Share

Bab.4

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2022-07-11 09:10:55

Aku berbaring sendirian di atas kasur. Farida masih belum kembali padahal ini sudah lepas magrib. Bisa-bisanya Farida betah berteman dengan Mila, bahkan sampai merasa sudah seperti saudara. Belum tahu saja Farida, bagaimana Mila saat mengamuk. Ngeri!

Drrt! Drrt!

Ponselku bergetar. Tertera dilayar nama Mbak Eka, kakak pertamaku menelpon, segera saja kujawab.

"Assalamu'alaikum, Ris. Gimana kabarmu?" tanya Mbak Eka di ujung telpon.

"Waalaikumsalam, Mbak. Baik-baik saja Mbak. Ada apa?" balasku tanpa basa-basi.

"Oh, syukurlah. Gak papa, Ris, Mbak cuma kangen saja. Kamu kalo gak ditelpon duluan, manalah mau nelpon Mbak. Kamu 'kan orang sibuk," ujar Mbak Eka sembari tertawa.

"Kabar istrimu gimana, Ris?" tanyanya lagi.

"Farida baik, Mbak. Kami semua baik," jawabku.

"Ya, baguslah, Ris. Sudah isi belum Rida?"

"Isi apa?"

"Isi perutnya, Ris!"

"Ya sudah mungkin, Mbak. Mana aku tahu, Mbak."

"Bener kamu, Ris? Rida sudah hamil?"

"Hamil? Tadi katanya isi perut? Gimana sih, Mbak! Isi perut itu, ya makan toh! Mbak, bikin aku pusing saja!"

"Astaga, Risfan! Ya isi perutnya itu dalam perut Rida dah ada bayinya gitu, loh, hamil Ris, hamil!" Mbak Eka menekan kata-katanya.

"Elahh Mbak, bilang aja hamil. Kalo itu aku gak tahu, Mbak. Rida gak ada bilang, emang Rida bilang ke Mbak?" Aku balik bertanya padanya.

"Astagaaa … kamu jadi suami kok gak perhatiin istrimu sih, Ris! Ya kamu perhatikanlah istrimu, kamu harus peka dong jadi suami! Jangan nunggu istrimu laporan! Kalau deket, udah Mbak jitak itu kepalamu!" sungut Mbak Eka.

"Udahlah Mbak mending di sana saja, ha ha ha."

"Kurang aj*r! Awas, ya, tunggu saja nanti Mbak ke sana!"

"Janganlah, paling Mbak ke sini cuma numpang makan!" ledekku.

"Iyalah. Masakan Rida emang enak, kamu harus bersyukur punya istri pinter masak seperti Rida! Kamu perhatikan dia, dan inget, senangkan istrimu itu, Ris!"

"Gak usah Mbak kasih tahu, aku sudah senengin Rida, Mbak! Aku masih ngasih dia uang kok, kurang nyenengin gimana coba?"

"Bukan cuma uang, Ris! Tapi, kamu senengin istrimu, kamu tanya apa kesukaannya, apa yang bisa buat hatinya bahagia, ajak istrimu shopping, piknik, atau sekedar jalan-jalan, biar istrimu gak di rumah terus, Ris!"

"Ngapain sih, Mbak? Yang ada buang-buang uang, nanti Rida malah jadi manja, Mbak."

"Loh … ya, gak apa-apa manja sama suaminya. Emang kamu mau, istrimu manja sama lelaki lain, hah?"

"Ah, Mbak ngaco!"

"Ya kalau begitu, senengin istrimu itu, Ris. Manjakan dia! Ris, sudah dulu, ya. Mbak mau pergi ini. Salam buat Rida, ya, Ris! Assalamu'alaikum."

"W*'alaikumsalam, Mbak."

Klik.

Mbak Eka menutup panggilan.

Begitulah Mbak Eka, paling cerewet dibandingkan kakak keduaku, Mbak Sinta.

Mbak Eka dan Mbak Sinta tinggal di Pulau Borneo. Mereka ikut suaminya yang bekerja di sana. 6 bulan lalu mereka mengunjungiku dan menginap selama satu minggu di rumah ini. Bila berkunjung kemari, kerja mereka hanya makan. Mereka selalu memuji masakan Farida yang memang enak. Dibandingkan denganku, kedua kakakku itu sepertinya lebih sayang pada istriku.

