Share

Bab.8

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-16 14:51:40

Malam ini, terpaksa aku keluar dengan motorku. Aku akan membeli nasi goreng kesukaanku saja yang tempatnya agak jauh dari rumahku. Farida benar-benar mengesalkan! Suami minta dimasakin tak digubris sama sekali. Makanan yang dibelinya pun, ia habiskan sendiri.

Kalau begini, pengeluaran malah bertambah. Lalu untuk apa kemarin kuberikan uang bulanan. Apa dia tak takut berdosa pada suami? Benar-benar sudah berubah Farida sekarang

Pedagang nasi goreng spesial kesukaanku ternyata belum ramai pembeli, karena sekarang baru jam 7 malam. Aku memesan satu nasi goreng untuk makan ditempat. Rasanya malas untuk pulang. Biarlah nanti aku pulang larut malam. Biar Farida sadar, kalau dia sudah benar-benar keterlaluan.

Lihat saja, pasti dia akan menelpon dan mengirim pesan berkali-kali agar aku cepat pulang. Biarkan Farida sadar, kalau aku sedang marah padanya.

"Risfan!" Seseorang memanggil namaku, dari suaranya aku sangat hafal itu suara siapa.

Aku lalu menoleh, benar dugaanku. Itu suara Malik. Ia lalu duduk di kursi sebelahku.

"Tumben di sini, Ris?" tanya Malik. Aku yakin dia pasti heran aku ada disini. Dulu, tempat ini adalah tempat nongkrong kesukaan ku dan Malik. Setelah menikah, aku tidak lagi sering ke tempat ini.

"Bosan aja di rumah, Lik," jawabku.

"Rida gak masak lagi?" tebaknya.

"Rida sih bilangnya capek, banyak pembeli, banyak pesanan, terus tadi dia beli masakan jadi dari warung makan," ungkapku.

"Terus?" Malik bertanya mungkin ia penasaran.

"Gue maunya dia masak, Lik. Gue maunya makan masakan Farida, tapi terus saja alasan kalau capek," keluhku.

Malik tak menjawab, ia hanya mengangguk saja. Ah … mana mengerti dia urusan wanita? Dia saja sampai sekarang masih sendiri.

Pesanan nasi goreng ku dan Malik sudah tiba. Aku lalu segera memakannya. Rasanya masih sama, tidak ada yang berubah.

Meski aku sudah jarang ke sini selain kepepet seperti ini. Namun rasanya tetap enak di lidahku. Aku dan Malik makan bersama, seperti yang sering kami lakukan dulu. 

Selesai makan aku ikut Malik untuk main ke kontrakannya. Sengaja aku tidak buru-buru pulang, biar saja Farida sendirian. Biar nanti dia sadar kesalahannya.

Sesampainya di kontrakan, Malik membuka pintu kontrakan yang di kunci. Begitu pintu terbuka, aku hanya melongo. Sedangkan Malik, buru-buru masuk dan membereskan kamar kontrakannya yang seperti tertimpa tsunami.

Ia memungut baju, celana, handuk, yang bercecer di atas kasur dan memasukkannya asal ke dalam lemari pakaian plastik. Piring dan gelas kotor segera ia angkut ke dapur. Selimut dan bantal juga ia gulung asal lalu di simpan di tepi kasur. Ia lalu nyengir dan menyuruhku yang masih berdiri di luar untuk segera masuk. Aku lalu masuk dan duduk di atas karpet.

Aku heran dengan Malik, wajah saja tampan tapi kamar kontrakannya dari dulu selalu berantakan. Apa dia nyaman tidur di kamar yang berantakan?

"Jangan heran, gue masih bujangan. Gak ada yang beresin," ujarnya. Ia menyuguhkan air putih dan kacang kulit lalu duduk di sebelahku.

"Ck, dari dulu emang begitu!"

"Gak ada waktu beberes, pulang kerja gue rebahan," sangkalnya.

"Makanya buruan kawin, Lik!" 

"Belum ada jodohnya, Ris!" 

"Gimana mau ada? Lu aja dingin sama cewek, mana ada cewek yang mau!"

Malik tak menjawab, hanya memakan kacang kulit di depannya. Seketika, aku jadi teringat Mila.

"Lu inget tetangga depan rumah gue, gak?"

"Mila?"

"Hu'um."

"Jangan bilang, lu mau jodohin gue sama dia!"

