia tidak manja lagi kepada ku. Ia justru sibuk sendirian.Aku mengucek siaran televisi, tidak ada yang seru untuk ditonton."PAKET!" Terdengar teriakan pengirim paket. Sepertinya paket yang kupesan tiba hari ini."Mas, pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.7

    Sore ini aku pulang dengan membawa oleh-oleh dari Malik yang baru pulang dari kampungnya. Saat sedang mengendarai motorku dan akan berbelok menuju gang masuk rumahku, di sebrang sana aku melihat istriku sedang mengobrol di bengkel dengan Jana.Aku menepikan motorku dan memperhatikan mereka dari sebrang jalan. Kenapa Jana akrab sekali dengan Farida? Begitu juga istriku itu. Entah apa yang mereka obrolkan sampai Farida tak henti tertawa. Tawa Farida yang akhir-akhir ini sudah tidak pernah lagi kulihat.Farida lalu melihat jam di tangannya, setelah itu ia seperti berpamitan pada Jana, kemudian ia mengendarai motor bekasnya. Jana tak henti menatap kearah perginya Farida dan sekilas kulihat ia tersenyum. Sampai punggung Farida tak terlihat lagi barulah Jana masuk ke dalam bengkelnya. Aku lalu melanjutkan perjalanan ku pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, pintu rumah di kunci. Warung Farida pun di tutup. Terpaksa aku menunggu di luar karena pasti Farida bawa kuncinya yang hanya satu. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.8

    Malam ini, terpaksa aku keluar dengan motorku. Aku akan membeli nasi goreng kesukaanku saja yang tempatnya agak jauh dari rumahku. Farida benar-benar mengesalkan! Suami minta dimasakin tak digubris sama sekali. Makanan yang dibelinya pun, ia habiskan sendiri.Kalau begini, pengeluaran malah bertambah. Lalu untuk apa kemarin kuberikan uang bulanan. Apa dia tak takut berdosa pada suami? Benar-benar sudah berubah Farida sekarangPedagang nasi goreng spesial kesukaanku ternyata belum ramai pembeli, karena sekarang baru jam 7 malam. Aku memesan satu nasi goreng untuk makan ditempat. Rasanya malas untuk pulang. Biarlah nanti aku pulang larut malam. Biar Farida sadar, kalau dia sudah benar-benar keterlaluan.Lihat saja, pasti dia akan menelpon dan mengirim pesan berkali-kali agar aku cepat pulang. Biarkan Farida sadar, kalau aku sedang marah padanya."Risfan!" Seseorang memanggil namaku, dari suaranya aku sangat hafal itu suara siapa.Aku lalu menoleh, benar dugaanku. Itu suara Malik. Ia lal

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.9

    Kulihat jam dinding di kamar kontrakan Malik, menunjukan pukul setengah 11 malam. Kurogoh ponsel dalam saku celana yang sengaja aku silent. Aku ingin tahu, berapa kali Farida menghubungi untuk menyuruhku segera pulang.Aku menekan tombol kunci pada ponselku. Lalu mengaktifkan data selulernya. Hah? Aku membelalak. Apa ponselku rusak? Aku lalu mengibaskan ponselku di udara, mungkin jaringan di kontrakan Malik jelek. Aku mencoba keluar dari kamar kontrakan Malik. Kulihat jaringan juga stabil.Arrghhh … kenapa tidak ada satu pun chat dari Farida? Panggilan tak terjawab juga tidak ada. Aku mengusap wajahku dengan kasar … huh. Tidak mungkin! Tidak mungkin Farida mendiamkanku seperti ini. Mana berani Farida tinggal di rumah sendirian?Aku hafal betul istriku, ia tidak berani tinggal di rumah sendirian jika malam hari. Farida itu perempuan manja dan penakut. Jika aku belum pulang, dia pasti sudah mengirimku pesan berkali-kali. Tapi kenapa sekarang tidak?"Ris, mau kemana?" Malik memanggil dar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.10

