Share

Bab 3. Lepas Baju

Kini, semua tatapan tamu undangan terarah pada perempuan bergaun seksi dengan potongan gaun berdada rendah hingga membuat Tisa khawatir, kalau isinya akan tumpah ruah.

Tisa semakin dibuat melongo saat wanita itu datang, kemudian mencium pipi kanan dan kiri Bara, tepat di depannya. Tangannya semakin mengepal ketika wanita seksi itu bergelayut manja di tubuh sang suami. Dia hendak menegurnya, tetapi suara ceriwis wanita itu sudah menginterupsi duluan.

“Sayang, kok kamu mau, sih, nikah sama bocah ingusan itu? Apa selama ini kamu gak puas memilikiku?” Tatapan wanita itu tertuju sinis, bahkan mencemooh ke arah Tisa. “Lihat saja tubuhnya yang bagaikan papan penggilasan itu! Dan, hei! Kenapa ukuran dadanya … Auh, jauh banget sama milikku!”

“A-apa?” Tisa tertawa aneh ketika dirinya dikatai oleh orang yang tidak dikenal. Tatapannya beralih ke arah miliknya yang tertutupi oleh gaun. Miliknya memang tidak sebesar milik wanita gila itu. Namun, dia tetap tidak terima.

Sementara itu, Bara terlihat biasa saja dan tanpa merasa bersalah pada Tisa. Pria itu sama sekali tak risih dengan keberadaan tubuh si wanita yang menempel bak lintah. Bara tetap santai sambil menyesap wine tanpa memedulikan dua orang yang tengah meributkannya.

“Apa kau yakin akan puas dengan itu semua?” Sekali lagi, wanita itu mengh1na Tisa secara terang-terangan.

Mata Tisa seketika melotot. Dia melihat sekitar, bahkan para tamu undangan masih berada di ballroom. Akan tetapi, wanita tersebut berhasil membuat banyak kasak-kusuk tentang pernikahan antara Bara dan Tisa akan berakhir tidak lama lagi.

Tisa yang tidak terima miliknya dikatai langsung memepet, memisahkan tubuh wanita seksi itu untuk menjauh dari suaminya. Dia dengan tatapan berani langsung membusungkan dadanya. “Maaf, Tante yang miliknya lebih besar dari saya–”

“What! Tante!” Wanita itu menjerit heboh. “Yakh! Berani sekali kamu memanggil saya Tante? Apa kamu gak tau, kalau saya ini adalah seorang selebgram terkenal? Huh!” Dia adalah Oca, selebgram yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat toktok.

Tisa mendengkus. “Mau selebgram, kek! Sologram, kek. Tisa gak peduli. Pokoknya, Anda harus jauh-jauh dari suami saya!”

Tisa mendorong Oca dengan dadanya hingga membuat wanita seksi itu jatuh terjerat gaun panjangnya sendiri ke belakang.

“Arghh!” teriak Oca yang kini menjadi bahan tertawaan para tamu undangan, termasuk Bara. “Sayang, tolong aku!”

Pria itu bukannya menolong Oca, dia justru lebih memilih memeluk pinggang istrinya. Baru kali ini dia menemukan seorang perempuan seperti Tisa. Memiliki pendirian teguh, berani, dan tidak menye-menye. “Gadis yang menarik." Bara mengelus rahangnya yang licin setelah bercukur tadi pagi.

***

Malam hari setelah resepsi pernikahan yang cukup menegangkan bagi Tisa. Bukan karena ada perampok, atau pembunuh bayaran yang datang, melainkan kehadiran beberapa mantan Bara yang membuat Tisa sedikit kuwalahan menghadapinya.

Tisa masih teringat jelas dengan kejadian setelah si mantan Bara–si paling besar– pergi, datanglah seorang model lain. Tubuhnya yang langsing dan berwajah cantik mendatangi pelaminan. Dia tidak seterus-terang si mantan tadi. Namun, wanita itu bermain cantik.

“Hai, Mantan!” sapa Luzi dengan mengedipkan satu matanya.

Bara hanya mengangkat gelas wine-nya, tapi tangan satu masih bertengger manis memeluk pinggang Tisa.

Tisa hanya cemberut. Dia ingin pergi, tetapi pelukan Bara begitu erat hingga membuatnya seperti terpaku di sana. Dia menatap Bara protes, tetapi pria itu justru mengecup bibirnya, tepat di depan mantan dan tamu undangan. “Yakh!” Tangan mungil Tisa memukul dada bidang itu.

“Kenapa, Cutie Pie? Bukankah kita suami istri? Jadi, sah-sah saja, kan, jika aku menciummu?” Bara bertanya polos, atau hanya pura-pura, Tisa tidak tahu.

“Cutie Pie….” batin Tisa bertanya bingung. “Siapa lagi yang disebutkan oleh Om Bara?”

Sementara itu, wanita di depan mereka justru tersenyum. Dia seolah tak terganggu dan tetap dengan calm berdiri di hadapan Bara dan istri “Tisa, aku harap kamu tak mencintai suamimu!” celetuknya kemudian.

Tisa mengerjap kaget. Dia lalu menoleh ke arah Luzi dengan kedua alis saling bertaut. “Maaf, maksudnya apa, yah?”

Bisa memang tidak terlalu memikirkan akan cinta di dalam pernikahan mereka. Hal itu terlalu jauh. Kenapa? Karena gadis itu yakin, lelaki yang dinikahi tidak mencintainya, sama seperti dirinya.

Bohong jika Tisa tak butuh cinta. Gadis itu justru sangat mengidam-idamkan seorang lelaki yang bisa menuntunnya menjadi istri dan ibu yang baik kelak. Namun, jika suaminya adalah Bara? Dia merasa insecure.

Luzi menyeringai melihat keraguan dan rasa penasaran Tisa. Dia kemudian menatap Bara–seolah tak takut jika rahasianya dibongkar– sekejap, lalu pandangannya beralih pada gadis mungil di hadapan. “Bara itu bukan tipe yang bisa menetap satu cinta. Dia akan berpindah-pindah, mencari wanita yang bisa diajak berhubungan tanpa status,” bisiknya.

Tubuh Tisa menegang. Gadis itu memang sudah menduga jika pernikahan ini hanya untuk sebuah bisnis dan tidak boleh didasari oleh cinta. Kini, dia semakin yakin untuk tak akan menyerahkan hatinya pada sang suami.

Luzi kembali melanjutkan ucapannya, “Apalagi, kalau dia sudah bosan maka dia akan menendangmu semau dia!” Kali ini, dia tak berbisik.

“Kau sangat tahu aku, Luz.” Bara berujar seolah tak menampik ucapan Luzi.

Tisa menatap Bara cukup lama hingga pria itu tahu dan mencolek hidung bangirnya.

“Kamu tak usah memandangku seperti itu, Bocah! Nanti, kalau kamu jatuh cinta padaku, aku gak mau tanggung jawab, lho!” Bara berseloroh dengan begitu enteng seolah itu memang hanyalah main-main.

Obrolan mereka sedikit banyak mempengaruhi Tisa, apalagi saat ini dia sedang diantar oleh salah satu pelayan menuju kamar pengantin, tepatnya kamar milik suaminya–Bara Langit Sanjaya.

“Silakan, Nyonya!”

“Ah, ya. Terima kasih, Bi!” Tisa membungkuk kikuk. Dia merasa bersalah karena sudah mengabaikan pelayan tadi. Namun, wanita paruh baya itu sudah pergi sebelum dia sempat meminta maaf.

Kini, ketika dirinya sudah menginjakkan kaki di kamar pengantin, keruwetan yang sempat menjadi momok dalam pikirannya seketika Butar. Tisa dibuat terperangah, serta terpesona dengan desain interior kamar Bara. Dengan gaya futuristik, dinding yang dominan berwarna putih dan abu-abu di beberapa bagian, kini tampak begitu mengintimidasi Tisa.

Luas kamar Bara bisa 4 kali lipat dari kamar miliknya. Di tengah ada ranjang king size bersprei putih dengan taburan kelopak bunga mawar merah. Sementara di bagian samping jendela, terdapat sofa panjang yang menghadap ke arah layar plasma besar.

Tisa meringis. “Sepertinya aku memang salah berada di sini,” gumamnya.

Tiba-tiba, suara pintu yang dibuka, lalu ditutup membuat Tisa berjengit kaget. Adalah Bara Langit Sanjaya, dia berjalan dengan begitu santai menuju Tisa yang berdiri menegang kaku.

“Kenapa menatapku seperti itu?” tanya Bara santai.

Tisa langsung menunduk. Dia memainkan jari tangannya di bawah sana.

Bara menaikkan salah satu alisnya. “Kenapa kamu mendadak diam? Bukankah tadi kamu begitu semangat menjadi istri yang posesif? Lalu, kenapa sekarang mengkerut?” Suara Bara terdengar menyebalkan.

“Bisakah Om jangan bahas masalah tadi!” Tisa cemberut.

Bara menyeringai. Gampang sekali memancing Tisa untuk berbicara. Dia lalu tak menanggapi pertanyaan sang istri, dia justru sibuk melihat pakaian yang dikenakan. “Apa kamu akan terus memakai baju itu?”

“A-aku….” Tisa langsung membekap mulutnya, menunduk untuk menutupi rona merah yang menghiasi pipi hingga belakang telinga.

Sementara pria tampan yang baru saja menjadi suaminya, justru sibuk melepaskan tuxedo, serta anak kancing kemejanya hingga mulai terlepas satu-persatu. Gadis cantik itu langsung memalingkan wajah ke arah lain ketika tak sengaja kulit bagian atas Bara terlihat.

“K-kenapa Om malah lepas baju di sini, sih?” Tisa menjerit tertahan.

Mendengar jeritan di depannya, Bara tersenyum. Dia malah dengan sengaja membuang kemeja putih dan menyisakan celana bahan berwarna putih untuk menutupi bagian pinggang hingga kakinya.

Tiba-tiba, Bara menyeringai. Dia memiliki ide untuk mengerjai istri kecilnya. Dia berjalan mendekat dan menarik tangan Tisa yang sedari tadi menutupi wajah.

“Om!” jerit Tisa makin menjadi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status