Senja sudah tidak tahan dengan rasa panas yang mendera tubuhnya. Ingin sekali dia melepas seluruh pakaian saat itu juga.Suara ketukan pintu kembali terdengar, membuat Senja tidak sabar untuk menerkam suaminya di atas Ranjang.Tapi saat pintu di buka oleh Senja. Seketika Senja memundurkan langkahnya. Dua pria menerobos masuk ke dalam kamarnya."Siapa kalian?!" teriak Senja.Pria berbadan tinggi, berkulit sawo matang, dan berpakaian kasual. Berjalan mendekati Senja. "Kami pelangganmu sayang. Bukankah kau menunggu kami? Kau sangat seksi sekali," ujarnya.Senja semakin memundurkan langkahnya, sampai kakinya tersandung kursi, dan tersungkuh jatuh. "Dimana mas Rey?! Dimana dia?!" teriak Senja lagi.Tubuh Senja bergetar, keringat dingin mulai mengucur deras.pria kedua dengan badan yang lumayan berisi, ikut berjalan maju, setelah memastikan pintu tertutup rapat dan terkunci."Kenapa kau mencarinya, ini waktu
"Ahh!!" Sudah seminggu Senja terus menjerit seperti orang gila di kamarnya. Kejadian di kamar hotel meninggalkan jejak trauma yang dalam untuknya.Tidak ada yang memperbolehkan seorang pun masuk ke dalam sana kecuali Rey, dan juga dokter yang merawat Senja.Begitu juga dengan Bumi, dia sangat mengkhawatirkan kondisi mamanya. Tapi Rey selalu saja mencegah dia untuk bertemu dengan berbagai alasan.Bumi tidak kehabisan akal, dia terus berpikir bagaimana bisa masuk ke dalam sana. Sudah beberapa hari dia memantau gerak gerik Rey di rumah.Bumi sempat melihat, saat Rey menyimpan kunci kamar mamanya."Disana..." celetuknya lirih. Bumi yang sengaja tidak bersekolah, bersembunyi di balik kolong meja, dimana ternyata Rey menyimpan anak kunci di dalam vas bunga.Senyum meremehkan tercetak jelas di wajah Bumi. Dia bukanlah anak kecil yang mudah dibodohi.Bumi melihat jam tangan yang melingkar di tangannya, sudah menunjukkan sebentar lagi Rey akan pergi bekerja. "Ini saatnya," celetuk Bumi lagi
"Kenapa bisa seperti ini? Anda tidak mengatakan ada efek lain dari obat tersebut? Harusnya dia sudah menjadi gilakan? Kenapa sekarang..."Rey menjadi frustasi, maksudnya menjadikan Senja gila gagal. Senja sudah sembuh, dia kembali normal, tapi Senja melupakan sebagian ingatannya. Senja hanya mengingat saat awal pernikahan mereka saja. "Bagaimana kalian bisa gagal? Jelaskan padaku cepat!" geram Rey.Rey menatap bengis keduanya. Dia mendapatkan kejutan pagi ini. Dimana Senja menyapa dirinya dengan senyum mengambang, dan bertingkah seolah mereka sedang pengantin baru.Rey sempat tidak percaya, tapi tingkah Senja yang seperti masih muda dulu, masih terekam jelas diingatannya. Belum lagi Rey seperti merasakan dejavu, saat Senja melayaninya pergi kerja seperti awal mereka menikah.Dokter itu tidak bisa berkata, dia hanya bisa menatap tajam susternya yang tersenyum mengandung banyak arti. "Sial!" umpatnya dalam hati. Dia sudah terjebak permainan antara susternya dan juga Senja. Jika sampai d
"Hai anak ganteng, kamu sudah sarapan?" sapa Senja pada Bumi.Bumi mengembangkan senyumnya. "Sudah Tante, sebentar lagi mau berangkat sekolah."Rey hanya melihat drama di depannya, ibu dan anak sudah seperti orang asing yang saling mengenal. Bagaimana bisa Senja berpikir jika Bumi adalah anak daei saudara jauh Rey yang menumpang tinggal di rumah mereka.Rey yang mengikuti saran dokter dan juga Tania, hanya saja mengiyakan saja. Begitu juga Bumi yang sudah dia beritahukan bagaimana kondisi Senja sekarang. Ternyata diluar dugaan, anak itu sangat pintar berlakon."Belajar yang rajin, okey. Biar bisa sukses seperti Om mu," seru Senja.Rey sampai tersedak makanannya, ada rasa aneh melihat suasana pagi yang berbeda. Dia sendiri harus kebawa arus untuk ikut berakting."Sayang, jadikan kita ke kantor? Benarkah aku sudah menjadi sekertarismu dulu, mas?" tanya Senja, sambil mengambil duduk di kursi sebelah kanan Rey. Senja hanya ingin sarapan roti berselai coklat hari ini. Sepertinya rasa manis