    Jam 10 aku baru selesai mandi. Aku duduk lemas di kursi meja makan. Di atas meja makan sudah tersaji makanan yang kemarin ingin sekali aku makan. Sop buntut. Ya, satu panci sedang sop buntut sudah Farida masak. Namun, aku tak berselera. Aku merogoh ponsel di saku celana jeans, lalu cepat mengaktifkan mode pesawat. Jangan sampai atasanku melihatku aktif di sosial media, sedangkan aku tak memberi kabar apapun hari ini tak masuk kerja.Tiba-tiba perutku meminta haknya untuk diisi. Aku lalu mengambl sedikit nasi dari magic com ke atas piring dan menuang sop buntutnya, itupun hanya sedikit.Aku lalu makan dengan tidak berselera. Masakan Farida yang selalu enak di lidahku, jadi tak terasa karena pikiranku gusar begini. Biasanya, aku paling lahap makan dengan sop buntut.Selesai makan, aku masih di meja makan. Tidak buru-buru beranjak. Aku bingung harus apa. Tiba-tiba Farida masuk ke dapur sambil membawa tabung gas melon. Ia lalu memasangkan regulator pada tabungnya.Cetrek! Kompor kembali

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 11

    Sudah jam delapan malam. Aku duduk selonjoran sambil bersandar pada sandaran kasur di dalam kamar. Saat aku keluar dari dapur tadi, kudapati Farida sedang menyetrika pakaian sambil menyalakan televisi. Ditemani segelas minuman coklat dan biskuit.Aku mengambil ponselku dan mulai mengaktifkan datanya. Muncul pesan dari Malik.[Ris][Bro][Bapak lu ngamuk bro!]Bapak yang Malik maksud ialah Pak Mulyo, Kepala Administrasi, atasanku. Pastilah ngamuk, pekerjaan kemarin harus selesai hari ini aku malah tidak masuk. Hanya ada pesan dari Malik, tidak ada pesan apapun dari Farida. Bahkan sekadar menanyakan aku kemana saja, tidak.Aku lalu membuka galeri, melihat lagi foto-fotoku tadi siang. Bagus. Ingin sekali aku meng-uploadnya di status WhatsApp atau sosmed yang lain, tapi nanti bisa ketahuan kalau siang tadi aku pergi.Aku lalu berpindah ke aplikasi berhuruf F, ada satu pesan masuk. Dari akun bernama 'Mey Rindu'.Degh.Seketika hatiku berdegup. Apa mungkin pesan dari Rindu. Tapi seingatku,

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 12

    Jam istirahat, aku makan siang di pantry area. Setelah menikah dengan Farida, aku selalu membawa bekal, tidak pernah lagi membeli makan di kantin pabrik. Aku menatap makananku tak bersemangat. Hilang nafsu makanku setelah diceramahi panjang lebar Pak Mulyo tadi."Ngapa itu muka, kusut bener!" ucap Santo yang datang bersama Malik. Mereka duduk di hadapanku.Sama sepertiku, Santo juga membawa bekal. Tapi kadang-kadang, ia masih suka jajan di kantin. Sedangkan Malik, dia kadang menitip masakan jadi pada Santo. Atau membeli makan siang di kantin pabrik. Begitulah nasibnya yang masih bujangan."Diamuk bapaknya, To!" Malik menjawab cepat."Gara-gara?" Santo bertanya penasaran."Kemaren gak masuk," jawab Malik."Gemblung! Kemaren kerjaan lagi banyak malah gak masuk. Rasain! Pantesan kemaren gue gak liat," ledek Santo.Aku mendecak. Bukan prihatin dengan keadaan temannya, malah asik meledek. Sial.Aku tak menanggapi mereka, hanya mengaduk-aduk makanan yang ada ada dalam wadah bekal.Santo me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 13