Tiba-tiba terdengar suara motor di starter. Cepat aku keluar, ternyata Farida sedang menghangatkan motornya. Kulihat Farida masih manyun, mungkin ia masih marah dengan kejadian tadi pagi.

"Mau kemana, Dek?" tanyaku penasaran.

"Pasar Malam," jawabnya singkat.

"Pasar Malam? Pasar Malam dimana, sih?" tanyaku lagi.

"Di lapangan deket perum Hijau Regency," sahutnya.

"Ha? Itukan jauh, Dek. Pakai motor kurang lebih 30 menitan," balasku tak percaya. Untuk apa ia pergi ke Pasar Malam yang lumayan jauh.

"Gak papa, aku pengen ke sana," imbuhnya.

"Ngapain sih, Dek? Pasti kamu tuh berburu jajanan di sana!" tuduhku.

"Biarinlah! Aku ke sana juga gak minta uangmu, Mas!" ketusnya.

"Kamu ke sana sama siapa?" tanyaku lagi.

"Sama Mila."

Seketika aku teringat ucapan Mbak Eka ditelpon, kalau aku harus menyenangkan istriku. Dari dulu, Farida memang senang jika ada Pasar Malam, mungkin masa kecilnya kurang bahagia. Juga aku teringat niatku untuk menjauhkan istriku dari pengaruh buruk Mila.

Ya, aku harus mengingatkan istriku untuk tidak lagi berteman dengan Mila. Aku tidak mau, istriku yang lemah lembut, dan dulu sangat penurut ini berubah jadi orang yang tempramen karena dipengaruhi si Mila.

Buru-buru aku matikan motor istriku, lalu ku bawa masuk ke dalam rumah. Farida yang melihat ku membawa masuk motornya, segera protes.

"Mas! Kamu ngapain sih? Aku mau pergi, kenapa motornya malah kamu bawa masuk rumah?!" gerutunya.

Aku tidak menjawab, cepat ku standarkan motornya. Kemudian aku membalikkan tubuh Farida, mendorongnya untuk masuk ke dalam kamar.

"Mas, kamu ngapain, sih!" tanyanya, ia melepaskan kasar pegangan tanganku di pundaknya.

"Pergi sama Mas!" ucapku, kupegang kembali kedua pundaknya.

"Beneran Mas?" tanyanya tak percaya. Kulihat matanya berbinar dan sudut bibirnya melengkung.

Aku mengangguk. "Mas tunggu di luar!"

"Lima menit," jawabnya antusias.

Aku menyambar jaket berbahan jeans yang tergantung di dekat lemari. Gegas aku keluar dari kamar, dan berjalan menuju teras. Ku nyalakan motorku kemudian mengelapnya. Ku tunggu istriku itu sambil melihat-lihat barang di market place. Ya, aku senang sekali berbelanja online. Tinggal pilih, pesan, dan barang akan dikirim.

Klek! Terdengar Farida mengunci pintu rumah dari luar. Kini, Farida sudah di hadapanku.

"Ayok, Mas!" ajaknya.

Ku tatap istriku itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Ia memakai tunik selutut berwarna navy dan hijab yang senada, serta bawahan celana panjang hitam. Sederhana sekali, tapi ku akui malam ini Farida sangat cantik. Pas sekali dengan kulitnya yang putih bersih. Aku sampai melongo dibuatnya.

"Mas! Ayok! Jadi berangkat tidak?" tanya Farida membuyarkan lamunanku.

"Ja—jadi, Dek!"

Cepat aku menaiki motorku, begitupun Farida yang segera duduk di jok belakang. Setelah siap, aku pun melajukan kendaraan roda dua ini dengan kecepatan paling kecil. Karena kalau ngebut, Farida akan mencubit perutku. Jadi, cari aman saja.

Di perjalanan, tiba-tiba Farida memelukku. Ia lingkarkan tangannya di depan perutku. Lantas, ku pegang kedua tangannya yang putih itu dengan tangan kiriku. Farida yang duduk dibelakangku, lalu menempelkan dagunya di cerukan leherku. Kurasakan pelukannya semakin erat. Aah, seperti ada gelenyar dalam hati ini.

Hal seperti ini sudah jarang sekali aku lakukan. Seingatku, terakhir aku membawa Farida keluar malam seperti ini ialah 6 bulan yang lalu. Saat Mbak Eka dan Mbak Sinta berkunjung ke rumahku.

