Share

Apa ini?

Author: Sasacuap
last update Last Updated: 2024-02-03 20:27:26

Rey termangu di meja kerjanya saat Senja datang ke ruangannya dan melemparkan selembar amplop berwarna coklat.

"Apa ini?" tanya Rey.

"Surat cerai. Aku sudah mengurus perceraian kita, dan sekarang kau tinggal menandatanganinya saja," jelas Senja.

Tidak ada lagi kelembutan yang dia tunjukkan pada Rey. Tidak ada lagi kata 'Mas" yang biasa mendawai di pendengaran Rey.

Rey tersenyum sinis. "Yakin mau cerai denganku? Jika bercerai, kau akan kehilangan semua saham yang aku berikan padamu," sahut Rey.

Senja mengerutkan dahinya. Apa maksud ucapan Rey? Jangan-jangan...

"Kau terlalu bodoh. Terlalu bahagia tanpa mengecek keseluruhan isi perjanjian."

Sepertinya Rey sudah siap dengan Senja yang akan menggugatnya di pengadilan. Dia mengambil lembaran foto copy yang sudah dia letakkan di dalam laci dan memberikannya pada Senja.

Dengan tidak sabaran Senja mengambil kertas-kertas tersebut. Hingga kegeramannya mampu membuat kertas yang tadi masih lurus tegak, kini menjadi bola kertas yang menggumpal kus
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Maaf..

    Langit menatap lurus ke arah depan. Tidak sedikit pun dia mengajak Senja bicara atau sekedar melirik. Tanpa perlu melihat ke Senja, Langit sangat yakin jika Senja sedang kalut dan bimbang dalam keputusannya. Begitu juga dengan Langit. Semua karena Senja tadi menyulutkan harga dirinya. Hingga Langit menyambut permintaan Senja seperti sebuah tantangan.Selama ban mobil terus bergulir. Bayang-bayang Aurora sangat jelas di pelupuk matanya. Belum juga memulai, dirinya sudah seperti di hakimi sebagai pengkhianat. Ada desakan dalam diri Langit akan suatu hal, mengingat Bumi adalah anaknya. Tapi pengharapannya yang masih besar pada Aurora membuat dia tidak yakin sekedar untuk memulai walau tanpa perasaan."Maaf, saya tidak bisa. Saya tidak bisa melakukannya sekarang. Mungkin suatu saat nanti jika saya berubah pikiran. Saya tidak bisa mengkhianatinya. Saya tidak sanggup jika dia kembali, dia akan kecewa dengan apa yang saya lakukan," jujur Langit.Langit sengaja menepi di sebuah taman. Akhirny

    Last Updated : 2024-02-04
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Ceo Baru

    "Pi, papi bukan anak kecil lagi. Jadi berhentilah merengek," jengah Langit.Tidak ada dia menolak Awan untuk tidur di rumahnya. Tapi papinya itu sudah mengabaikan purusahaannya seminggu, dengan alasan menemani Bumi di rumah."Papi gak mau tahu. Pokoknya papi tinggal disini. Harusnya sebagai anak kamu pengertian. Lihatlah papimu sudah tua ini. Kesehatannya juga sudah menurun. Bukannya membantu papi. Kamu sibuk dengan perusahaanmu sendiri," keluh Awan.Pagi-pagi papinya sudah membuat Langit ingin membuat dia menghantukkan kepalanya."Pi, perusahaan papi itu sangat besar. Langit belum sanggup untuk mengambil alihnya. Masih banyak yang harus Langit pelajari," jelas Langit dengan mulut Awan yang ikut meniru gaya bicara Langit.Sudah berulang kali Langit memberikan alasan tidak siap. Entah sampai kapan alasan itu bertahan tanpa ada kepastian.Langit menarik napas kesabaran. Dia belum ada niatan menggantikan Awan. Tapi sepertinya semenjak Awan tahu tentang Bumi. Dia mulai keras kepala dengan

    Last Updated : 2024-02-04
  • ISTRI SENILAI SAHAM    Berbalik

    "Kau harus bertanggung jawab Rey. Bagaimana bisa kita jadi di bagian gudang? Kenapa tidak ada yang berani memberontak? Senjak kapan Senja bisa menjadi Ceo disini? Harusnya aku yang disana, bukan dia. Semua disini milikku," cerocos Gia.Sudah dua hari ini, Gia selalu mengajak Rey untuk beradu mulut. Dia tidak bisa menerima hasil yang diputuskan Langit secara mendadak itu. Apalagi sekarang, Senja menunjukkan kemenangannya."Sampai kapan kita harus bertengkar terus. Kau pikir aku mau disini? Ini juga diluar kuasaku," kesal Rey.Suasana gudang yang bising, sampai menembus dinding-dinding ruang kerjanya sekarang. Belum lagi bau pengap yang bercampur keringat, saat dia keluar dari ruangannya. Membuat suasana hati Rey dan juga Gia mudah terombang ambing emosi.Perdebatan kemarin, tidak membuahkan apapun untuk Rey. Langit sudah menentukan keputusannya. Tapi bukan jabatannya saja yang menjadi pikirannya. Bagaimaba bisa Langit memberikan Senja kekuasaan untuk menjadi Ceo. Apa yang sudah dilaku

    Last Updated : 2024-02-05
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Babu..