    "Dek, Bu RT mau apa malam-malam kemari?" Aku bertanya pada Farida. Ia sedang melepas kerudungnya di depan cermin meja rias. Sementara aku sedang bersandar di atas kasur."Oh, besok pagi aku diminta masak, cucunya mau syukuran ulang tahun." Farida menjawab sambil menyisir rambutnya yang hitam tebal."Cucunya yang mana?""Alisa.""Anaknya si Fahri?Farida mengangguk."Berapa tahun emangnya?""Satu tahun.""Dek, dulu si Fahri nikahnya beda seminggu dengan pernikahan kita. Tapi dia sudah lebih dulu punya anak.""Ya, udah waktunya, Mas.""Kita kapan ya, Dek, punya anaknya?"Farida tidak menjawab, masih menyisir rambutnya karena memang panjang. Ya, sudah dua tahun aku dan Farida menikah namun belum ada tanda-tanda Farida hamil."Dek …""Hmmm."Aku beranjak ke bibir ranjang, duduk di belakang Farida yang masih di depan cermin rias."Tanggung jawab, Dek," ujarku.Seketika Farida memutar badannya. "Tanggung jawab apa?"Aku menunjuk bibirku. "Nih!"Farida mengulum senyumnya. Kemudian ia berbali

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18

Bab terbaru

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 46

    (Ending)POV Risfan************"Bu Riana belum sadarkan diri, Pak. Denyut jantungnya semakin melemah. Doakan yang terbaik untuk istrinya, Pak!" Seorang perawat wanita mengabariku tentang kondisi Riana. Lalu ia pergi meninggalkanku sendiri.Sebulan yang lalu, Riana melahirkan lewat operasi. Kini, bayiku tengah tergolek lemah dalam inkubator. Aku tengah melihatnya dari luar lewat kaca besar ini. Aku mengusap ujung mataku yang berair.Aku menatap lekat bayi mungil itu. Bayi lelaki yang lahir prematur dalam usia 7 bulan. Setelah berusaha sekuat yang aku dan Riana mampu, Riana akhirnya dinyatakan hamil di usia pernikahan ke-3 tahun. Kondisinya saat hamil sangat lemah. Ia diharuskan bedrest dan tidak boleh terlalu lelah. Semua pekerjaan rumah, aku yang turun tangan.Setelah operasi selesai, Riana tak sadarkan diri. Ia mengalami perdarahan hebat. Hatiku mencelos melihat kondisinya dan juga kondisi bayiku. Apa yang bisa kulakukan agar aku bisa segera mendekap mereka? Setiap saat aku tak hent

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 45

    POV RisfanAku mematut diri di depan cermin. Pantulan wajahku terlihat begitu menawan dengan tuxedo hitam yang kupakai saat ini.Aku sudah mengikhlaskan Farida dengan Malik. Keikhlasan itu, Tuhan ganti dengan mengirim seorang gadis jelita yang kini akan menjadi pendamping hidupku.Tuhan memang begitu baik pada setiap hamba-Nya. Tuhan memberiku pelajaran yang amat berharga. Kehilangan Farida, kehilangan uangku, motor, dan pekerjaan. Tuhan benar-benar menegurku yang sudah dzolim pada Farida dulu.Sekarang aku akan melepas masa sendiri ini. Kali ini, aku tidak asal-asalan lagi seperti dulu aku terburu-buru menikahi Safira. Pernikahanku kali ini, direstui kedua kakakku dan mereka sudah hadir dari seminggu yang lalu untuk membantu mengurus persiapan pesta pernikahanku.Aku akan menggelar pesta pernikahan di aula hotel di kota ini. Gadis yang aku nikahi, bukan gadis sembaranganan. Dia anak dari pemilik perusahaan jasa ekspedisi tempatku bekerja.Satu tahun aku bekerja di sana. Kinerjaku ya

