Dokter Rafael terlihat sangat geram ketika dirinya melihat luka Aneisha saat ia menyibakkan atasan Aneisha ke atas.Naima yang saat itu menutupi tubuh Aneisha dibagian depannya hanya bisa terdiam saja ketika dokter Rafael terus saja mengomeli Tuan Zu yang tak lain adalah sahabatnya itu.Dokter Rafael tampak telaten membersihkan luka Aneisha dan mengobati lukanya saat ini."Ihsss sakit sekali," desis Aneisha ketika ia merasakan lukanya sangat perih."Tahan Nyonya Muda Zu, aku akan mengobati lukamu biar tidak terinfeksi." Dokter Rafael berusaha menenangkan Aneisha sambil mengobati lukanya.Aneisha terus merancau sambil menahan sakitnya saat itu. Tak selang beberapa lama kemudian Dokter Rafael akhirnya selesai mengobati luka Aneisha saat itu."Sudah selesai, miringkan tubuhnya beberapa menit agar obatnya bisa merasuk dengan baik," tutur Dokter Rafael kepada Naima."Baik Dok," jawab Naima dengan memegangi tubuh Aneisha miring ke arah samping.Beberapa menit kemudian terlihat obat itu sudah
Arsen seketika menghentikan langkah kakinya ketika pengawal Tuan Zu kini sudah berada di depannya."Kau bicara apa? Aku bahkan tidak tau di mana dia saat ini berada," elak Arsen dengan menatap nyalang kedua pengawal tersebut.Pengawal itupun saling melempar pandangannya ketika Arsen mengatakan hal itu kepadanya, sepertinya mereka juga sungkan ketika tidak percaya dengan apa yang Arsen katakan."Maaf Tuan Arsen, bukan maksud kami untuk menuduh Tuan, tapi kami melihat Tuan dari arah ruang perawatan di mana saat ini Nyonya Muda Zu telah dirawat," sahut salah seorang pengawal.Arsen berpura-pura kaget saat pengawal mengatakan hal yang sudah diketahui dirinya tetlebih dahulu."Apa? Aneisha ada di ruang perawatan? Kenapa dia? Apa yang terjadi dengannya?" tanya Arsen dengan wajah cemasnya."Dia hanya demam saja Tuan, kau tidaj oerlu cemas," jawab pengawal tersebut."Bolehkah aku menjenguk dirinya?" tanya Arsen dengan tetap berpura-pura ingin menemui dirinya."Maaf Tuan, Tuan Zu melarangmu un
Saat ia mengatakan itu tadi tanpa disadari olehnya tiba-tiba Tuan Zu kini sudah berdiri tepat di belakangnya dan mulai menepukkan kedua tangannya cukup keras.ProkProkProk"Bagus sekali Arsen, aku salut akan dirimu yang saat ini ternyata tak henti-hentinya mengejar istriku dan selalu menganggap dirinya adalah istrimu," ucap Tuan Zuan dengan tersenyum sinis.Arsen terkejut ketika mendengar suara bariton itu muncul dari belakang tubuhnya.Arsen menoleh ke belakng dan kini menatap wajah kakak tiri sedang menatap nyalang dirinya."Kau sudah datang?" tanya Arsen dengan wajah sedikit gugup.Tuan berjalan ke arahnya dan kini mulai menatap nyalang wajahnya."Iya aku sudah datang, apa kau saat ini terkejut melihat kedatanganku dengan tiba-tiba Arsen?" tanya Tuan Zu menatap nyalang wajah Arsen.Arsen hanya tertawa sumbang, ketika mendengar ucapan Tuan Zu kali ini."Apa kau bilang? Aku terkejut melihat dirimu? Bakhan aku tidak terkejut lagi bahwa kau ini adalah laki-laki buaya yang memiliki le
Aneisha tak memiliki pilihan lain selain harus melepaskan celana dalamnya sendiri.Meskipun Tuan Zu sudah beberapa kali melihat tubuh polosnya, Aneisha masih saja tetap malu jika harus bertelanj*ng bul*t di depannya saat ini."Kau jangan pernah merasa malu di depanku Ana," ucap Tuan Zu kepada Aneisha.Aneisha tampak memalingkan wajahnya karena masih saja tetap malu di depannya.Perlahan-lahan Tuan Zu mulai menghadap tubuh Aneisha yang polos itu menghadap tembok.Tuan Zu lalu menarik lengan bajunya sampai ke atas sikut. Ia melihat bekas luka yang saat ini terlihat sedikit mengering di punggungnya.Perlahan-lahan dia sirami tubuh pitihnya yang tak mulus itu dengan pancuran air shower.Aneisha tampak menggelinjang, ketika air itu mulai membasahi tubuhnya.Tuan Zu kemudian memegang luka Aneisha dengan satu jarinya dengan perlahan-lahan."Ehssss ....," desis Aneisha dengan menggenggam erat telapak tangannya."Apa ini sakit?" tanya Tuan Zu dengan berbisik di telinganya.Aneisha mengangguk d
