Saat Aneisha terus menerus merancau menyebut nama Tuan Zu, bergegas Arsen beranjak berdiri dan sedikit menjauh dari bankar Aneisha.Tuan Zu bergegas menuju ke arah Aneisha lalu meraih tangannya dan mencium punggung tangannya."Kau sudah sadar Ana?" tanya Tuan Zu dengan nada lembut.Aneisha mengerjapkan kedua matanya lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.Beberapa menit kemudian dia menatap wajah Tuan Zuan yang saat itu tengah menatap dirinya dengan wajah sangat cemas."Ana, apa kau baik-baik saja?" tanya Tun Zu.Aneisha memalingkan wajahnya dengan cepat. Ia rasakan sangat marah ketika Tuan Zu dengan tega menghukum dirinya kembali.Tuan Zu tersenyum ketika Aneisha telah merajuk kepada dirinya saat ini."Kau merajuk kepadaku Ana?" tanya Tuan Zu dengan nada penuh menggoda.Aneisha tetap terdiam dan tak mengatakan apapun saat itu."Maafkan aku Ana, kau pasti sangat marah dan kesal kepadaku."Arsen tampak terdiam termangu sambil melirik ke arah Aneisha yang saat itu terlihat mer
Entah Aneisha harus menjawab apa saat ini, semakin hari Tuan Zu semakin meresahkan hatinya saat ini.Pesona pria tampan, tegas, arogan dan kejam melekat pada Tuan Zu yang saat ini banyak digandrungi oleh wanita-wanita cantik diluaran sana termasuk ketiga istrinya yang selalu berebut mendapatkan perhatian dan cinta dari Tuan Zu."Kenapa kau hanya terdiam Ana? Aku sedang bertanya kepadamu saat ini," tanya Tuan Zu menatap tajam ke arahnya.Aneisha mendongak dan menatap dirinya, ada rasa getaran hatinya yang kian lama kian membuncah.Aneisha tampaknya masih menyembunyikan perasaannya, ia masih ragu dengan hatinya saat ini."Bisakah kita pulang sekarang?" Aneisha berusaha mengalihkan pembicaraannya dari Tuan Zu."JAku akan mengajakmu pulang jika kau menjawab pertanyaanku, Aneisha," jawab Tuan Zu dengan menatap wajah Aneisha.Aneisha terlihat sangat gugup ketika Tuan Zuan masih menantikan jawaban darinya saat ini."Haruskah aku menjawabnya sekarang?" protes Aneisha dengan menatap malu wajah
Cellyn mengerutkan dahinya ketika mendengar Lilian berbicara."Bagaimana kau akan mengurusnya? Dia sangat susah diajak kerja sama saat ini." Balas Cellyn dengan mengusap wajahnya dengan kasar."Aku akan berbicara dengan dirinya nanti, kau jangan khawatir," balas Lilian dengan menenangkan Cellyn."Bagaimana aku tidak cemas saat ini, aku takut dia akan mengatakan itu kepada Tuan Zu," Cellyn berkata dengan nada mulai gemetar."Tidak mungkin, tak akan biarkan dia berbicara seperti itu kepada Tuan Zu," tegas Lilian menatap wajah Cellyn.Saat mereka tengah asyik mengobrol, tiba-tiba seseorang kini tengah keluar dari dalam lemari milik Lilian.Lelaki itu tiba-tiba jatuh dengan hanya memakai celana boxer dan sudah bertelanjang dada.Cellyn dan Lilian langsung terkejut ketika melihat seorang lelaki yang tak lain adalah pengawal Tuan Zu kini tengah keluar dari dalam sebuah lemari."Kau!" tunjul Cellyn dengan menunjuk ke arah pengawal tersebut.Lilian mendadak panik saat itu, dia menatap wajah P
Tuan Zu langsung terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pengawalnya tadi."Kau yakin bahwa itu adalah ketiga istriku?" "Tuan Zu bisa mendengar apa yang sudah saya rekam ini," balas Lim dengan memberikan bukti rekaman tersebut kepada Tuan Zu.Tuan Zu lalu mendengarkan rekaman tersebut dan tak lama kemudian iapun langsung mendadak kesal dan marah."Dari mana kau mendapatkan rekaman ini?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh menelisik."Aku yang telah merekam ini sendiri," balasnya dengan menundukkan kepalanya.Tuan Zu lalu mengarahkan dua mata elangnya ke arah mata pengawal Lim yang kini tak berani melihat kedua mata Tuan Zu."Maafkan aku Tuan," dengan nada bergetar Lim meminta maaf kepada Tuan Zu."Untuk apa kau meminta maaf?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajahnya dengan penuh curiga."Saya dan Nyonya pertama ...," Lim tak berani melanjutkan ucapannya."Kenapa kau dan Lilian?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah Lim dengan tatapan nyalang."Maaf Tuan Zu, saya tidak berniat unt