Mereka memaksaku, untuk membawa Farida makan di luar. Saat itu makanan yang Farida masak, mereka habiskan hingga tak bersisa.

Ah, begitulah kelakuan kedua kakakku jika berkunjung, pagi siang malam hanya makan. Apa pun yang Farida buat, pasti mereka habiskan. Kalau diingat, memang kedua Mbak-ku itu menyebalkan.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Sendirinya menyebalkan malah nyalahin kakak2nya. Yg ksh pengaruh buruk dirinya ndiri malah nyalahin org lain. Nh manusia canggih bener
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.5

    Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya aku dan Farida sampai juga di Pasar Malam. Ramai sekali pengunjungnya. Anak-anak, remaja hingga orangtua, semuanya mengunjungi Pasar Malam ini. Banyak juga orang yang berjualan.Cepat Farida turun dari motor, aku pun mengikutinya. Farida lalu menggenggam tanganku untuk berjalan di sampingnya. Ia lalu menatapku dan tersenyum. Senyuman yang sangat manis, senyuman yang dulu membuatku jatuh hati padanya. Senyuman yang ku rindukan, dan aku baru melihatnya lagi malam ini."Mas, mau naik wahana apa?" tanyanya sumringah."Nggaklah, Dek. Mas mau duduk di situ saja." Ku tunjuk bangku panjang yang berada dekat pedagang minuman kekinian."Oh … ayok," ajaknya menarik tanganku.Aku dan Farida lantas duduk. Raut wajah istriku itu terlihat sangat bahagia. Farida memperhatikan sekelilingnya, bibirnya tak henti tersenyum."Mas, tunggu sebentar!" perintahnya. Ia lalu pergi menuju pedagang permen kapas. Aku hanya menggeleng melihat kelakuannya. Ia lalu kembali dengan

    Last Updated : 2022-07-11
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.6

    Hari ini aku bangun terlambat. Saat terbangun tadi, kulihat sudah jam setengah 8. Sudah tidak mungkin lagi aku berangkat ke pabrik. Mungkin semalam makanku terlalu banyak, sampai aku tidur terlalu nyenyak. Mungkin juga Farida sudah membangunkan ku, tapi karena tidurku kadang seperti kerbau, maka susah sekali dibangunkan.Aku lantas menyetel televisi sambil menikmati segelas susu jahe. Farida sudah sibuk di warungnya. Membersihkan meja dan kompor, serta menyiapkan bahan untuk berjualan nanti.Melihatku bangun kesiangan seperti ini, biasanya Farida akan menyuruhku membantunya. Mengupas bawang, memblender bumbu, merebus tulang ayam, menyapu, mengepel, atau apa saja yang menurutku bukan pekerjaan lelaki.Tapi tidak pagi ini, melihat ku bersantai di depan televisi begini, ia tidak manja lagi kepada ku. Ia justru sibuk sendirian.Aku mengucek siaran televisi, tidak ada yang seru untuk ditonton."PAKET!" Terdengar teriakan pengirim paket. Sepertinya paket yang kupesan tiba hari ini."Mas, pa

    Last Updated : 2022-07-15
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.7

    Sore ini aku pulang dengan membawa oleh-oleh dari Malik yang baru pulang dari kampungnya. Saat sedang mengendarai motorku dan akan berbelok menuju gang masuk rumahku, di sebrang sana aku melihat istriku sedang mengobrol di bengkel dengan Jana.Aku menepikan motorku dan memperhatikan mereka dari sebrang jalan. Kenapa Jana akrab sekali dengan Farida? Begitu juga istriku itu. Entah apa yang mereka obrolkan sampai Farida tak henti tertawa. Tawa Farida yang akhir-akhir ini sudah tidak pernah lagi kulihat.Farida lalu melihat jam di tangannya, setelah itu ia seperti berpamitan pada Jana, kemudian ia mengendarai motor bekasnya. Jana tak henti menatap kearah perginya Farida dan sekilas kulihat ia tersenyum. Sampai punggung Farida tak terlihat lagi barulah Jana masuk ke dalam bengkelnya. Aku lalu melanjutkan perjalanan ku pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, pintu rumah di kunci. Warung Farida pun di tutup. Terpaksa aku menunggu di luar karena pasti Farida bawa kuncinya yang hanya satu. Aku