Ketiga istri Tuan Zuan tampak begitu marah dan sudah mulai cemburu buta dengan Aneisha yang menjadi madu mereka.Sempat terbesit dalam pikiran mereka untuk menyingkirkan Aneisha secepatnya."Kau tidak adil kepada kami Tuan Zu," protes Lilian dengan nada mulai marah.Tuan Zu lalu mengarahkan attensinya ke arah Lilian."Apa kau bilang? Tidak adil pada kalian? Bukankah kalian juga sempat aku perlakukan seperti Ana saat ini?" jawab Tuan Zu dengan menatap nyalang ketiga istrinya secara bergantian."Apakah itu artinya kami tidak akan bisa menikmati masa-masa indah bersama dengan dirimu seperti waktu dulu lagi?" tanya Lilian dengan nada mulai memprotes."Kenapa? Apa kau mau protes kepadaku?" tanya Tuan Zu sengan tatapan penuh intimidasi."Iya. Aku protes Tuan, mengapa hanya Aneisha yang kau perlakuan seperti ini saja? Kenapa kau tidak memberikan kesempatan kepada kami seperti kau memberikan kesempatan kepada Aneisha?" protes Lilian dengan nada mulai marah."Kalian berbeda dengan gadis itu, d
Lelaki itu seolah lumpuh seketika saat Aneisha mengatakan isi hatinya."Apa yang terjadi dengan dirinya Tuhan, apa arti dari ucapannya itu? Apakah dia memiliki rasa dengan Kakak Zu?" tanyanya dalam hati.Beberapa saat kemudian Aneisha yang saat itu sedikit menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh ketika dirinya memeluk tubuh lelaki tersebut, ia segera mendongak dan menatap wajah lelaki yang ada depannya."Arsen," lirih Aneisha.Ketika Aneisha tak sengaja memeluk tubuh Arsen, tanpa di sadari oleh Aneisha dibelakangnya sudah berdiri Tuan Zu dengan sorot matanya yang tajam."Apa yang kau lakukan Ana?" Suara bariton Tuan Zu terdengar nyaring dari arah belakang.DegDegDegJantung Aneisha langsung mencelos ketika mendengar suara Tuan Zu kini berada di belakangnya.Aneisha lalu melepaskan pelukannya dan menoleh ke belakang.Tuan Zu menyorot matanya yang tajam ke arah Aneisha, wajahnya yang sudah terlihat sangat marah membuat Aneisha langsung ketakutan."T-tuan Zu, Aku ... Aku kira dia dirimu
Wanita itu ternyata membawa sebuah kotak berisikan sebuah hewan berbisa.Dia mulai melihat situasi disekililingnya sebelum mendekati ruangan isolasi yang ditempati oleh Aneisha."Sepertinya situasi ini sudah aman," monolog wanita itu sendiri.Iapun melangkahkan kakinya menuju ke arah ruangan tersebut, tanpa disadari oleh wanita itu dua orang pengawal melihat seorang wanita yang tak dikenali pengawal tersebut telah mendekati ruangan isolasi itu."Siapa wanita itu?" tanya seorang pengawal."Aku tidak tau, sebaiknya kau panggil Tuan Zu, biar aku yang membereskan wanita itu," balas Lim kepada temannya."Baik Kak." Balas teman Lim lalu segera beranjak pergi.Lim masih terus mengawasi wanita yang saat ini masih berdiri di sana.Wanita itu terlihat mengambil sebuah bangku lalu naik ke atas bangku tersebut."Siapa itu? Kaukah Tuan Zu?" Aneisha menyahuti saat mendengar suara gaduh dari luar ruangan isolasi tersebut."Terima ini Ana, selamat menikmati, ular ini akan membuatmu segera menemui aja
Arsen terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu kepada dirinya saat ini."Apa? Kau menaruh ular untuk mencelakai Aneisha? Apa kau sudah gila?" umpat Arsen.Wanita itu hanya terdiam dan tak berkata apapun kala itu.Rasa cemburunya mengalahkan akal sehatnya sendiri.Arsen yang saat itu tampak marah lalu segera meninggalkan wanita tersebut dan kini berlari menuju ke arah ruangan isolasi.Saat itulah tiba-tiba dia melihat Aneisha telah diangkut masuk ke dalam ambulance, segera Arsen berlari menuju ke arah ambulance tersebut. Namun, dengan cepat ambulance itu melaju meninggalkan kediaman Tuan Zu.Arsen lalu masuk ke dalam mobilnya dan segera melajukan mobilnya dengam cepet mengikuti ambulance itu.Tak selang beberapa lama kemudian ambulance tersebut akhirnya telah sampai di depan UGD.Dengan hati-hati Aneisha dikeluarkan dari dalam ambulance tersebut.Tuan Zu lalu segera masuk ke dalam UGD dan meminta semua Dokter yang ada di sana untuk segera memeriksa istrinya."Cepat
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk