"Tuan, jangan seperti ini," ucap Shen Jin seraya memegang pundak pria yang baru saja ditolongnya itu. Pria itu pun bangun perlahan, matanya masih terlihat bingung dan lelah."Tuan, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa orang itu menyerangmu?" tanya Shen Jin dengan nada penasaran. Ia masih belum bisa memahami pertarungan yang baru saja terjadi di depan matanya.Xiu Xianren tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Shen Jin sejenak sebelum mengajaknya ke sebuah gazebo yang terlihat unik, dengan ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya."Permaisuri, sebaiknya kita duduk dulu di sana," ajaknya dengan suara lembut namun tegas. Shen Jin segera memapah Xiu. Awalnya, Xiu menolak karena menurutnya tidaklah pantas jika seorang permaisuri menggandeng tangan pria asing. Namun, karena Shen Jin yang memiliki sifat keras kepala, apalagi statusnya sebagai seorang dokter terampil di zaman modern, bersentuhan seperti itu baginya sudah dianggap biasa."Siapa orang tadi?" tanya Shen Jin kembali setelah merek
Xiu Xianren melangkah maju dengan hati-hati, setiap langkahnya terasa seperti dentuman di tanah yang sunyi. Shen Jin mengikuti di belakangnya, mencoba menenangkan napasnya yang memburu. Angin malam yang dingin menyapu wajah mereka, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk. Suara gemerisik daun di sekitar mereka semakin memperkuat suasana tegang."Xiu, apa disana?" tanya Shen Jin dengan suara berbisik, hampir tidak terdengar di antara desiran angin.Xiu Xianren berhenti sejenak, menajamkan pendengarannya. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini," jawabnya, matanya menyipit menatap kegelapan di depan mereka. "Kita harus waspada."Tiba-tiba, dari balik semak-semak, gerakan pada semak itu semakin kencang. Shen Jin merasakan jantungnya berdegup semakin kencang. Ia bisa merasakan keringat dingin mengalir di pelipisnya. Xiu Xianren mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Shen Jin tetap diam.Ketika jarak mereka sudah sangat dekat, tiba-tiba dari balik semak-semak, seekor tupai
Mendapat kabar tentang Shen Jin yang berada di kediaman Xiu Xianren, Kaisar Yuan bisa bernapas lega. Namun, ada perasaan yang mengganjal dalam hatinya mengenai tempat itu."Bagaimana Shen Jin bisa berada di tempat Guru Xiu?" gumamnya pelan. Tanpa menunggu lama, Kaisar Yuan beranjak dari duduknya dan pergi ke tempat itu. Hanya sekali melangkah, ia langsung menghilang dan muncul di depan kediaman Xiu Xianren.Kaisar Yuan mengedarkan pandangan ke sekeliling, kembali teringat saat ia pertama kali dibawa ke tempat itu. Aroma bunga melati yang lembut tercium di udara, membawa kenangan masa lalu yang masih segar di ingatannya. "Semuanya masih tampak sama dan tidak berubah," bisiknya, merasakan angin sepoi-sepoi yang menyentuh wajahnya. Kemudian, samar-samar terdengar suara seseorang yang sangat dikenalnya."Nah tuan, semuanya sudah selesai. Untuk menjaga luka ini agar tetap kering, sebaiknya jangan kena air terlebih dahulu. Aku juga sudah meresepkan obat untuk penyembuhan lukamu," celotehny
Shen Jin dan Kaisar Bai Li Yuan meninggalkan kediaman Xiu Xianren. Mereka berjalan di tengah hutan yang memukau mata Shen Jin dengan keindahan alamnya. Pepohonan menjulang tinggi, dedaunan berbisik lembut dihembus angin, dan sinar matahari menembus celah-celah daun, menciptakan pola cahaya yang menari di tanah."Sungguh menakjubkan," gumam Shen Jin pelan, matanya tak lepas dari pemandangan sekitar. Keputusannya menolak tawaran Kaisar Yuan untuk teleportasi terbukti tepat. Jika tidak, ia pasti tidak akan bisa menikmati keindahan alam yang tidak ada di dunia manusia."Ini seperti dalam dunia dongeng," Shen Jin berdecak kagum. Langit berwarna merah muda berpadu dengan jingga dan ungu, menciptakan kanvas senja yang memukau. Binatang-binatang kecil berterbangan dengan sayap yang bersinar, sementara berbagai macam bunga dengan warna-warna cerah mendominasi pemandangan. Shen Jin berlari-lari kecil dengan wajah berseri-seri, merasakan kebahagiaan yang meluap.Kaisar Yuan yang melihat Shen Jin