    Last Updated : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.8

    Malam ini, terpaksa aku keluar dengan motorku. Aku akan membeli nasi goreng kesukaanku saja yang tempatnya agak jauh dari rumahku. Farida benar-benar mengesalkan! Suami minta dimasakin tak digubris sama sekali. Makanan yang dibelinya pun, ia habiskan sendiri.Kalau begini, pengeluaran malah bertambah. Lalu untuk apa kemarin kuberikan uang bulanan. Apa dia tak takut berdosa pada suami? Benar-benar sudah berubah Farida sekarangPedagang nasi goreng spesial kesukaanku ternyata belum ramai pembeli, karena sekarang baru jam 7 malam. Aku memesan satu nasi goreng untuk makan ditempat. Rasanya malas untuk pulang. Biarlah nanti aku pulang larut malam. Biar Farida sadar, kalau dia sudah benar-benar keterlaluan.Lihat saja, pasti dia akan menelpon dan mengirim pesan berkali-kali agar aku cepat pulang. Biarkan Farida sadar, kalau aku sedang marah padanya."Risfan!" Seseorang memanggil namaku, dari suaranya aku sangat hafal itu suara siapa.Aku lalu menoleh, benar dugaanku. Itu suara Malik. Ia lal

    Last Updated : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.9

    Kulihat jam dinding di kamar kontrakan Malik, menunjukan pukul setengah 11 malam. Kurogoh ponsel dalam saku celana yang sengaja aku silent. Aku ingin tahu, berapa kali Farida menghubungi untuk menyuruhku segera pulang.Aku menekan tombol kunci pada ponselku. Lalu mengaktifkan data selulernya. Hah? Aku membelalak. Apa ponselku rusak? Aku lalu mengibaskan ponselku di udara, mungkin jaringan di kontrakan Malik jelek. Aku mencoba keluar dari kamar kontrakan Malik. Kulihat jaringan juga stabil.Arrghhh … kenapa tidak ada satu pun chat dari Farida? Panggilan tak terjawab juga tidak ada. Aku mengusap wajahku dengan kasar … huh. Tidak mungkin! Tidak mungkin Farida mendiamkanku seperti ini. Mana berani Farida tinggal di rumah sendirian?Aku hafal betul istriku, ia tidak berani tinggal di rumah sendirian jika malam hari. Farida itu perempuan manja dan penakut. Jika aku belum pulang, dia pasti sudah mengirimku pesan berkali-kali. Tapi kenapa sekarang tidak?"Ris, mau kemana?" Malik memanggil dar

    Last Updated : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.10

    Jam 10 aku baru selesai mandi. Aku duduk lemas di kursi meja makan. Di atas meja makan sudah tersaji makanan yang kemarin ingin sekali aku makan. Sop buntut. Ya, satu panci sedang sop buntut sudah Farida masak. Namun, aku tak berselera. Aku merogoh ponsel di saku celana jeans, lalu cepat mengaktifkan mode pesawat. Jangan sampai atasanku melihatku aktif di sosial media, sedangkan aku tak memberi kabar apapun hari ini tak masuk kerja.Tiba-tiba perutku meminta haknya untuk diisi. Aku lalu mengambl sedikit nasi dari magic com ke atas piring dan menuang sop buntutnya, itupun hanya sedikit.Aku lalu makan dengan tidak berselera. Masakan Farida yang selalu enak di lidahku, jadi tak terasa karena pikiranku gusar begini. Biasanya, aku paling lahap makan dengan sop buntut.Selesai makan, aku masih di meja makan. Tidak buru-buru beranjak. Aku bingung harus apa. Tiba-tiba Farida masuk ke dapur sambil membawa tabung gas melon. Ia lalu memasangkan regulator pada tabungnya.Cetrek! Kompor kembali