"Betul! Lagian sama-sama jomblo, apa salahnya?"

"Gue bukan tipe dia, begitupun sebaliknya!"

"Kata siapa?"

"Asal lu tau, sampai sekarang gue sama Mila berteman baik sejak dua tahun lalu Rida ngenalin dia sama gue."

"Terus?"

"Ya, gak ada terusannya! Intinya gue dan Mila berteman baik."

"Gak salah? Si Mila itu cewek tempramen, Lik! Kok, lu bisa temenan sama dia?"

"Tempramen ya sama lu, Ris. Lu 'kan nyebelin!" 

"Si*lan!" Aku lemparkan cangkang kulit kacang padanya yang sedang tertawa.

Kenapa Malik seperti Farida? Bisa berteman baik dengan Mila yang jelas-jelas tempramen.

"Cewek di pabrik banyak, Lik! Emang gak ada yang lu taksir dari sekian banyak cewek? Jangan-jangan …" Aku menggantung ucapanku.

Malik melotot. "Apa? Jangan-jangan gue belok maksud lu?" Ia menebak dengan benar ucapanku yang belum selesai.

"Ha ha, kali aja …" jawabku.

Malik balas melempar cangkang kulit kacang kepadaku. "Kurang aj*r! Gue masih normal!"

Aku tertawa. "Buktinya lu belum kawin juga!"

"Dulu di kampung, gue punya pacar orang sana juga. Tapi, Emak udah jodohin gue sama anak pak Kyai."

Aku penasaran. "Terus?"

"Awalnya gue nolak, karena gue gak cinta sama cewek pilihan Emak. Tapi … pacar gue bilang, dia yang mundur. Dia gak mau jadi penyebab gue membantah Emak. Akhirnya gue terima perjodohannya."

Aku semakin penasaran. "Berarti lu, duda?"

"Dengerin dulu, kamvret!"

"Ya, lu ceritanya lama!"

"Belum selesai! Gue terima perjodohannya sebagai bakti gue sama Emak, meski gue berat lepasin pacar gue waktu itu …" Malik menghela nafasnya. Membuat ku semakin penasaran.

"Buruan!" ucapku tak sabar.

"Terus gue ngadain lamaran dan pihak keluarga si cewek minta waktu tiga bulan setelah lamaran buat langsung nikah. Ya, gue sanggupin, pokoknya gue bakal nurutin kemauan Emak waktu itu. Tapi … satu bulan sebelum penikahan, cewek pilihan Emak gue tutup usia," pungkasnya. Ia menghembuskan nafasnya berat.

"Lu gak lagi ngarang cerita 'kan?" tanyaku tak percaya dengan ceritanya barusan.

"Kagak!"

"Awas lu, bohong!" 

"Kurang kerjaan gue bohongin lu."

Aku tak percaya mendengar ceritanya. Tapi Malik sepertinya tidak berbohong, dia serius dengan ceritanya.

"Terus, Lik?"

"Gak ada terusannya!"

"Terus, kenapa lu belum kawin juga? Lu belum bisa lupain cewek pilihan Emak, lu?"

"Bukan! Tapi … gue masih ngarepin pacar gue yang waktu itu mundur. Makanya, sampai sekarang gue masih bujangan."

"Terus kenapa gak lu ajak nikah mantan pacar lu itu?"

"Dia udah nikah, Ris! Udah punya suami!"

Aku menggeleng. "Kaasihan …"

Malik mendecak. Aku tak menyangka kisah cinta Malik yang tampan ternyata mengenaskan. 4 tahun aku berteman baik dengannya baru kali ini ia menceritakan semua ini. Meski aku dan Malik berteman sudah lama, tapi Malik memang tertutup. Dia bukan orang yang terbuka tentang hidupnya. Makanya sekian lama berteman dengannya, aku baru tahu kalau dia belum menikah, karena masih berharap dengan mantan pacarnya yang sudah bersuami. Benar-benar kasihan.

"Mau sampai kapan, lu ngarepin mantan pacar lu itu? Mending, lu cari cewek lain, Lik! Cewek masih banyak!"

"Gue tunggu jandanya!"

"Gila! Emang lu gak laku? Cewek masih banyak, Lik!"

"Gue gak bisa lupain dia, Ris!"

"Gue gak nyangka, lu segila ini ternyata!" Aku kaget mendengar ucapannya.