    "Ahh!!" teriak Gia sambil melempar asal high heels yang dia kenakan.Hari ini dia habis-habisan dikerjai oleh Kaora sekertaris baru Senja. Kakinya yang sudah kelihatan bengkak karena hamil, semakin bengkak. Bisa-bisanya kaira menyuruhnya membawa berkas bolak balik dari gudang ke mejanya. Sekertaris baru tapi sangat sombong dan angkuh. Membuat Gia tadi sangat ingin melemparkan seluruh berkas yang dia bawa ke wajah sok cantik itu."Kenapa sih kamu nak? tanya Raina. "Gak kamu, gak Laura. Hari ini pulang kerja berwajah cemberut. Dimana Rey?" lanjut Raina bertanya."Sudah mati," ketus Gia.Bukan saja Gia kesal dengan Kaira, tapi dia juga kesal dengan Rey yang lebih mementingkan tugas yang baru diantarkan Kaira. Padahal masih ada waktu besok, teganya Rey menyuruh Gia pulang sendiri."Kamu kok ngomong gitu. Kan dulu juga, kamu yang mau nikah sama dia kan? Sampai minta cara bagaimana menjeratnya? Padahal dulu jika kamu tidak mau dengannya. Mama sudah menjadikannya kambing hitam dan membunuh a

    Last Updated : 2024-02-05
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Sadar...

    "Kau yakin, Kaira? Dia di rumah sakit, kenapa bisa?" tanya Senja bingung. Pagi buta, Senja sudah mendapatkan kabar tidak mengenakkan hatinya."Siapa yang di rumah sakit?" tanya Langit.Senja memalingkan wajahnya ke asal suara. Langit berbalik di kantornya kembali. Padahal tadi baru saja mengantarkannya ke kantor."Gia. Katanya dia masuk rumah sakit," jawab Senja. Kakinya sudan merasa menjadi jelly saat ini. "Kemarin malam saya hanya mau mengerjainya untuk mengambil berkas di kantor. Tapi taksi yang membawa Gia mengalami kecelakaan," jelas Kaira. Dia juga tidak menduga hal itu bisa terjadi.Senja memang ingin sekali balas dendam pada Gia, tapi kecelakaan itu bukan lah rencananya. Dia tidak sekejam itu untuk melukai."Apa kita kesana? Dimana Rey?" tanya Langit."Dia sudah di rumah sakit," jelas Kaira lagi.Langit mendekati Senja. Dari jarak pandangnya, Langit meyakinkan jika Senja tidak sedang baik-baik saja."Ini bukan salahmu. Ini sudah takdirnya. Lebih baik kita kesana sekarang. Mel

    Last Updated : 2024-02-06
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Bukan Pembunuh

    Sudah dua hari semenjak dari rumah sakit,. Senja tidak pergi bekerja, dia terlalu banyak menghabiskan waktunya di dalan kamar, tanpa mau menceritakan keresahan hatinya. Padahal ada dua lelaki berbeda umur menanti dirinya di bawah."Om, mama kenapa sih, Om? tanta Bumi di sela duduk berdua dengan Langit di sore hari. Film kartun yang sedang di putar, ternyata tidak cukup menarik perhatiannya."Om juga gak tahu. Kamu coba tanya sama mama," usul Langit. Dia juga bingung dengan sikap Senja beberapa hari ini. Bumi menggelengkan kepalanya. Wajahnya bergurat kesedihan. "Apa mama ada melakukan hal jahat om?" tanya Bumi ragu. Lidahnya Bumi terasa keluh mengatakan kalimat tersebut.Langit tersentak dengan pertanyaan Bumi, tubuhnya yang tadi memandang lurus ke layar TV kini fokus ke arah Bumi. "Maksud kamu? Cerita sama om. Kenapa bisa bertanya seperti itu?" pinta Langit.Bumi sebenarnya tadi ragu, dimana dia akan mengadu. Tapi reaksi Langit membuat Bumi yakin, jika Langit bisa menjadi curahannya.