    Last Updated : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 11

    Sudah jam delapan malam. Aku duduk selonjoran sambil bersandar pada sandaran kasur di dalam kamar. Saat aku keluar dari dapur tadi, kudapati Farida sedang menyetrika pakaian sambil menyalakan televisi. Ditemani segelas minuman coklat dan biskuit.Aku mengambil ponselku dan mulai mengaktifkan datanya. Muncul pesan dari Malik.[Ris][Bro][Bapak lu ngamuk bro!]Bapak yang Malik maksud ialah Pak Mulyo, Kepala Administrasi, atasanku. Pastilah ngamuk, pekerjaan kemarin harus selesai hari ini aku malah tidak masuk. Hanya ada pesan dari Malik, tidak ada pesan apapun dari Farida. Bahkan sekadar menanyakan aku kemana saja, tidak.Aku lalu membuka galeri, melihat lagi foto-fotoku tadi siang. Bagus. Ingin sekali aku meng-uploadnya di status WhatsApp atau sosmed yang lain, tapi nanti bisa ketahuan kalau siang tadi aku pergi.Aku lalu berpindah ke aplikasi berhuruf F, ada satu pesan masuk. Dari akun bernama 'Mey Rindu'.Degh.Seketika hatiku berdegup. Apa mungkin pesan dari Rindu. Tapi seingatku,

    Last Updated : 2022-07-18
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 12

    Jam istirahat, aku makan siang di pantry area. Setelah menikah dengan Farida, aku selalu membawa bekal, tidak pernah lagi membeli makan di kantin pabrik. Aku menatap makananku tak bersemangat. Hilang nafsu makanku setelah diceramahi panjang lebar Pak Mulyo tadi."Ngapa itu muka, kusut bener!" ucap Santo yang datang bersama Malik. Mereka duduk di hadapanku.Sama sepertiku, Santo juga membawa bekal. Tapi kadang-kadang, ia masih suka jajan di kantin. Sedangkan Malik, dia kadang menitip masakan jadi pada Santo. Atau membeli makan siang di kantin pabrik. Begitulah nasibnya yang masih bujangan."Diamuk bapaknya, To!" Malik menjawab cepat."Gara-gara?" Santo bertanya penasaran."Kemaren gak masuk," jawab Malik."Gemblung! Kemaren kerjaan lagi banyak malah gak masuk. Rasain! Pantesan kemaren gue gak liat," ledek Santo.Aku mendecak. Bukan prihatin dengan keadaan temannya, malah asik meledek. Sial.Aku tak menanggapi mereka, hanya mengaduk-aduk makanan yang ada ada dalam wadah bekal.Santo me

    Last Updated : 2022-07-18

Latest chapter

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 46

    (Ending)POV Risfan************"Bu Riana belum sadarkan diri, Pak. Denyut jantungnya semakin melemah. Doakan yang terbaik untuk istrinya, Pak!" Seorang perawat wanita mengabariku tentang kondisi Riana. Lalu ia pergi meninggalkanku sendiri.Sebulan yang lalu, Riana melahirkan lewat operasi. Kini, bayiku tengah tergolek lemah dalam inkubator. Aku tengah melihatnya dari luar lewat kaca besar ini. Aku mengusap ujung mataku yang berair.Aku menatap lekat bayi mungil itu. Bayi lelaki yang lahir prematur dalam usia 7 bulan. Setelah berusaha sekuat yang aku dan Riana mampu, Riana akhirnya dinyatakan hamil di usia pernikahan ke-3 tahun. Kondisinya saat hamil sangat lemah. Ia diharuskan bedrest dan tidak boleh terlalu lelah. Semua pekerjaan rumah, aku yang turun tangan.Setelah operasi selesai, Riana tak sadarkan diri. Ia mengalami perdarahan hebat. Hatiku mencelos melihat kondisinya dan juga kondisi bayiku. Apa yang bisa kulakukan agar aku bisa segera mendekap mereka? Setiap saat aku tak hent

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 45

    POV RisfanAku mematut diri di depan cermin. Pantulan wajahku terlihat begitu menawan dengan tuxedo hitam yang kupakai saat ini.Aku sudah mengikhlaskan Farida dengan Malik. Keikhlasan itu, Tuhan ganti dengan mengirim seorang gadis jelita yang kini akan menjadi pendamping hidupku.Tuhan memang begitu baik pada setiap hamba-Nya. Tuhan memberiku pelajaran yang amat berharga. Kehilangan Farida, kehilangan uangku, motor, dan pekerjaan. Tuhan benar-benar menegurku yang sudah dzolim pada Farida dulu.Sekarang aku akan melepas masa sendiri ini. Kali ini, aku tidak asal-asalan lagi seperti dulu aku terburu-buru menikahi Safira. Pernikahanku kali ini, direstui kedua kakakku dan mereka sudah hadir dari seminggu yang lalu untuk membantu mengurus persiapan pesta pernikahanku.Aku akan menggelar pesta pernikahan di aula hotel di kota ini. Gadis yang aku nikahi, bukan gadis sembaranganan. Dia anak dari pemilik perusahaan jasa ekspedisi tempatku bekerja.Satu tahun aku bekerja di sana. Kinerjaku ya