"Biarin gue gila, daripada lu, nyebelin!" balasnya. Ia lemparkan cangkang kulit kacang lebih banyak padaku.

"Emangnya apa sih yang buat lu, gak bisa lupain mantan pacar, lu itu?"

"Dia … cinta pertama gue."

"Ah … klise! Semua orang juga punya cinta pertama, Lik!"

"Terserah, lu! Tapi yang jelas, gue masih di sini buat dia!" ucapnya. Dia lantas berlalu ke kamar mandi.

Aku hanya geleng-geleng mendengar penuturannya. Benar-benar gila Malik itu.

🌷🌷🌷

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
nengani farida
dan cwe yang di maksud itu rida.
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
W rasa ce yg dimaksud malik itu si rida
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.9

    Kulihat jam dinding di kamar kontrakan Malik, menunjukan pukul setengah 11 malam. Kurogoh ponsel dalam saku celana yang sengaja aku silent. Aku ingin tahu, berapa kali Farida menghubungi untuk menyuruhku segera pulang.Aku menekan tombol kunci pada ponselku. Lalu mengaktifkan data selulernya. Hah? Aku membelalak. Apa ponselku rusak? Aku lalu mengibaskan ponselku di udara, mungkin jaringan di kontrakan Malik jelek. Aku mencoba keluar dari kamar kontrakan Malik. Kulihat jaringan juga stabil.Arrghhh … kenapa tidak ada satu pun chat dari Farida? Panggilan tak terjawab juga tidak ada. Aku mengusap wajahku dengan kasar … huh. Tidak mungkin! Tidak mungkin Farida mendiamkanku seperti ini. Mana berani Farida tinggal di rumah sendirian?Aku hafal betul istriku, ia tidak berani tinggal di rumah sendirian jika malam hari. Farida itu perempuan manja dan penakut. Jika aku belum pulang, dia pasti sudah mengirimku pesan berkali-kali. Tapi kenapa sekarang tidak?"Ris, mau kemana?" Malik memanggil dar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.10

    Jam 10 aku baru selesai mandi. Aku duduk lemas di kursi meja makan. Di atas meja makan sudah tersaji makanan yang kemarin ingin sekali aku makan. Sop buntut. Ya, satu panci sedang sop buntut sudah Farida masak. Namun, aku tak berselera. Aku merogoh ponsel di saku celana jeans, lalu cepat mengaktifkan mode pesawat. Jangan sampai atasanku melihatku aktif di sosial media, sedangkan aku tak memberi kabar apapun hari ini tak masuk kerja.Tiba-tiba perutku meminta haknya untuk diisi. Aku lalu mengambl sedikit nasi dari magic com ke atas piring dan menuang sop buntutnya, itupun hanya sedikit.Aku lalu makan dengan tidak berselera. Masakan Farida yang selalu enak di lidahku, jadi tak terasa karena pikiranku gusar begini. Biasanya, aku paling lahap makan dengan sop buntut.Selesai makan, aku masih di meja makan. Tidak buru-buru beranjak. Aku bingung harus apa. Tiba-tiba Farida masuk ke dapur sambil membawa tabung gas melon. Ia lalu memasangkan regulator pada tabungnya.Cetrek! Kompor kembali

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 11

    Sudah jam delapan malam. Aku duduk selonjoran sambil bersandar pada sandaran kasur di dalam kamar. Saat aku keluar dari dapur tadi, kudapati Farida sedang menyetrika pakaian sambil menyalakan televisi. Ditemani segelas minuman coklat dan biskuit.Aku mengambil ponselku dan mulai mengaktifkan datanya. Muncul pesan dari Malik.[Ris][Bro][Bapak lu ngamuk bro!]Bapak yang Malik maksud ialah Pak Mulyo, Kepala Administrasi, atasanku. Pastilah ngamuk, pekerjaan kemarin harus selesai hari ini aku malah tidak masuk. Hanya ada pesan dari Malik, tidak ada pesan apapun dari Farida. Bahkan sekadar menanyakan aku kemana saja, tidak.Aku lalu membuka galeri, melihat lagi foto-fotoku tadi siang. Bagus. Ingin sekali aku meng-uploadnya di status WhatsApp atau sosmed yang lain, tapi nanti bisa ketahuan kalau siang tadi aku pergi.Aku lalu berpindah ke aplikasi berhuruf F, ada satu pesan masuk. Dari akun bernama 'Mey Rindu'.Degh.Seketika hatiku berdegup. Apa mungkin pesan dari Rindu. Tapi seingatku,