Kaisar Bai Li Yuan dan Shen Jin duduk di sebuah gazebo yang dikelilingi oleh hamparan bunga berwarna-warni. Aroma bunga yang semerbak memenuhi udara, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Mereka memandang air terjun kembar yang mengalir deras dari dua tebing yang saling berhadapan, menciptakan suara gemuruh yang menenangkan."Indah sekali pemandangan ini," ujar Shen Jin dengan suara lembut, matanya terpaku pada air terjun yang memantulkan cahaya matahari pagi.Kaisar Bai Li Yuan mengangguk setuju. "Benar, tempat ini selalu membuatku merasa tenang," jawabnya, suaranya penuh kebijaksanaan. "Apa nama tempat ini?" tanya Shen Jin tanpa mengalihkan pandangan dari air terjun kembar yang mengalir deras, menciptakan suara gemuruh yang menenangkan. Udara di sekitar mereka terasa sejuk, dengan aroma segar dari dedaunan yang basah oleh percikan air."Bukit Huāyuán!" jawab Kaisar Yuan dengan suara lembut namun tegas, matanya memandang jauh ke arah cakrawala yang dipenuhi warna-warni senja."
Di sebuah kamar dengan cahaya yang temaram, Shen Jin duduk termenung di atas tempat tidur seorang diri. Sebelah tangannya menumpu dagunya, sementara matanya menatap kosong ke arah jendela yang tertutup tirai tipis. Udara di dalam kamar terasa dingin, seolah-olah menyerap kehangatan dari tubuhnya."Apakah benar reinkarnasi itu ada? Bukankah itu hanya omongan belaka?" Shen Jin berbisik pada dirinya sendiri, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan malam. "Tapi, jika diingat-ingat, wajah kaisar Yuan memang terlihat familiar. Ah, mungkin hanya perasaanku saja."Shen Jin menghela napas panjang, mencoba mengusir keraguan yang menghantui pikirannya. Bayangan wajah kaisar Yuan terus muncul dalam benaknya, mengusik ketenangan hatinya. Ia merasa ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, sesuatu yang menghubungkan dirinya dengan kaisar tersebut.Shen Jin berdiri dari tempat tidurnya, melangkah pelan menuju jendela. Ia menarik tirai tipis itu, membiarkan cahaya bulan yang pucat masuk ke dalam kam
Shen Jin berjalan perlahan di sebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni. Angin sepoi-sepoi meniup lembut, membawa aroma manis bunga yang sedang mekar, menyelimuti indera penciumannya dengan keharuman yang menenangkan. Di kejauhan, Shen Jin melihat seseorang yang tampak sangat familiar. Semakin dekat Shen Jin berjalan, semakin jelas sosok itu terlihat.Shen Jin memperhatikan orang yang berdiri membelakanginya itu dengan seksama. Saat ia hendak mengangkat suara untuk memanggil, tiba-tiba orang di depannya berbalik dan menatapnya dengan dingin. Seketika, Shen Jin terkejut saat melihat wajah orang yang berdiri di hadapannya, yang ternyata sama persis dengan dirinya. Namun, tanpa peringatan, orang yang mirip dengan Shen Jin itu menikam dadanya menggunakan jepit rambut yang sama, yang pernah diberikan oleh seseorang yang mirip dengan Kaisar Bai Li Yuan."TIDAAAKKK!" teriak Shen Jin, langsung terduduk dari tidurnya. Nafasnya tersengal-sengal, dan keringat dingin membasahi dahi s