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 44

    POV Risfan*****Aku sudah mendapatkan pekerjaan di perusahaan jasa ekspedisi, namun ditempatkan di cabang yang baru. Tempatnya hanya berupa ruko 3 tingkat. Lantai bawah sebagia tempat pelayanan. Lantai dua berfungsi sebagai kantor dan paling atas hanya roof top.Entah kebetulan atau apa, cabang baru yang menjadi tempatku bekerja ternyata bersebrangan langsung dengan ruko Farida. Saat pertama kali bekerja aku langsung menyadarinya. Namun, ruko Farida tutup satu minggu lamanya dan aku baru ingat. Kalau kemarinnya Farida menikah dengan Malik.Tentu saja caffe-nya tutup selama satu minggu. Pastinya mereka sedang berbulan madu. Memasuki minggu kedua aku bekerja, barulah caffe Farida dibuka.Setelah rukonya ditempati kembali, aku yang bekerja di lantai dua, sesekali tak sengaja, mendapati Malik dengan mesranya memeluk Farida di teras lantai dua.Bukan hanya hati yang panas tapi mata pun turut panas. Rasanya lahar air mata ingin menyembur keluar andai tak dikendalikan. Mereka tidak mengetah

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 43

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.43POV MalikAku bersama istriku sudah kembali ke kota. Aku dan Farida kini tinggal di ruko dua lantai yang pembayarannya diangsur selama 3 tahun.Aku pun sudah mulai bekerja kembali di pabrik setelah masa cuti selesai. Farida sudah mulai membuka caffe-nya kembali dan berjualan seperti biasa.Aku bekerja di bagian gudang. Gajiku hanya sebesar 3,8 juta per bulannya. Kalaupun dapat bonus, maka menjadi 4,2 juta saja. Cukup jauh dibanding gaji Risfan dulu yang seorang staff apalagi Santo yang sebagai Kepala Produksi. Namun, berapapun itu, aku selalu mensyukurinya.Seperti biasa, aku bangun pukul 3 dini hari. Setelah ibadah sunnah kadang aku tidur lagi kadang pula kuat hingga subuh tiba. Seperti sekarang, selesai salat tahajjud 2 raka'at, aku lantas merendam pakaian dalam ember. Tentunya pakaianku juga Farida. Sesudah 10 menit direndam, aku mulai mencucinya secara manual.Katanya sih, Farida saat masih dengan Risfan mengambil kredit satu mesin cuci. Namun, ba

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 42

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.42POV MalikAku membuka mata pelan. Kudapati sosok istriku masih terlelap di sampingku dengan selimut menutupi tubuhnya. Bukan, bukan hanya tubuhnya, tapi tubuhku juga.Kuraba ponsel di atas nakas, pukul 3 dini hari dan kuletakan kembali. Setelah kesadaranku penuh, ku pungut baju yang terserak di bawah tempat tidur lalu memakainya.Cepat aku ke kamar mandi dan mensucikan diri. Aku sudah tidak perjaka lagi. Namun, sungguh aku bahagia. Keperjakaan ini, aku lepas bersama bidadariku.Selesai membersihkan diri dan berpakaian yang bersih. Aku lalu menggelar sajadah dan menunaikan shalat sunnah tahajjud.Setelah salam, aku menengadahkan kedua tangan."Ya Allah … kutitipkan segenap rasa yang tumbuh dan selalu bermekaran untuk istriku ini kepada-Mu.""Teguhkan rasa cinta ini di atas agama-Mu … anugerah kan dalam keluarga kami, keturunan yang saleh dan salehah.""Di ridhoi-lah rumah tangga yang mulai kami bina ini. Jadikanlah aku, imam yang mampu menuntun makmumn