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 12

    Jam istirahat, aku makan siang di pantry area. Setelah menikah dengan Farida, aku selalu membawa bekal, tidak pernah lagi membeli makan di kantin pabrik. Aku menatap makananku tak bersemangat. Hilang nafsu makanku setelah diceramahi panjang lebar Pak Mulyo tadi."Ngapa itu muka, kusut bener!" ucap Santo yang datang bersama Malik. Mereka duduk di hadapanku.Sama sepertiku, Santo juga membawa bekal. Tapi kadang-kadang, ia masih suka jajan di kantin. Sedangkan Malik, dia kadang menitip masakan jadi pada Santo. Atau membeli makan siang di kantin pabrik. Begitulah nasibnya yang masih bujangan."Diamuk bapaknya, To!" Malik menjawab cepat."Gara-gara?" Santo bertanya penasaran."Kemaren gak masuk," jawab Malik."Gemblung! Kemaren kerjaan lagi banyak malah gak masuk. Rasain! Pantesan kemaren gue gak liat," ledek Santo.Aku mendecak. Bukan prihatin dengan keadaan temannya, malah asik meledek. Sial.Aku tak menanggapi mereka, hanya mengaduk-aduk makanan yang ada ada dalam wadah bekal.Santo me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 13

    "Dek, Bu RT mau apa malam-malam kemari?" Aku bertanya pada Farida. Ia sedang melepas kerudungnya di depan cermin meja rias. Sementara aku sedang bersandar di atas kasur."Oh, besok pagi aku diminta masak, cucunya mau syukuran ulang tahun." Farida menjawab sambil menyisir rambutnya yang hitam tebal."Cucunya yang mana?""Alisa.""Anaknya si Fahri?Farida mengangguk."Berapa tahun emangnya?""Satu tahun.""Dek, dulu si Fahri nikahnya beda seminggu dengan pernikahan kita. Tapi dia sudah lebih dulu punya anak.""Ya, udah waktunya, Mas.""Kita kapan ya, Dek, punya anaknya?"Farida tidak menjawab, masih menyisir rambutnya karena memang panjang. Ya, sudah dua tahun aku dan Farida menikah namun belum ada tanda-tanda Farida hamil."Dek …""Hmmm."Aku beranjak ke bibir ranjang, duduk di belakang Farida yang masih di depan cermin rias."Tanggung jawab, Dek," ujarku.Seketika Farida memutar badannya. "Tanggung jawab apa?"Aku menunjuk bibirku. "Nih!"Farida mengulum senyumnya. Kemudian ia berbali

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.14

    Aku sampai rumah jam tujuh malam. Selesai mandi dan makan malam, kini aku duduk sendirian di atas kasur dalam kamarku. Farida sedang menonton televisi. Entah apa yang dia tonton, sampai tertawa-tawa.Pikiranku teringat kembali dengan kejadian tadi dengan Rindu. Ia menangis sesenggukan sambil memelukku, tapi tidak mengatakan apapun. Terkadang, wanita adalah makhluk yang paling sulit dimengerti. Mereka selalu mengatakan kalau lelaki adalah makhluk yang tidak peka. Mereka, para wanita, selalu ingin dimengerti oleh lelaki tanpa mereka katakan apa maunya.Mereka inginnya lelaki mengerti tanpa mereka ucapkan apa keinginannya. Apa mereka pikir, lelaki itu punya kemampuan menembus dan membaca hati wanita?Karena Rindu hanya terus menangis tanpa mengatakan apa pun, terpaksa aku mendorong tubuhnya agar tidak terus-menerus memelukku. Setelah berhasil melepaskan pelukannya, aku lalu menaiki motorku. Aku tinggalkan dia sendirian yang masih duduk.Hingga dia berteriak memanggilku yang berlalu de

