Kaisar Yuan tersenyum misterius dan berkata, "Kalian pasti bertanya-tanya mengapa aku memanggil kalian ke sini. Ada sesuatu yang harus kalian ketahui." Suasana di aula istana semakin tegang. Shen Jin dan yang lainnya menatap Kaisar Yuan dengan perasaan campur aduk. Lien Hua masih terduduk di lantai, wajahnya pucat dan penuh ketakutan."Saat kembalinya diriku dengan permaisuri Xiuying , beberapa kelompok berpakaian baju hitam telah menyerang kami saat di perjalanan" lanjut Kaisar Yuan, " bukan itu saja, sekelompok orang itu, berhasil masuk tanpa di ketahui oleh pihak manapun. Beberapa jam tadi, nyawa Xiuying hampir saja melayang karena ulah perbuatannya." "APA?"ucap raja dan ratu kerajaan Bai Li Yuan secara serempak. "Jika memang ada penyusup ke kerajaan ini, bagaimana kami semua tidak bisa mengetahui atau merasakannya? Ini sangat aneh .""Tentu saja kalian semua tidak akan merasakan kehadiran mereka semua, karena dia ," kaisar Yuan menunjuk Lien Hua yang masih terduduk di lantai, "
Hua Mo menggigit bibirnya, pandangannya menerawang melalui jendela. Di luar, dedaunan bergerak lembut oleh hembusan angin, dan bunga-bunga melambai dalam sinar matahari pagi. Bau tanah basah dan bunga melati menyelinap masuk ke kamarnya, mengingatkannya pada masa-masa ketika putrinya masih kecil dan mereka bermain di taman istana.Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka. Cahaya remang-remang menyelinap masuk, mengungkapkan seorang pelayan muda yang berdiri di ambang. Di belakangnya, dua sosok yang tak asing: Kaisar Yuan dan Shen Jin. Mereka memasuki ruangan bersamaan, langkah mereka seirama, seperti pasangan burung rajawali yang terbang bersama.Raja Xia, yang tadinya tengah duduk di atas singgasana, segera berlutut. Tubuhnya menunduk, menghormati kedatangan dua orang berpengaruh di hadapannya. Hua Mo, begitu nama raja Xia, merasa jantungnya berdebar kencang. Dia tahu, pertemuan ini tak akan berlangsung biasa.Kaisar Yuan dan Shen Jin menatap dingin raja Xia yang masih berlutut. Wajah merek
Lien Hua dan ayahnya, Raja Xia, akhirnya meninggalkan istana kerajaan Bai Li Yuan. Langit senja yang memerah seolah mencerminkan suasana hati mereka yang penuh dengan kekecewaan dan kemarahan. Semua bangsawan yang telah diundang untuk menjemput putri-putri mereka menatap sinis ke arah Lien Hua dan Raja Xia, seakan-akan pandangan mereka bisa menusuk jantung."Aku tidak menyangka jika Raja Xia memanfaatkan putrinya demi ambisi untuk merebut kerajaan ini. Nyalinya sungguh besar," bisik salah satu raja kepada temannya, suaranya penuh dengan ketidakpercayaan dan cemoohan."Menurutku, bukan Raja Xia tapi putrinya sendirilah yang memang tergila-gila pada kaisar. Bahkan putri-putri kita pun sering dia perlakukan tidak adil," balas temannya dengan nada yang tak kalah sinis, matanya menyipit penuh kecurigaan.Raja Xia mendengar bisikan-bisikan itu dan berhenti sejenak. Dia menoleh ke arah para bangsawan, matanya menyala dengan kemarahan yang tertahan. "Kalian semua tidak tahu apa-apa tentang p
Shen Jin terus berlari tanpa memperdulikan sekitarnya. Dia mengejar burung pelangi yang terbang lincah di depan matanya, hingga akhirnya tiba di suatu tempat yang tak kalah indah dengan kerajaan Bai Li Yuan. Untuk beberapa saat, ia terpesona dengan keindahan tempat tersebut. Langit di atasnya dihiasi dengan sentuhan warna merah muda yang lembut, berpadu dengan biru muda dan ungu yang memikat. Cahaya matahari senja menambah keajaiban, menciptakan pemandangan yang tampak seperti lukisan maha karya yang luar biasa.Shen Jin menarik napas dalam-dalam, merasakan aroma bunga yang semerbak memenuhi udara. Angin sepoi-sepoi yang berhembus lembut membawa kesejukan, membuatnya merasa tenang dan damai. Ia bisa mendengar suara gemericik air dari sungai kecil yang mengalir di dekatnya, serta kicauan burung-burung yang bersahutan, menambah harmoni alam yang menakjubkan.Dengan hati yang penuh kekaguman, Shen Jin melangkah lebih dekat ke arah burung pelangi yang kini bertengger di dahan pohon besar
"Tuan, jangan seperti ini," ucap Shen Jin seraya memegang pundak pria yang baru saja ditolongnya itu. Pria itu pun bangun perlahan, matanya masih terlihat bingung dan lelah."Tuan, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa orang itu menyerangmu?" tanya Shen Jin dengan nada penasaran. Ia masih belum bisa memahami pertarungan yang baru saja terjadi di depan matanya.Xiu Xianren tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Shen Jin sejenak sebelum mengajaknya ke sebuah gazebo yang terlihat unik, dengan ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya."Permaisuri, sebaiknya kita duduk dulu di sana," ajaknya dengan suara lembut namun tegas. Shen Jin segera memapah Xiu. Awalnya, Xiu menolak karena menurutnya tidaklah pantas jika seorang permaisuri menggandeng tangan pria asing. Namun, karena Shen Jin yang memiliki sifat keras kepala, apalagi statusnya sebagai seorang dokter terampil di zaman modern, bersentuhan seperti itu baginya sudah dianggap biasa."Siapa orang tadi?" tanya Shen Jin kembali setelah merek
Xiu Xianren melangkah maju dengan hati-hati, setiap langkahnya terasa seperti dentuman di tanah yang sunyi. Shen Jin mengikuti di belakangnya, mencoba menenangkan napasnya yang memburu. Angin malam yang dingin menyapu wajah mereka, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk. Suara gemerisik daun di sekitar mereka semakin memperkuat suasana tegang."Xiu, apa disana?" tanya Shen Jin dengan suara berbisik, hampir tidak terdengar di antara desiran angin.Xiu Xianren berhenti sejenak, menajamkan pendengarannya. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini," jawabnya, matanya menyipit menatap kegelapan di depan mereka. "Kita harus waspada."Tiba-tiba, dari balik semak-semak, gerakan pada semak itu semakin kencang. Shen Jin merasakan jantungnya berdegup semakin kencang. Ia bisa merasakan keringat dingin mengalir di pelipisnya. Xiu Xianren mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Shen Jin tetap diam.Ketika jarak mereka sudah sangat dekat, tiba-tiba dari balik semak-semak, seekor tupai
Mendapat kabar tentang Shen Jin yang berada di kediaman Xiu Xianren, Kaisar Yuan bisa bernapas lega. Namun, ada perasaan yang mengganjal dalam hatinya mengenai tempat itu."Bagaimana Shen Jin bisa berada di tempat Guru Xiu?" gumamnya pelan. Tanpa menunggu lama, Kaisar Yuan beranjak dari duduknya dan pergi ke tempat itu. Hanya sekali melangkah, ia langsung menghilang dan muncul di depan kediaman Xiu Xianren.Kaisar Yuan mengedarkan pandangan ke sekeliling, kembali teringat saat ia pertama kali dibawa ke tempat itu. Aroma bunga melati yang lembut tercium di udara, membawa kenangan masa lalu yang masih segar di ingatannya. "Semuanya masih tampak sama dan tidak berubah," bisiknya, merasakan angin sepoi-sepoi yang menyentuh wajahnya. Kemudian, samar-samar terdengar suara seseorang yang sangat dikenalnya."Nah tuan, semuanya sudah selesai. Untuk menjaga luka ini agar tetap kering, sebaiknya jangan kena air terlebih dahulu. Aku juga sudah meresepkan obat untuk penyembuhan lukamu," celotehny
Shen Jin dan Kaisar Bai Li Yuan meninggalkan kediaman Xiu Xianren. Mereka berjalan di tengah hutan yang memukau mata Shen Jin dengan keindahan alamnya. Pepohonan menjulang tinggi, dedaunan berbisik lembut dihembus angin, dan sinar matahari menembus celah-celah daun, menciptakan pola cahaya yang menari di tanah."Sungguh menakjubkan," gumam Shen Jin pelan, matanya tak lepas dari pemandangan sekitar. Keputusannya menolak tawaran Kaisar Yuan untuk teleportasi terbukti tepat. Jika tidak, ia pasti tidak akan bisa menikmati keindahan alam yang tidak ada di dunia manusia."Ini seperti dalam dunia dongeng," Shen Jin berdecak kagum. Langit berwarna merah muda berpadu dengan jingga dan ungu, menciptakan kanvas senja yang memukau. Binatang-binatang kecil berterbangan dengan sayap yang bersinar, sementara berbagai macam bunga dengan warna-warna cerah mendominasi pemandangan. Shen Jin berlari-lari kecil dengan wajah berseri-seri, merasakan kebahagiaan yang meluap.Kaisar Yuan yang melihat Shen Jin
Ketika mereka semua tengah menikmati pesta tersebut, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan yang memecah kesenangan dan membuat semua orang terhenti. Aroma manis anggur dan cahaya lilin yang berkilauan di sekitar mereka seolah memudar sejenak. Jin Yu, Shen Zhibai, dan He Shen ikut mengalihkan pandangannya ke arah kerumunan yang menjadi pusat masalah, penasaran dan sedikit cemas. "Ada apa di sana? Kenapa orang-orang berkerumun?" tanya He Shen dengan dahi berkerut, memperhatikan kerumunan yang bergerak gelisah di dekat kolam yang memantulkan cahaya bintang. "Sebaiknya kita lihat ke sana," jawab Jin Yu dengan nada tegas namun penuh rasa ingin tahu. Mereka berdua mengangguk dan tanpa ragu melangkah cepat menuju kerumunan tersebut, melewati tamu-tamu yang masih bingung. Sementara itu, di tengah kerumunan yang semakin padat, terdengar desah napas tertahan dan bisikan ketakutan. Terlihat seorang putri dengan gaun merah mencolok, berdiri angkuh di atas putri lain yang terduduk dengan wajah
Di sudut aula, Putri Lin dari Kerajaan Selatan sedang berbincang dengan Putri Wei dari Kerajaan Utara. Putri Lin mengenakan gaun hijau zamrud yang serasi dengan matanya yang cerah, sedangkan Putri Wei mengenakan gaun emas yang berkilau seperti sinar matahari. Mereka berbincang tentang pengalaman dan perjalanan mereka, sambil sesekali melirik ke arah Shen Jinyulong yang sedang menyambut para tamu dengan senyum hangat.Musik lembut mulai terdengar, dimainkan oleh para musisi istana yang berbakat. Alunan musik tradisional yang menghentak-hentak memeriahkan suasana, membuat para tamu merasa seperti terhanyut dalam dunia yang penuh pesona.Shen Jin Yu Long berjalan memasuki aula dengan penuh percaya diri, mengenakan jubah berwarna hitam dengan bordiran ular naga emas yang memancarkan aura kebanggaan dan kemewahan. Senyum manis menghiasi wajahnya, menambah pesona yang memikat perhatian semua orang. Para tamu, termasuk para putri dari kerajaan-kerajaan lain, menyambutnya dengan penuh pengh
Shen Jin menghela napas panjang, masih mencoba mencerna kabar yang baru saja didengarnya. Matanya melirik kearah Jin Yu yang masih mengusap telinganya sedikit panas. Hembusan angin yang sejuk menyapu wajah mereka, menciptakan kontras yang tajam dengan ketegangan yang melingkupi suasana."Jadi, apa yang membuatmu begitu tergesa-gesa?" tanya Shen Jin, nada suaranya kali ini lebih tegas dan penuh perhatian.Jin Yu mengangkat wajahnya, menatap Shen Jin dengan mata yang menunjukkan kelelahan namun dipenuhi tekad kuat. "Karena Jin Yu sangat merindukan ibu dan ayah," jawabnya dengan nada manja. Tanpa ragu, ia menghambur ke dalam pelukan hangat Shen Jin."Ini juga sangat merindukanmu," ucap Shen Jin lembut seraya membelai rambut panjang putranya yang terurai. He Shen dan Shen Zhibai tersenyum lembut, memandang dengan haru pertemuan yang indah antara anak dan ibu. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, menghapus sejenak semua kekhawatiran.Kaisar Yuan, yang sejak tadi berdiri di sana mempe
Shen Jin tersenyum, meski hatinya masih berdetak kencang akibat kejutan tadi. "Yua'er, hampir saja jantungku copot, kau membuatku terkejut," katanya sambil berusaha tenang.Kaisar Yuan tertawa pelan. "Maafkan aku, Shen Jin. Aku hanya ingin memberikan kejutan kecil," ucapnya seraya melepaskan pelukannya dan berdiri di samping Shen Jin, menghadap ke arah taman yang indah."Kau sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa," puji Kaisar Yuan, mengamati dekorasi yang mempesona. "Pesta ini akan menjadi yang terbaik yang pernah ada di kerajaan."Shen Jin menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda terima kasih. "Apakah Putra ku akan menyukainya?" Kaisar Yuan mengangguk setuju. "Tentu saja. Jika sampai anak itu tidak menghargai usaha kerasmu, aku tidak akan mengijinkan dia melihat ibunya," katanya dengan penuh ancaman."Jangan seperti itu," ucap Kaisar Yuan lembut, mencoba menenangkan Shen Jin. Shen Jin menghela nafas sejenak, memandang ke arah pintu gerbang dari kejauhan. "Tidak terasa wakt
Tujuh belas tahun kemudian, di sebuah ladang yang luas dengan pemandangan pegunungan hijau di kejauhan, terlihat seorang anak laki-laki tengah menunggangi kuda. Kuda berwarna coklat gelap itu melaju dengan anggun, sementara anak laki-laki itu duduk tegak dengan penuh kebanggaan. Ia mengenakan pakaian berwarna putih gading yang bersinar di bawah sinar matahari pagi, dengan bordiran bunga lotus di setiap sisinya yang memberikan sentuhan keindahan pada pakaiannya. Angin sepoi-sepoi berhembus, membuat bajunya berdesir dan menambah kesan elegan bagi pemakainya. Rambutnya yang hitam legam seperti malam terurai bebas, kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Matanya yang sayu tampak memancarkan ketenangan, hidung mancungnya memberikan karakter kuat pada wajahnya, sementara bibirnya yang sedikit tebal dengan merah alami terlihat mempesona. Rahangnya yang tegas semakin mempertegas kesempurnaan rupa anak laki-laki itu.Dia terus memacu kudanya dengan kecepatan maksimal, angin berhembus kenca
Musim dingin telah berlalu, membawa kehangatan musim semi yang menyambut kehidupan baru. Cahaya matahari yang sebelumnya bersembunyi di balik awan kini muncul penuh kemilau, menerangi lembah-lembah yang dipenuhi bunga sakura yang sedang mekar. Angin lembut berembus, membawa aroma harum bunga dan suara gemericik sungai yang mengalir jernih di antara pegunungan.Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di kaki gunung, terdapat seorang petapa tua yang dikenal dengan kebijaksanaan dan kekuatan supranaturalnya. Ia duduk di beranda rumah bambunya, mengamati langit yang cerah dengan mata yang penuh kedamaian. Di sekelilingnya, makhluk-makhluk ajaib seperti naga kecil dan burung phoenix bermain di antara pepohonan, menciptakan pemandangan yang magis.Di tengah desa, seorang gadis muda bernama Lian berjalan dengan langkah ringan, membawa keranjang penuh ramuan obat yang baru dipetik. Rambutnya yang hitam panjang tergerai tertiup angin, dan mata elangnya mencerminkan tekad serta keberanian. Lian m
Dalam hening yang penuh ketegangan, suara gemuruh petir terdengar dari kejauhan, menambah kesan menakutkan pada keputusan yang baru saja dijatuhkan. Kaisar Yuan tetap berdiri tegak dengan tatapan tajam, menunjukkan bahwa keputusannya sudah bulat dan tak dapat diganggu gugat.Bai Xiu Xue, yang menjadi pusat perhatian semua orang, hanya bisa menunduk. Wajahnya pucat, tanpa kekhawatiran dan ketakutan yang mendalam. Meski jiwanya terguncang, ia mencoba menyembunyikan rasa sakit yang menggerogoti hatinya."Jika itu bisa membuat diriku dan Xiao Nian Jie bersatu, aku akan menerima hukumannya," katanya dengan suara yang hampir berbisik. Matanya yang dalam menatap kaisar Yuan dengan penuh penyesalan.Permaisuri agung, dengan air mata yang masih mengalir, mencoba menguatkan diri. Ia menggenggam tangan suaminya erat-erat. Kemudian, ia melepaskan genggamannya dan menghambur memeluk Bai Xiu Xue. "Putraku, kau adalah segalanya bagiku. Jika ada cara lain, aku akan melakukannya," ucapnya dengan n
Mata Bai Xiu Xue membelalak lebar dengan mulut sedikit menganga. Ia merasakan desiran angin malam yang dingin menyentuh kulitnya, menambah perasaan hampa yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Tangannya yang gemetar terulur, mencoba menggapai Xiao Nian Jie yang semakin menjauh darinya, seolah-olah dunia ini sedang menjauhkan harapannya satu demi satu. "Tidak! Xiao Nian Jie, jangan tinggalkan aku. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan tanpa dirimu! Xiao Nian Jie!" pekik Bai Xiu Xue dengan suara yang penuh dengan kesedihan dan keputusasaan. Air mata mengalir deras di pipinya, menciptakan jejak yang berkilauan di bawah cahaya lampu jalan yang redup. Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah jeritan hati yang terpukul keras oleh rasa kehilangan yang mendalam.Shen Jin, Bai Li Yuan, dan yang lainnya, melihat keadaan Bai Xiu Xue yang memprihatinkan seperti itu, merasa iba. Shen Jin menggigit bibirnya dengan keras, menahan diri untuk tidak menangis. "Xiao Nian Jie, kau harus kembali," bis
Kalimat itu menghancurkan hati Bai Xiu Xue. Ia terhuyung mundur, seakan dihantam badai yang menghancurkan semuanya. "Tidak mungkin," gumamnya, suaranya terdengar seperti bisikan angin."Inilah kenyataannya, Bai Xiu Xue," ucap Xiao Nian Jie dengan nada yang dingin dan tak berkompromi. "Aku tidak bisa lagi bersamamu."Bai Xiu Xue merasakan dunianya runtuh seketika. Pandangannya kabur oleh air mata yang tak terbendung lagi. Ia memegang dadanya, berusaha menahan rasa sakit yang menjalar di hatinya. Angin malam yang dingin berhembus, membuat tubuhnya menggigil, seakan menggandakan rasa sakit yang ia rasakan.Xiao Nian Jie melihat Bai Xiu Xue, tapi ia tetap teguh dengan keputusannya. "Aku sudah mencoba, tetapi aku tidak bisa melanjutkannya lagi. Aku tidak ingin terus menyakiti kita berdua," katanya dengan lembut, meskipun ekspresinya tetap tegar.Bai Xiu Xue mengusap air matanya, berusaha menenangkan dirinya. "Aku hanya ingin tahu, apakah semua ini tidak berarti apa-apa bagimu?" tanyanya de