    Last Updated : 2024-02-07
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Kembali

    "Maafkan aku Kaina, membiarkanmu bekerja sendiri tiga hari ini," tutur Senja."Tidak masalah Senja. Semua masih bisa aku atur," jawab Kaina. Merasa semua laporan telah dia berikan pada Senja, Kaina permisi untuk kembali ke meja kerjanya Keheningan menemani Senja saat ini, matanya sedang fokus mengecek laporan-laporan masuk dalan emailnya. Sampai satu email dari Gia dibuka oleh Senja. Ini bukan email tentang pekerjaan dan ini email baru. Apakah Gia sudah masuk kerja?[Kau pembunuh Senja, Kau telah membunuh anakku. Anakku mati karenamu.]Tarikan napas panjang yang dibuang kasar Senja lakukan. Gia masih saja membahas dan menyalahkan Senja. Jika dia meladeni, pasti urusan akan semakin panjang. Senja memilih mengabaikan email yang masuk. Sampai Senja kehilangan fokusnya, dikarenakan email masuk yang beruntun dari nama yang sama, dan isi yang sama. Sepertinya dia tidak bisa mendiamkan apa yang dilakukan Gia padanya.Tapi sebelum dia beranjak dari duduknya. Kaina kembali masuk dengan terbur

    Last Updated : 2024-02-09
  • ISTRI SENILAI SAHAM   Maaf?

    Senja segera dilarikan ke rumah sakit. Darah yang keluar dari perutnya masih saja mengalir walau sudah di tahan dengan balutan kain."Selamatkan dia!" teriak Langit, saat brankar masuk ke ruang ICU. Langit berusaha menormalkan napasnya sebelum dia berbicara. "Jangan biarkan mereka kabur. Bawa mereka ke markas yang kedua. Jangan ada yang menyentuh mereka sebelum saya datang. Biar saya yang mengurus mereka nanti," perintah Langit pada salah satu pengawalnya.Mendapat titah dari Langit pengawal tersebut langsung bergerak sesuai perintah.Rasa bersalah menghantam Langit. Dia merasa terlalu longgar menjaga Senja. Hingga bisa meloloskan Gia untuk melukai wanita itu."Maaf, kami terjebak macat," seru Leo, dia datang bersama Kania. Sedangkan Langit tadi memaksa ikut mobil ambulans bersama satu pengawalnya."Ya, gak masalah. Terpenting mereka sudah diamankan. Saya akan menemui mereka setelah mengetahui keadaan Senja," ucap Langit.Hati Langit terus menggumamkan nama Senja, berharap Senja mend

    Last Updated : 2024-02-10

Latest chapter

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Aku Baik-baik Saja

    Senja menghirup udara segar di daerah perkampungan. Biasa yang terpandang matanya adalah bangunan yang tinggi menjulang. Kini sepanjang mata yang memandang hanya hamparan hijau dari kebun dan juga sawah. Sungguj sangat menyegarkan matanya."Ma, mana permainannya. Kata mama disini ada permainan? Lihat ini," keluh Bumi. Dia menyodorkan gawainya yang sinyalnya sering hilang dan timbul, hingga dia tidak bisa bermain game yang ada di gawainya. "Bumi mau balik ke rumah ma," sungut Bumi. Terbiasa di kota, membuatnya sangat asing dengan daerah yang dia datangi, belum lagi orang-orang disekitarnya terlihat aneh baginya. Bagaimana tidak aneh, mereka semua memandang ke arah Bumi dengan mata yang tidak berkedip."Ma, Laura cantikkan? Kata nenek, dulu gadis cantik disinu, rambutnya di kepang dua," ucap Laura. Sangat berbeda dengan abangnya. Dia sangat semangat berada di kampung. Apalagi banyak tumbuhan bunga cantik disekitar rumah yang sangat jarang terlihat di kota."Sabar. Baru juga semalam. Kem

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Mendekati Akhir

    "Ma, kita mau kemana?" tanya Bumi. Dia membantu mamanya meletakkan pakaiannya ke dalam koper."Kita akan berlibur. Kalian kan sedang liburan sekolah. Jadi kita akan ke kampung neneknya Laura. Sejak kamu lahir, belum pernah mama ajak ke daerah perkampungan," jelas Senja.Pagi ini, setelah suaminya berangkat kerja. Senja mengajak Bumi untuk berkemas. Dia tidak berniat meminta izin pada Langit. Karena sudah lama juga mereka berdua menjadi orang asing, seperti tidak saling mengenal. Bukan itu saja, bahkan suaminya memilih tidur di kamar yang lain, tidak seranjang bersamanya."Apa disana banyak permainan?" tanya Langit. Dia hanya tahu liburan selalu berhubungan dengan permainan."Ya, banyak. Disana banyak permainan yang tidak akan kamu temukan di kota," jelas Senja.Bola mata Bumi berbinar cerah. Dia jadi penasaran permainan seperti apa yang ada disana.Setelah memastikan barang yang akan dibawa sudah terkemas dengan baik. Senja mendatangi kamar Laura Dimana ada Ririn dan juga Laura di dal

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Haruskah mundur?