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 15

    "Dek, kamu beli mesin cuci?" tanya Mas Risfan, suamiku. Jam 7 malam, ia baru selesai mandi. Mungkin saat mandi tadi ia melihat ada mesin cuci di kamar mandi."Kredit, Mas," jawabku malas.Mas Risfan lalu menghempaskan bobotnya di hadapanku yang sedang menghitung uang hasil jualan hari ini."Mas, mana uang ganti paket waktu itu? Sampai sekarang belum diganti juga?" pintaku setelah selesai menghitung."Nanti, Dek. Uangmu itu masih banyak! Ditambah uang bulanan dari, Mas! Gak usahlah nagih-nagih uang yang cuma 150!" jawabnya enteng."Gak usah nagih gimana? Itu uangku, hasil jualanku, buat putar modal, Mas! Tapi sekarang aku butuh uangnya buat nambahin DP mesin cuci itu!" jelasku."Memang berapa DP nya?" tanyanya lagi."300 ribu, Mas, soalnya lagi ada promo. Uangku buat DP kurang 150, makanya cepat Mas ganti!" sahutku."Pakai uang yang ada dulu, Dek, apa susahnya? Mas juga sudah kasih uang bulanan, pakai itu dulu, Dek!"Aku mendelik. "Ini buat belanja lagi, Mas!""Kalau gak ada uangnya, b

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 16

    POV Risfan———Kapan lagi kutulis untukmuTulisan tulisan indahku yang duluPernah warnai duniaPuisi terindahku hanya untukmuMungkinkah kau 'kan kembali lagiMenemaniku menulis lagiKita arungi bersamaPuisi terindahku hanya untuk...mu———Suara Malik sedang bernyanyi di iringi petikan gitar, membuatku dan Santo saling menoleh. Baru kali ini aku dan juga Santo mendengar suara Malik. Bagus juga ternyata suaranya.Minggu siang ini, aku dan Santo berniat ke rumahku untuk bermain Ps. Di tengah perjalanan menuju rumahku Santo memintaku untuk mengajak Malik sekalian."Suara lu bagus juga, Lik?" ucap Santo. Pintu kontrakan Malik yang terbuka membuatku dan Santo masuk begitu saja.Malik hanya tersenyum sambil menyimpan gitarnya."Tapi lagunya sedih, lu galau? Lu 'kan jomblo, mana ada jomblo galau?" Santo meledek."Terserah gue lah!""Emang lu galauin sapa, sih?" tanya Santo."Ya, galauin mantannya itu, To!" selaku."Daripada galau, mending lu ikut ke rumah si Risfan, kita tanding Ps!" ajak

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20

Bab terbaru

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 46

    (Ending)POV Risfan************"Bu Riana belum sadarkan diri, Pak. Denyut jantungnya semakin melemah. Doakan yang terbaik untuk istrinya, Pak!" Seorang perawat wanita mengabariku tentang kondisi Riana. Lalu ia pergi meninggalkanku sendiri.Sebulan yang lalu, Riana melahirkan lewat operasi. Kini, bayiku tengah tergolek lemah dalam inkubator. Aku tengah melihatnya dari luar lewat kaca besar ini. Aku mengusap ujung mataku yang berair.Aku menatap lekat bayi mungil itu. Bayi lelaki yang lahir prematur dalam usia 7 bulan. Setelah berusaha sekuat yang aku dan Riana mampu, Riana akhirnya dinyatakan hamil di usia pernikahan ke-3 tahun. Kondisinya saat hamil sangat lemah. Ia diharuskan bedrest dan tidak boleh terlalu lelah. Semua pekerjaan rumah, aku yang turun tangan.Setelah operasi selesai, Riana tak sadarkan diri. Ia mengalami perdarahan hebat. Hatiku mencelos melihat kondisinya dan juga kondisi bayiku. Apa yang bisa kulakukan agar aku bisa segera mendekap mereka? Setiap saat aku tak hent

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 45

    POV RisfanAku mematut diri di depan cermin. Pantulan wajahku terlihat begitu menawan dengan tuxedo hitam yang kupakai saat ini.Aku sudah mengikhlaskan Farida dengan Malik. Keikhlasan itu, Tuhan ganti dengan mengirim seorang gadis jelita yang kini akan menjadi pendamping hidupku.Tuhan memang begitu baik pada setiap hamba-Nya. Tuhan memberiku pelajaran yang amat berharga. Kehilangan Farida, kehilangan uangku, motor, dan pekerjaan. Tuhan benar-benar menegurku yang sudah dzolim pada Farida dulu.Sekarang aku akan melepas masa sendiri ini. Kali ini, aku tidak asal-asalan lagi seperti dulu aku terburu-buru menikahi Safira. Pernikahanku kali ini, direstui kedua kakakku dan mereka sudah hadir dari seminggu yang lalu untuk membantu mengurus persiapan pesta pernikahanku.Aku akan menggelar pesta pernikahan di aula hotel di kota ini. Gadis yang aku nikahi, bukan gadis sembaranganan. Dia anak dari pemilik perusahaan jasa ekspedisi tempatku bekerja.Satu tahun aku bekerja di sana. Kinerjaku ya