Tawa menggema menghiasi ruang tamu rumah mewah."Kakek merindukan Bumi, ya? Bumi juga rindu kakek."Bumi memeluk kakek yang menculiknya, bahkan dia duduk dengan manja di pangkuan kakek itu, seperti kakeknya sendiri. Tidak ada rasa takut dan canggung padanya.Awan semakin tergelak, dia sengaja menculik Bumi karena merindukan cucu angkatnya itu. Baru kali ini Awan merasa sangat dekat dengan anak kecil. Apa karena Bumi mirip dengan Langit saat kecil? Atau karena dia sudah merindukan kehadiran seorang cucu?"Hei Leo, kenapa kau menatap kami seperti itu?" tanya Awan. Pengawal yang dia bawa ternyata hasil rampasan asisten milik anaknya. Sudah lama Leo bersamanya, tanpa dia izinkan kembali pada Langit, sebelum bisa melakukan sesuatu hal untuknya, yaitu menculik Bumi."Iri ya? Bilang bos," timpal Bumi, bersamaan tawa jahilnya.Awan semakin melebarkan tawanya. Sungguh ini sangat menghibur hatinya yang sering kesepian.Leo membuang napas panjang. Bagaimana bisa dia siang tadi dipaksa untuk seg
"Apakah aku sudah cantik?" Senja melenggak-lenggokkan tubuhnya. Tidak biasa dia berpakaian sangat seksi berwarna hitam. Malam ini, Senja sengaja memilih gaun malam dengan bagian terbuka yang mempertontonkan dada dan punggungnya, belum lagi belahan rok dari ujung gaun sampai pahanya.Rey menelan ludahnya kasar. Senja tidak pernah berpoles secantik, biasanya dia hanya suka memakai make up natural. Rey kembali meneguk salivanya, mata tidak berkedip karena banyak bagian yang menantang terekspose. Ditambah wangi parfum yang sensual, menggelitik rongga hidung Rey, hingga ingin menyetuh tiap jengkal kulit Senja. "Kenapa jadi terlihat cantik daripada Tania?" batin Rey. Rey mulai membandingkan Tania dengan Senja.Rey sekuat tenaga menepis birahinya yang mulai memuncak, ada keiinginannya kembali membawa Senja ke ranjang mereka, dan melumat bibir yang merekah segar seperti bunga mawar merah. Tapi Rey berusaha menarik akal sehatnya lagi. Dia tidak boleh goyah hanya karena perubahan Senja.Rey
"Kau gila Tania, kenapa kau mengirimkan pesan pada Senja? Jika dia curiga, dan mencari tahu semuanya bagaimana?" gelisah Rey.Tania memdengus kesal, hatinya sejak tadi malam sudah terbakar, dan gosong sampai pagi ini."Kau yang gila Rey. Aku gak habis pikir. Bagaimana kau bisa memberikan saham padanya, dan menggagalkan semua rencana kita tadi malam? Atau kau sudah terpesona dengannya? Kau sudah tidak jijik dengan wanita yang sudah banyak dirasakan laki-laki itu?" geram Tania."Aku tidak rela Rey. Aku mau kau segera kembali mengambil saham itu, dan memberikannya padaku! Aku istrimu juga!" berang Tania.Rey menyugar rambutnya. Dari semalam dia sudah berusaha menjelaskan, tapi Tania tidak mau mengerti. Padahal dia yang menyuruhnya berpura-pura, kalau dia menolak apa yang diinginkan Senja, sudah pasti Senja akan curiga."Terserah kau mau memikirkan apa. Harusnya aku tidak menyetujui kau kembali kesini. Semuanya kacau semenjak kau kembali karena kecemburuanmu. Masalah saham itu, aku tidak b
Kini Senja berdua dengan Bumi, mereka saling menatap tanpa ada yang berkedip."Baiklah, mama kalah," pasrah Senja. Ternyata dia tidak tahan beradu mata dengan anaknya. Apalagi tatapan Bumi yang memelas. "Tapi, lain kali bilang ke mama, jika ada yang menjemputmu. Kalau benar penculik bagaimana? Kamu nyawa mama sayang. Mama bisa mati jika gak ada kamu," tutur Senja.Tidak ada Rey di rumah, membuatnya leluasa melepas sandiwaranya."Baik ma. Bumi janji gak gitu lagi. Bumi juga janji gak bakal bohong lagi," sesal Bumi.Bumi sempat berbohong dengan wali kelasnya. Dia mengatakan jika yang menjemputnya adalah pamannya. Saat Bumi tahu dari sambungan video call, jika kakek yang dia kenal dalam waktu sehari, menanti bertemu dengannya.Senja mengeluarkan jari kelingking kanannya, meminta Bumi menyambut kelingkingnya.Bumi tanpa pikir panjang menautkan kedua kelingking mereka. Ini pertanda dia tidak akan mengingkari janjinya.Senja membawa Bumi kepelukannya, dia sangat tidak mau sampai kehilangan