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 44

    POV Risfan*****Aku sudah mendapatkan pekerjaan di perusahaan jasa ekspedisi, namun ditempatkan di cabang yang baru. Tempatnya hanya berupa ruko 3 tingkat. Lantai bawah sebagia tempat pelayanan. Lantai dua berfungsi sebagai kantor dan paling atas hanya roof top.Entah kebetulan atau apa, cabang baru yang menjadi tempatku bekerja ternyata bersebrangan langsung dengan ruko Farida. Saat pertama kali bekerja aku langsung menyadarinya. Namun, ruko Farida tutup satu minggu lamanya dan aku baru ingat. Kalau kemarinnya Farida menikah dengan Malik.Tentu saja caffe-nya tutup selama satu minggu. Pastinya mereka sedang berbulan madu. Memasuki minggu kedua aku bekerja, barulah caffe Farida dibuka.Setelah rukonya ditempati kembali, aku yang bekerja di lantai dua, sesekali tak sengaja, mendapati Malik dengan mesranya memeluk Farida di teras lantai dua.Bukan hanya hati yang panas tapi mata pun turut panas. Rasanya lahar air mata ingin menyembur keluar andai tak dikendalikan. Mereka tidak mengetah

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 43

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.43POV MalikAku bersama istriku sudah kembali ke kota. Aku dan Farida kini tinggal di ruko dua lantai yang pembayarannya diangsur selama 3 tahun.Aku pun sudah mulai bekerja kembali di pabrik setelah masa cuti selesai. Farida sudah mulai membuka caffe-nya kembali dan berjualan seperti biasa.Aku bekerja di bagian gudang. Gajiku hanya sebesar 3,8 juta per bulannya. Kalaupun dapat bonus, maka menjadi 4,2 juta saja. Cukup jauh dibanding gaji Risfan dulu yang seorang staff apalagi Santo yang sebagai Kepala Produksi. Namun, berapapun itu, aku selalu mensyukurinya.Seperti biasa, aku bangun pukul 3 dini hari. Setelah ibadah sunnah kadang aku tidur lagi kadang pula kuat hingga subuh tiba. Seperti sekarang, selesai salat tahajjud 2 raka'at, aku lantas merendam pakaian dalam ember. Tentunya pakaianku juga Farida. Sesudah 10 menit direndam, aku mulai mencucinya secara manual.Katanya sih, Farida saat masih dengan Risfan mengambil kredit satu mesin cuci. Namun, ba

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 42

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.42POV MalikAku membuka mata pelan. Kudapati sosok istriku masih terlelap di sampingku dengan selimut menutupi tubuhnya. Bukan, bukan hanya tubuhnya, tapi tubuhku juga.Kuraba ponsel di atas nakas, pukul 3 dini hari dan kuletakan kembali. Setelah kesadaranku penuh, ku pungut baju yang terserak di bawah tempat tidur lalu memakainya.Cepat aku ke kamar mandi dan mensucikan diri. Aku sudah tidak perjaka lagi. Namun, sungguh aku bahagia. Keperjakaan ini, aku lepas bersama bidadariku.Selesai membersihkan diri dan berpakaian yang bersih. Aku lalu menggelar sajadah dan menunaikan shalat sunnah tahajjud.Setelah salam, aku menengadahkan kedua tangan."Ya Allah … kutitipkan segenap rasa yang tumbuh dan selalu bermekaran untuk istriku ini kepada-Mu.""Teguhkan rasa cinta ini di atas agama-Mu … anugerah kan dalam keluarga kami, keturunan yang saleh dan salehah.""Di ridhoi-lah rumah tangga yang mulai kami bina ini. Jadikanlah aku, imam yang mampu menuntun makmumn

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 41

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.41POV Malik*******Selesai shalat shubuh, aku kembali ke rumah Emak mertua. Pabrik memberikan cuti satu minggu dan aku berencana kembali ke kota hari Sabtu nanti.Jadi, aku akan menikmati masa pengantin dengan istri cantikku di kampung. Karena cuaca di kampung sangat dingin. Pas untuk pasangan pengantin baru sepertiku.Seperti sekarang, aku tengah duduk menghadap tungku api. Hangat bukan?Malam pertama semalam, ku lewati dengan tidur saling memeluk sampai subuh tadi. Belum beranjak ke adegan lebih dewasa. Keperjakaan ku masih tersegel.Rumah Emak mertuaku ini sama seperti rumah Emak. Bagian depan rumah ini sudah berdinding tembok dengan lantai keramik.Namun untuk bagian dapur, dinding dan alasnya masih dari belahan bambu atau biasa disebut 'palupuh'. Memasak juga masih menggunakan tungku kayu bakar. Kompor gas hanya yang satu tungku, dan kadang-kadang digunakan. Kamar mandi juga masih berada di luar.Farida tiba-tiba masuk ke dapur, ia lalu menuangka