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 44

    POV Risfan*****Aku sudah mendapatkan pekerjaan di perusahaan jasa ekspedisi, namun ditempatkan di cabang yang baru. Tempatnya hanya berupa ruko 3 tingkat. Lantai bawah sebagia tempat pelayanan. Lantai dua berfungsi sebagai kantor dan paling atas hanya roof top.Entah kebetulan atau apa, cabang baru yang menjadi tempatku bekerja ternyata bersebrangan langsung dengan ruko Farida. Saat pertama kali bekerja aku langsung menyadarinya. Namun, ruko Farida tutup satu minggu lamanya dan aku baru ingat. Kalau kemarinnya Farida menikah dengan Malik.Tentu saja caffe-nya tutup selama satu minggu. Pastinya mereka sedang berbulan madu. Memasuki minggu kedua aku bekerja, barulah caffe Farida dibuka.Setelah rukonya ditempati kembali, aku yang bekerja di lantai dua, sesekali tak sengaja, mendapati Malik dengan mesranya memeluk Farida di teras lantai dua.Bukan hanya hati yang panas tapi mata pun turut panas. Rasanya lahar air mata ingin menyembur keluar andai tak dikendalikan. Mereka tidak mengetah

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 43

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.43POV MalikAku bersama istriku sudah kembali ke kota. Aku dan Farida kini tinggal di ruko dua lantai yang pembayarannya diangsur selama 3 tahun.Aku pun sudah mulai bekerja kembali di pabrik setelah masa cuti selesai. Farida sudah mulai membuka caffe-nya kembali dan berjualan seperti biasa.Aku bekerja di bagian gudang. Gajiku hanya sebesar 3,8 juta per bulannya. Kalaupun dapat bonus, maka menjadi 4,2 juta saja. Cukup jauh dibanding gaji Risfan dulu yang seorang staff apalagi Santo yang sebagai Kepala Produksi. Namun, berapapun itu, aku selalu mensyukurinya.Seperti biasa, aku bangun pukul 3 dini hari. Setelah ibadah sunnah kadang aku tidur lagi kadang pula kuat hingga subuh tiba. Seperti sekarang, selesai salat tahajjud 2 raka'at, aku lantas merendam pakaian dalam ember. Tentunya pakaianku juga Farida. Sesudah 10 menit direndam, aku mulai mencucinya secara manual.Katanya sih, Farida saat masih dengan Risfan mengambil kredit satu mesin cuci. Namun, ba

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 42

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.42POV MalikAku membuka mata pelan. Kudapati sosok istriku masih terlelap di sampingku dengan selimut menutupi tubuhnya. Bukan, bukan hanya tubuhnya, tapi tubuhku juga.Kuraba ponsel di atas nakas, pukul 3 dini hari dan kuletakan kembali. Setelah kesadaranku penuh, ku pungut baju yang terserak di bawah tempat tidur lalu memakainya.Cepat aku ke kamar mandi dan mensucikan diri. Aku sudah tidak perjaka lagi. Namun, sungguh aku bahagia. Keperjakaan ini, aku lepas bersama bidadariku.Selesai membersihkan diri dan berpakaian yang bersih. Aku lalu menggelar sajadah dan menunaikan shalat sunnah tahajjud.Setelah salam, aku menengadahkan kedua tangan."Ya Allah … kutitipkan segenap rasa yang tumbuh dan selalu bermekaran untuk istriku ini kepada-Mu.""Teguhkan rasa cinta ini di atas agama-Mu … anugerah kan dalam keluarga kami, keturunan yang saleh dan salehah.""Di ridhoi-lah rumah tangga yang mulai kami bina ini. Jadikanlah aku, imam yang mampu menuntun makmumn