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 41

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.41POV Malik*******Selesai shalat shubuh, aku kembali ke rumah Emak mertua. Pabrik memberikan cuti satu minggu dan aku berencana kembali ke kota hari Sabtu nanti.Jadi, aku akan menikmati masa pengantin dengan istri cantikku di kampung. Karena cuaca di kampung sangat dingin. Pas untuk pasangan pengantin baru sepertiku.Seperti sekarang, aku tengah duduk menghadap tungku api. Hangat bukan?Malam pertama semalam, ku lewati dengan tidur saling memeluk sampai subuh tadi. Belum beranjak ke adegan lebih dewasa. Keperjakaan ku masih tersegel.Rumah Emak mertuaku ini sama seperti rumah Emak. Bagian depan rumah ini sudah berdinding tembok dengan lantai keramik.Namun untuk bagian dapur, dinding dan alasnya masih dari belahan bambu atau biasa disebut 'palupuh'. Memasak juga masih menggunakan tungku kayu bakar. Kompor gas hanya yang satu tungku, dan kadang-kadang digunakan. Kamar mandi juga masih berada di luar.Farida tiba-tiba masuk ke dapur, ia lalu menuangka

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 40 (POV MALIK)

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.40POV Malik*********"Saya terima nikah dan kawinnya Farida Nursyifa Binti Nasir dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 10 gram dibayar tunai.""Bagaimana saksi?""SAH!""Alhamdulillah ….""Barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama'a bainakuma fii khair …."Aku mengusapkan kedua telapak tangan pada wajah. Resmi sudah aku mengikat Farida dalam ikatan suci dan halal, pernikahan.Selesai berdoa, Farida mencium punggung tanganku. Lantas aku pun mengecup keningnya. Ku kecup dalam sembari membacakan doa.Ini pertama kalinya, aku benar-benar bersentuhan. Membuat jantung rasanya ingin melompat saja, karena berdebar kuat.Ya, hari ini aku dan Farida resmi menikah. Kami menikah di kampung, di rumah Farida. Hanya menggelar syukuran. Tidak ada pesta.Namun, acara tetap terasa begitu khidmat. Teman-teman kerjaku di bagian gudang menyempatkan untuk datang. Juga dengan teman-teman Farida.Selesai ijab qobul dan sungkeman, para tamu lantas dipersilahkan

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 39

    POV Risfan🌹🌹🌹Pagi ini aku sedang mengepel di pantry area. Sudah 4 bulan aku menjalani pekerjaan ini. Rasanya sudah seperti setahun. Mungkin Tuhan sedang menguji kesabaranku lewat pekerjaan ini.Beberapa orang karyawan yang tengah dalam masa pelatihan, sedang berkumpul dan menikmati sarapan pagi mereka di teras pantry. Karena bagian dalamnya masih aku pel.Melihat mereka dengan seragam pelatihan, membuatku terpaksa mengingat Rindu. Setelah saat itu aku memblok akunnya, aku tidak lagi berinteraksi dengannya.Saat aku mencarinya untuk membuat perhitungan karena dia penyebab keributan rumah tanggaku dulu. Namun, ia sudah tidak lagi nampak di pabrik ini.Kutanyakan pada beberapa karyawan lain, ternyata Rindu keluar tanpa kabar dan tanpa surat pengunduran diri. Mereka tidak tahu alasan Rindu keluar dari pabrik.Lantas aku mencarinya ke rumah yang katanya ditempati oleh Rindu. Nihil, rumah itu juga kosong. Para tetangga bilang, Rindu ditarik paksa oleh seorang lelaki yang mengaku sebaga

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 38

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.38******Hatiku terbakar hebat. Di depan sana, Malik berlutut di hadapan Farida dengan kotak kecil di tangannya. Setelah sebelumnya, ia bernyanyi dengan petikan gitarnya.Farida belum bereaksi. Ia masih diam di tempatnya. Aku berharap, dia tidak menerima Malik. Karena aku di sini kembali untuknya.Para tamu undangan bersorak, agar Farida menerima Malik. Hanya aku dan Santo yang masih terkejut dengan semua ini.Terlihat Mila berbisik pada Farida. Namun, untuk beberapa saat, Farida masih terdiam.Aku hendak beranjak. Namun, belum sempat tubuhku tegak, Santo menahan pergerakanku."Lu mau ke mana?" tanyanya pelan."Ke sana, To.""Mau apa? Duduk! Lu jangan coba-coba bikin kacau!" sergahnya.Aku kembali menghempaskan bobotku di kursi. Aku mendengkus. "Ini gak bisa dibiarin, To.""Kenapa gak bisa?""Farida itu mantan istri gue, To. Si Malik itu, temen kita. Temen gue. Walaupun sekarang, sih, emang udah kayak orang asing. Tapi, kita dulu temenan, To. Temen ba i

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status