    "Dari mana kamu Senja?" tanya Ririn. Dia baru saja terbangun dari tidurnya. Tapi tidak menemukan Senja berada di atas ranjangnya. Dia sempat panik, tapi seketika hilang disaat melihat Senja sudah mulai masuk ke dalam kamar kembali."Hanya menghirup angin malam sebentar bu. Bosan rasanya di aras ranjang. Kebanyakan tidur, membuat Senja tidak bisa tidur kembali. Maaf sudah membuat ibu khawatir," jelas Senja. Dia berusaha tersenyum selebar mungkin, untuk menutupi hatinya yang sedang porak poranda.Balasan senyum diberikan Ririn. Walau wajah Senja tersenyum, dia bisa melihat mata Senja yang sendu. Seberapa banyak anaknya itu menutupi kesedihannya sendiri. Ingin Ririn medengar semua beban yang membuat sedih anak dari majikannya dulu itu."Besok sepertinya kita sudah bisa kembali bu. Senja sekalian mau ambil cuti. Rasanya ingin kembali merasakan suasana hijau, pasti tenang ya bu," celetuk Senja lagi. Dia sudah berjalan dan kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.Merasa Senja mengajaknya

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Harapan Kosong

    Lenguhan keluar dari bibir Senja. Pandangan Senja langsung bergerak liar untuk meraba area sekitarnya saat ini. Dia masih ingat, jika tadi dia masih berada di tamab rumah sakit, dia juga masih sadar, saat dirinya akan kehilangan kesadarannya."Kamu sudah sadar nak? Kenapa sampai bisa pingsan? Untung saja janinmu baik-baik saja," seru Ririn. Saat melihat Senja mulai membuka mata, dan seperti kencari sesuatu yang berada di dalam kamar inap yang mereka tempati.Tatapan Senja menyiratkan kekecewaannya. Tidak ada lagi rona warna bahagia terpantuk disana, hanya tinggal warna hitam dan putih saja. Di ruangan yang besar, ada satu tempat tidur untuknya. Tapi tidak ada suaminya disana. Dimana Langit? Apakah dia sesibuk itu dengan Aurora sekarang ini? Hingga tidak tahu keberadaan dan keadaan dia sekarang? Hati Senja merasa tusukan-tusukan duri tajam yang terus menusuk tanpa ampun."Kenapa? Cerita sama ibu, jangan pendam masalahmu sendiri. Apa kamu mencari suamimu? Apa perlu ibu memanggilnya, agar

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Mencoba Tegar

    Sudah beberapa hari berjalan, Senja dan Langit melakukan perang dingin. Langit dengan ego besarnya, selalu pergi bekerja terlebih dahulu, membiarkan Senja berangkat bersama supir mereka."Ma, papa kenapa?" tanya Bumi.Ternyata anak-anaknya juga sampai merasakan perbedaan yang terjadi diantara mereka."Papa sedang sangat sibuk. Jadi terburu-buru dan duluan pergi. Kalau mama kan sdang hamil," alasan Senja.Bumi menatap curiga pada mamanya. Tentu tatapan Langit langsung membuat mamanya salah tingkah, dan tidak berani membalas tatapan matanya."Laura, gimana sekolahnya. Teman barumu, masih mau terus dekat-dekat abang?" tanya Senja. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan."Masih ma. Katanya dia mau ketemu dan berkenalan dengan calon mertuanya. Siapa sih ma, calon mertua itu? Sampai abang makin marah da mengusir kami," tanya Laura penasaran.Senja tersenyum tipis. Dia jadi penasaran dengan teman Laura. Kenapa bisa berpikir sedewasa itu. "Calon mertua itu, sebutan untuk mama, dan papa untuk pasa

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Permintaan Bodoh

    "Kamu dari mana?" tanya Langit. Saat Senja kembali ke kantor. Langit sudah berada di ruangan mereka.Sebelum menjawab. Senja tersenyum pada suaminya. Menyiratkan jika dia baik-baik saja. "Mas pasti tahu, aku dari mana," jawab Senja.Helaan napas panjang keluar dari bibir Langit. Dia tahu, dia sempat menguntit istrinya tadi, dan dia juga terkejut dengan kondisi Aurora. Ada rasa bersalah dan ingin melindungi wanita yang dulu pernah mengisi hatinya."Jangan kesana lagi. Dia hanya masa lalu mas. Mas tidak mau kamu terluka," sahut Langit.Senyum Senja semakin melengkung. Kalimat Langit sudah memberitahukan jika suaminya tahu, jika di rumah sakit itu ada masa lalunya yang sedang terbaring lemah."Jangan marahi Maira. Dia hanya meminta tolong padaku. Aku sudah berjanji akan membantu biaya rumah sakit dan juga operasi temannya," jelas Senja. Lidahnya tidak bisa menyebut nama Aurora di depan suaminya."Terserahmu," jawab singkat Langit. Dia memilih melanjutkan pekerjaannya, daripada mengajak Se

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Semakin...

    Pagi ini Senja datang ke kantor dengan menunjukkan kemesraan yang tidak biasanya. Dia menggelayut manja di lengan Langit. Seakan ingin menunjukkan ke semuanya, jika Langit hanyalah miliknya. Tidak ada seorang pun yang bisa berbagi dengannya.Tidak urung tingkah yang di lakukan Senja juga menjadi perhatian Maira. Kedongkolan semakin menghantam dadanya dengan palu godam. Padahal dia sudah mengatakan semuanya. Tapi dia merasa, Senja menjadi wanita yang tidak tahu diri."Kamu masuk duluan ya. Ada yang mas diskusikan sebentar dengan Maira," ucap Langit.Senja memgangguk setuju. Dia tidak perlu cemburu, karena dia tahu jika Maira tidak ada maksud lain, selain menginginkan Langit kembali pada Aurora.Suasana antara Langit dan Maira, sejenak hening. Hingga Senja sepenuhnya masuk ke dalam ruangan, baru lah Langit membuka suaranya. "Apa yang kamu lakukan kemarin dengan istri saya? Jangan pikir saya tidak tahu apapun. Saya ingatkan padamu, untuk pertama dan terakhir kali. Jangan pernah membawa

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Membenarkan dan Menyalahkan..

    Senja sangat ingin menutup wajah amarahnya. Tapi tetap saja, emosinya yang tergambar, tidak bisa menutup rasa amarahnya.Dia meminta supir yang bersamanya untuk mengantarkannya menepi ke sebuah taman. Dia harus bisa mendinginkan kepalanya sebelum kembali ke rumah.Matanya masih melihat ke gawai yang menampilkan nama suaminya. "Maafkan aku mas," seru Senja. Dia mematikan gawainya sejenak. Tidak ingin panggilan dari Langit mengganggu kesendiriannya."Kenapa takdir pernikahanku selalu saja harus ada wanita lain disana?" monolog Senja sendiri.Dia masih mengingat jelas semua apa yang dikatakan Maira tadi.[Dia sakit. Dia lebih membutuhkan tuan, daripada anda bu Senja. Sejak awal tuan juga milik Aurora. Bukan milik anda. Harusnya anda mundur, disaat tahu seseorang yang dicintai tuan kembali. Apa anda tega memisahkan keduanya? Disaat salah satu sedang tidak berdaya dengan sakitnya?]Senja menangis terisak. Dia bisa saja membenarkan aoa yang dikatakan Maira. Tapi dia juga bisa menyalahkan Mai

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Tidak merasa bersalah

    Senja sempat bergidik ngeri melihat aura yang keluar dari Maira. Sejak pulang bersama suaminya beberapa waktu yang lalu, tatapannya menyiratkan kebencian dan ketidaksukaan pada Senja. Senja sendiri tidak mengerti dengan sikap acuh Maira. Apa ini juga ada hubungannya dengan sikap Langit yang lalu juga? Apa yang terjadi pada keduanya?Terbesit pikiran buruk di otak Senja. Tapi segera dia tepis. Tidak mungkin suaminya berani berkhianat dan bermain belakang dengan sekertarisnya itu.Sebagai wanita yang sudah menikah dua kali. Senja tidak mau kejadian yang lalu terulang kembali. Dia harus melakukan sesuatu sebelum terlambat."Maira, nanti bisa temani saya keluar sebentar? Saya mau berbelanja, tapi tidak ada yang menemani," ucap Senja saat dia kembali melewati meja sekertarisnya itu.Wajah Maira di pandangan Senja berubah datar. Tapi Senja yakin dia tidak akan berani menolak keinginan Senja."Baik bu. Saya akan temani ibu nanti," sahut Maira. Dia merasa Senja hanyalah wanita tidak tahu malu

DMCA.com Protection Status