Di dalam istana, para pelayan sudah bangun sejak fajar untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi keluarga kerajaan. Matahari perlahan-lahan muncul di balik pegunungan, menyinari taman istana yang dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni dan kolam-kolam ikan yang tenang. Suara burung berkicau menyambut datangnya hari baru, menambah semarak suasana pagi. Di ruang utama istana, Ayah dan ibu dari kaisar Yuan dan keluarganya menikmati sarapan yang terdiri dari berbagai hidangan lezat, seperti bubur nasi, sayuran segar, dan teh hangat. Sementara itu, para pejabat kerajaan mulai berdatangan untuk menghadiri pertemuan pagi dengan Kaisar, di mana mereka akan membahas berbagai urusan penting kerajaan. Sementara di dalam kamar, Shen Jik yang masih terlelap, mulai menggeliatkan tubuhnya. Lalu, perlahan matanya terbuka dan sedikit menyipit akibat silau cahaya matahari yang menerobos memalui celah jendela. "Sudah jam berapa ini?" gumam Shen Jin dengan nada khas bangun tidur. "Selamat pagi Yang Mul
Shen Jin mengerang, tubuhnya terasa remuk redam. Cahaya mentari pagi yang menembus celah tirai sutera emas, menyilaukan matanya. Ia berusaha membuka mata, namun rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya membuatnya kembali terpejam. Aroma teh melati yang samar-samar tercium, mengingatkannya pada mimpi buruk yang baru saja ia lalui."Bai Li Yuan!" desis Shen Jin, suaranya serak dan lemah. Ia merasakan amarah membara di dalam dadanya. "Kau sungguh keterlaluan!"Kaisar Yuan, sang penguasa kekaisaran yang agung, tersenyum mendengar umpatan Shen Jin. Ia mendekat, tubuhnya yang tegap dan gagah membayangi Shen Jin yang terbaring lemah di ranjang berukir kayu jati. Pakaian sutera warna ungu tua yang dikenakannya berkilauan dalam cahaya mentari pagi."Istriku sudah bangun?" Suara kaisar Yuan terdengar lembut, namun Shen Jin merasakan getaran dingin di balik kata-kata itu. Ia menoleh, matanya membulat, dan mulutnya ternganga. Kaisar Yuan sudah berdiri di samping ranjang, menyingkap
Setelah memastikan Shen tertidur kembali, Kaisar Yuan keluar dari kamar menuju ruang baca. Raut wajahnya yang tadi terlihat lembut dan penuh kasih sayang, kini berubah menjadi dingin dan kejam, seolah-olah bayangan malam telah menyelimuti hatinya.Dari balik kegelapan, muncul seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam. Sosok itu bergerak dengan keheningan yang menakutkan, lalu segera berlutut dengan penuh hormat di hadapan Kaisar Yuan."Hormat yang mulia, perintah apa yang harus hamba lakukan?" ucap sosok tersebut dengan suara yang rendah namun tegas, menggema di ruangan yang sunyi."Pergilah ke kediaman guruku. Beritahukan dia, agar datang ke istana," perintah Kaisar Yuan tanpa menoleh, pandangannya tetap tertuju pada jendela yang memantulkan bayangan malam."Segera, Yang Mulia!" Sosok tersebut menghilang dalam sekejap mata, seolah-olah ditelan oleh kegelapan yang pekat, meninggalkan Kaisar Yuan yang berdiri tegak dengan aura kekuasaan yang tak terbantahkan.Kaisar Yuan menghela n
Shen Jin terbangun dengan napas tersengal-sengal, keringat dingin membasahi dahi. Ruangan terasa gelap dan sunyi, hanya suara detak jantung yang terdengar jelas. Shen Jin mencoba mengingat mimpi buruk yang baru saja di alami , tetapi bayangannya perlahan memudar.Kemudian ia duduk di tepi tempat tidur, berusaha menenangkan diri. "Hanya mimpi," bisiknya pelan, mencoba meyakinkan diri sendiri. Shen Jin menarik napas dalam-dalam, merasakan udara dingin malam masuk ke paru-paru. Perlahan, ketegangan di tubuhnya mulai mereda.Ia menyalakan satu lilin di samping tempat tidur, cahayanya yang lembut membuat Shen Jin merasa sedikit lebih tenang. Ia melihat sekeliling kamar, memastikan semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama seperti sebelum tidur.Dengan hati yang mulai tenang, Shen Jin berbaring kembali, menarik selimut hingga menutupi tubuh. Ia menutup mata, berusaha kembali tidur dengan pikiran yang lebih tenang.
Shen Jin menatap Xiao Nian Jie dengan beragam emosi berkecamuk di dalam hatinya keterkejutan, kebingungan, dan sedikit harapan. Kata-kata yang diucapkan wanita itu. "Kau adalah bagian dari kisahku," mengalun dalam pikirannya, menimbulkan rasa ingin tahu. "Apa maksudmu dengan aku adalah bagian dari kisahmu?" tanya Shen Jin, suaranya bergetar. "Apa yang kau inginkan dariku?" Xiao Nian Jie melangkah maju, jubahnya yang panjang menyapu tanah dengan lembut, menciptakan suara tenang seperti embun pagi. "Xiao Nian Jie, Yi Xiuying dan Shen Jin Yi Xiuying adalah bagian dari diriku. Aku meninggalkan sebagian kisahku pada ingatan Yi Xiuying agar aku tidak kembali menelan kekecewaan, namun itu di luar perkiraan. Yi Xiuying terlalu lembut dan lemah, hingga dia lebih memilih untuk menyerah. Sedangkan kau, meskipun aku menaruh ingatan dalam dirimu, tapi entah bagaimana , semua itu tidak bisa memengaruhi pikiranmu. Shen Jin, bisakah kau melepaskan Bai Li Yuan dan kembali pada Bai Xiu Xue?" "AP
Niat Shen Jin untuk meninggalkan taman itu dan menjauh dari Bai Xiu Xue adalah agar tidak terjadi perseteruan antara Kaisar Bai Li Yuan dan Bai Xiu Xue. Namun, semua malah terjadi di luar perkiraannya. Kaisar Yuan tiba-tiba muncul di tengah taman, tepat saat Shen Jin hendak pergi, menghentikan langkahnya.Sementara itu, Bai Xiu Xue yang masih berada di paviliun, hanya menatap dingin seraya mengulas senyum licik. Ia kemudian melangkah dengan anggun menuju Shen Jin dan Kaisar Yuan yang berdiri di tengah taman kerajaan, di bawah naungan pepohonan yang rindang."Lama tidak bertemu, Bai Li Yuan," ucap Bai Xiu Xue dengan nada yang penuh sindiran. Dengan cepat, Kaisar Yuan menarik Shen Jin ke dalam pelukannya, melindunginya dari ancaman yang dirasakan."Apakah kau sekarang ini menjadi raja pengangguran? Sampai kau sempat datang ke kerajaanku ini," balas Kaisar Bai Li Yuan dengan nada lembut namun tegas, matanya menatap tajam ke arah Bai Xiu Xue. "Atau a
Shen Jin masih duduk di paviliun, menikmati keindahan taman yang menyejukkan hati. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa aroma bunga yang sedang mekar. Daun-daun bergoyang perlahan, menciptakan irama alam yang menenangkan. Tanpa ia sadari, seseorang dari jarak yang cukup jauh tengah memperhatikan dirinya, seraya tersenyum tipis. Merasakan ada yang memperhatikannya, Shen Jin mengedarkan pandangan ke sekeliling. Matanya menyapu setiap sudut taman, mencari sumber perasaan aneh itu. Namun, saat Shen Jin menengok ke sana kemari, ia tidak menemukan siapapun. Hanya bayangan pepohonan dan semak-semak yang bergerak pelan diterpa angin."Apa mungkin perasaanku saja," gumam Shen Jin pelan, suaranya hampir tenggelam dalam gemerisik dedaunan.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat, memecah keheningan sore itu. Shen Jin menoleh cepat, dan di hadapannya berdiri seorang pria dengan senyum ramah. Pria itu mengenakan pakaian sederhana, namun ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Sh