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 41

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.41POV Malik*******Selesai shalat shubuh, aku kembali ke rumah Emak mertua. Pabrik memberikan cuti satu minggu dan aku berencana kembali ke kota hari Sabtu nanti.Jadi, aku akan menikmati masa pengantin dengan istri cantikku di kampung. Karena cuaca di kampung sangat dingin. Pas untuk pasangan pengantin baru sepertiku.Seperti sekarang, aku tengah duduk menghadap tungku api. Hangat bukan?Malam pertama semalam, ku lewati dengan tidur saling memeluk sampai subuh tadi. Belum beranjak ke adegan lebih dewasa. Keperjakaan ku masih tersegel.Rumah Emak mertuaku ini sama seperti rumah Emak. Bagian depan rumah ini sudah berdinding tembok dengan lantai keramik.Namun untuk bagian dapur, dinding dan alasnya masih dari belahan bambu atau biasa disebut 'palupuh'. Memasak juga masih menggunakan tungku kayu bakar. Kompor gas hanya yang satu tungku, dan kadang-kadang digunakan. Kamar mandi juga masih berada di luar.Farida tiba-tiba masuk ke dapur, ia lalu menuangka

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 40 (POV MALIK)

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.40POV Malik*********"Saya terima nikah dan kawinnya Farida Nursyifa Binti Nasir dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 10 gram dibayar tunai.""Bagaimana saksi?""SAH!""Alhamdulillah ….""Barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama'a bainakuma fii khair …."Aku mengusapkan kedua telapak tangan pada wajah. Resmi sudah aku mengikat Farida dalam ikatan suci dan halal, pernikahan.Selesai berdoa, Farida mencium punggung tanganku. Lantas aku pun mengecup keningnya. Ku kecup dalam sembari membacakan doa.Ini pertama kalinya, aku benar-benar bersentuhan. Membuat jantung rasanya ingin melompat saja, karena berdebar kuat.Ya, hari ini aku dan Farida resmi menikah. Kami menikah di kampung, di rumah Farida. Hanya menggelar syukuran. Tidak ada pesta.Namun, acara tetap terasa begitu khidmat. Teman-teman kerjaku di bagian gudang menyempatkan untuk datang. Juga dengan teman-teman Farida.Selesai ijab qobul dan sungkeman, para tamu lantas dipersilahkan

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 39

    POV Risfan🌹🌹🌹Pagi ini aku sedang mengepel di pantry area. Sudah 4 bulan aku menjalani pekerjaan ini. Rasanya sudah seperti setahun. Mungkin Tuhan sedang menguji kesabaranku lewat pekerjaan ini.Beberapa orang karyawan yang tengah dalam masa pelatihan, sedang berkumpul dan menikmati sarapan pagi mereka di teras pantry. Karena bagian dalamnya masih aku pel.Melihat mereka dengan seragam pelatihan, membuatku terpaksa mengingat Rindu. Setelah saat itu aku memblok akunnya, aku tidak lagi berinteraksi dengannya.Saat aku mencarinya untuk membuat perhitungan karena dia penyebab keributan rumah tanggaku dulu. Namun, ia sudah tidak lagi nampak di pabrik ini.Kutanyakan pada beberapa karyawan lain, ternyata Rindu keluar tanpa kabar dan tanpa surat pengunduran diri. Mereka tidak tahu alasan Rindu keluar dari pabrik.Lantas aku mencarinya ke rumah yang katanya ditempati oleh Rindu. Nihil, rumah itu juga kosong. Para tetangga bilang, Rindu ditarik paksa oleh seorang lelaki yang mengaku sebaga

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 38

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.38******Hatiku terbakar hebat. Di depan sana, Malik berlutut di hadapan Farida dengan kotak kecil di tangannya. Setelah sebelumnya, ia bernyanyi dengan petikan gitarnya.Farida belum bereaksi. Ia masih diam di tempatnya. Aku berharap, dia tidak menerima Malik. Karena aku di sini kembali untuknya.Para tamu undangan bersorak, agar Farida menerima Malik. Hanya aku dan Santo yang masih terkejut dengan semua ini.Terlihat Mila berbisik pada Farida. Namun, untuk beberapa saat, Farida masih terdiam.Aku hendak beranjak. Namun, belum sempat tubuhku tegak, Santo menahan pergerakanku."Lu mau ke mana?" tanyanya pelan."Ke sana, To.""Mau apa? Duduk! Lu jangan coba-coba bikin kacau!" sergahnya.Aku kembali menghempaskan bobotku di kursi. Aku mendengkus. "Ini gak bisa dibiarin, To.""Kenapa gak bisa?""Farida itu mantan istri gue, To. Si Malik itu, temen kita. Temen gue. Walaupun sekarang, sih, emang udah kayak orang asing. Tapi, kita dulu temenan, To. Temen ba i

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status