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 40 (POV MALIK)

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.40POV Malik*********"Saya terima nikah dan kawinnya Farida Nursyifa Binti Nasir dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 10 gram dibayar tunai.""Bagaimana saksi?""SAH!""Alhamdulillah ….""Barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama'a bainakuma fii khair …."Aku mengusapkan kedua telapak tangan pada wajah. Resmi sudah aku mengikat Farida dalam ikatan suci dan halal, pernikahan.Selesai berdoa, Farida mencium punggung tanganku. Lantas aku pun mengecup keningnya. Ku kecup dalam sembari membacakan doa.Ini pertama kalinya, aku benar-benar bersentuhan. Membuat jantung rasanya ingin melompat saja, karena berdebar kuat.Ya, hari ini aku dan Farida resmi menikah. Kami menikah di kampung, di rumah Farida. Hanya menggelar syukuran. Tidak ada pesta.Namun, acara tetap terasa begitu khidmat. Teman-teman kerjaku di bagian gudang menyempatkan untuk datang. Juga dengan teman-teman Farida.Selesai ijab qobul dan sungkeman, para tamu lantas dipersilahkan

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 39

    POV Risfan🌹🌹🌹Pagi ini aku sedang mengepel di pantry area. Sudah 4 bulan aku menjalani pekerjaan ini. Rasanya sudah seperti setahun. Mungkin Tuhan sedang menguji kesabaranku lewat pekerjaan ini.Beberapa orang karyawan yang tengah dalam masa pelatihan, sedang berkumpul dan menikmati sarapan pagi mereka di teras pantry. Karena bagian dalamnya masih aku pel.Melihat mereka dengan seragam pelatihan, membuatku terpaksa mengingat Rindu. Setelah saat itu aku memblok akunnya, aku tidak lagi berinteraksi dengannya.Saat aku mencarinya untuk membuat perhitungan karena dia penyebab keributan rumah tanggaku dulu. Namun, ia sudah tidak lagi nampak di pabrik ini.Kutanyakan pada beberapa karyawan lain, ternyata Rindu keluar tanpa kabar dan tanpa surat pengunduran diri. Mereka tidak tahu alasan Rindu keluar dari pabrik.Lantas aku mencarinya ke rumah yang katanya ditempati oleh Rindu. Nihil, rumah itu juga kosong. Para tetangga bilang, Rindu ditarik paksa oleh seorang lelaki yang mengaku sebaga

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 38

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.38******Hatiku terbakar hebat. Di depan sana, Malik berlutut di hadapan Farida dengan kotak kecil di tangannya. Setelah sebelumnya, ia bernyanyi dengan petikan gitarnya.Farida belum bereaksi. Ia masih diam di tempatnya. Aku berharap, dia tidak menerima Malik. Karena aku di sini kembali untuknya.Para tamu undangan bersorak, agar Farida menerima Malik. Hanya aku dan Santo yang masih terkejut dengan semua ini.Terlihat Mila berbisik pada Farida. Namun, untuk beberapa saat, Farida masih terdiam.Aku hendak beranjak. Namun, belum sempat tubuhku tegak, Santo menahan pergerakanku."Lu mau ke mana?" tanyanya pelan."Ke sana, To.""Mau apa? Duduk! Lu jangan coba-coba bikin kacau!" sergahnya.Aku kembali menghempaskan bobotku di kursi. Aku mendengkus. "Ini gak bisa dibiarin, To.""Kenapa gak bisa?""Farida itu mantan istri gue, To. Si Malik itu, temen kita. Temen gue. Walaupun sekarang, sih, emang udah kayak orang asing. Tapi, kita dulu temenan, To. Temen ba i

DMCA.com Protection Status