Di kamar yang terlihat megah, tercium aroma dupa yang menenangkan, wangi teh segar yang baru saja diseduh, serta harum bunga mawar yang mekar di taman, menambah kesan romantis. Cahaya matahari pagi yang lembut menyelinap melalui celah-celah jendela, menciptakan permainan bayangan yang indah di dinding.Dua sejoli masih terlelap di atas tempat tidur, akibat pertempuran panas semalam. Shen Jin mulai mengerjapkan mata saat merasakan silau cahaya matahari yang lancang masuk melalui celah jendela. Ia merentangkan tangan ke atas, meregangkan otot-otot yang terasa kaku. Saat hendak bangun, ia merasakan sebagian tubuhnya terasa berat, seperti ada beban yang menindihnya. Perlahan, ia melihat ke arah tubuh lainnya dan mendapati tangan yang melingkar di perutnya. Sudah tidak kaget lagi, siapa yang selalu bersikap posesif seperti itu, siapa lagi kalau bukan si kaisar bucin tingkat dewa.Shen Jin menggerakkan tubuhnya sangat pelan, dari posisi terlentang kini menjadi miring. Ia tersenyum, memandan
Di dalam istana, para pelayan sudah bangun sejak fajar untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi keluarga kerajaan. Matahari perlahan-lahan muncul di balik pegunungan, menyinari taman istana yang dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni dan kolam-kolam ikan yang tenang. Suara burung berkicau menyambut datangnya hari baru, menambah semarak suasana pagi. Di ruang utama istana, Ayah dan ibu dari kaisar Yuan dan keluarganya menikmati sarapan yang terdiri dari berbagai hidangan lezat, seperti bubur nasi, sayuran segar, dan teh hangat. Sementara itu, para pejabat kerajaan mulai berdatangan untuk menghadiri pertemuan pagi dengan Kaisar, di mana mereka akan membahas berbagai urusan penting kerajaan. Sementara di dalam kamar, Shen Jik yang masih terlelap, mulai menggeliatkan tubuhnya. Lalu, perlahan matanya terbuka dan sedikit menyipit akibat silau cahaya matahari yang menerobos memalui celah jendela. "Sudah jam berapa ini?" gumam Shen Jin dengan nada khas bangun tidur. "Selamat pagi Yang Mul
Shen Jin berjalan perlahan di sebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni. Angin sepoi-sepoi meniup lembut, membawa aroma manis bunga yang sedang mekar, menyelimuti indera penciumannya dengan keharuman yang menenangkan. Di kejauhan, Shen Jin melihat seseorang yang tampak sangat familiar. Semakin dekat Shen Jin berjalan, semakin jelas sosok itu terlihat.Shen Jin memperhatikan orang yang berdiri membelakanginya itu dengan seksama. Saat ia hendak mengangkat suara untuk memanggil, tiba-tiba orang di depannya berbalik dan menatapnya dengan dingin. Seketika, Shen Jin terkejut saat melihat wajah orang yang berdiri di hadapannya, yang ternyata sama persis dengan dirinya. Namun, tanpa peringatan, orang yang mirip dengan Shen Jin itu menikam dadanya menggunakan jepit rambut yang sama, yang pernah diberikan oleh seseorang yang mirip dengan Kaisar Bai Li Yuan."TIDAAAKKK!" teriak Shen Jin, langsung terduduk dari tidurnya. Nafasnya tersengal-sengal, dan keringat dingin membasahi dahi s