Lilian menangis sejadi-jadinya ketika Tuan Zuan memangkas rambutnya yang sangat panjang dan indah itu sampai menyisakan sedikit rambutnya."Kenapa kau lakukan ini kepadaku Tuan Zu? Kenapa kau percaya dengan apa yang dikatakan oleh dirinya? Bahkan dia dulu pernah berbuat itu kepada Aneisha, istri ke empatmu itu," Lilian masih saja berkelit dan terus menuduh Lim berbuat asusila dengan Aneisha.Lim mulai gusar ketika Lilian masih saja menuduh dan memfitnah dirinya saat ini. Ketika emosinya mulai meledak, Tuan Zu menghentikan Lim untuk membela dirinya terlebih dahulu."Tuan saya ingin berbicara," Lim berkata dengan wajah mulai marah."Aku tau dalam pikiranmu saat ini Lim, aku belum memberikan kesempatan untukmu berbicara, kembalilah ke tempatmu," jawab Tuan Zuan dengan mematap penuh wajah Lim."Tapi Tuan, saat ini dia terus memfitnah saya," protes Lim dengan wajah kesal.Tuan Zu mengarahkan pandangannya ke arah wajah Lim yang saat ini tengah menatap dirinya dengan tatapan nyalang."Kembal
Ketiga istri Tuan Zu tampak menjerit histeris ketika mereka hendak dibawa oleh pengawal Tuan Zu menuju ke arah ruangan pengasingan.Mereka bertiga bersujud di kaki Tuan Zu untuk meminta pengampunan. Namun, Tuan Zu menolak dan tetap meminta para pengawalnya untuk segera membawa mereka menuju ke arah ruang pangasingan."Bawa mereka bertiga menuju ke ruang pengasingan, jangan biarkan mereka meloloskan diri dari sana, terapkan hukuman yang biasanya aku berikan kepada para pengkhianat di dalam sana. Berikan makanan sederhana untuk mereka makan saat berada di sana," pesan Tuan Zu kepada para pengawalnya."Baik Tuan Zu," balas mereka dengan membungkukkan punggungnya."Tidak Tuan Zu, tolong maafkan kami Tuan, tolong jangan hukum kami di ruangan gelap itu Tuan, aku mohon kepadamu." Ucap Lilian dengan terus bersimpuh di depannya saat ini.Tuan Zu menatap sinis wajah Lilian yang sudah tega mengkhianati dirinya kali ini. Entah mengapa dia tak sedikitpun mau mengakui bahwa dirinya benar-benar suda
Aneisha menoleh ke arah Tuan Zu saat dirinya tengah memanggil dirinya.Tuan Zu bergegas ke arah Aneisha dan mulai duduk didekatnya."Kau sudah datang Tuan Zu, apa urusanmu sudah selesai?" tanya Aneisha dengan nada lemah."Sudah Ana, kenapa kau begitu cepat terbangun?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah Aneisha."Aku tidak bisa tidur Tuan Zu, saat ini aku masih trauma tinggal sendiri," jawab Aneisha dengan wajah sedih.Tuan Zu tersenyum dan tak lama kemudian dirinya langsung memeluknya dan mencium pucuk kepalanya dengan mesra.Aneisha tanpa sadar mulai menyenderkan kepalanya ke dada bidang Tuan Zu, dia perlahan-lahan merasakan kehangatan dari tubuh Tuan Zu."Jangan tinggalkan aku sendiri Tuan, aku takut tinggal sendiri," ucap Aneisha dengan nada sedih.Tuan Zu tersenyum senang ketika mendengar istrinya betkata seperti itu."Aku tidak akan pergi meninggalkan dirimu Aneisha, tidurlah kembali, aku akan menjagamu sekarang," balas Tuan Zu dengan memeluk Aneisha dan mencium pucuk kepalanya.
Arsen menangis dalam ketiak berdayannya saat ini. Wajahnya tampannya kini terlihat sangat kusut karena menahan kesedihannya saat kekasihnya kini menjadi istri kakak tirinya.Naima menatap wajah Arsen dengan tatapan iba, entah mengapa sampai sekarang dirinya masih belum juga bisa melupakan Aneisha."Tuan Muda, makanlah!" Naima menaruh nampan berisikan makanan di atas meja, ia kemudian menutup tirai kamar milik Arsen lalu mendekati dirinya.Perlahan ia memeluk tubuhnya dan memberikan kehangatan kasih sayang sebagai seorang ibu angkat untuk Arsen."Jangan menangis Tuan Muda, aku yakin kau bisa melewatinya. Lupakanlah dia Tuan, Nyonya Muda Zu bukan milikmu lagi," tutur Naima mencoba untuk memberikan pengertian kepada Arsen."Mengapa aku tidak bisa melupakan Aneisha, dia begitu berati bagiku Naima, dia terlalu berharga untuk dilupakan." Arsen berkata dengan menepuk dadanya yang terasa sesak baginya.Naima hanya terdiam dan tak bia berkata-kata lagi.Ia cukup mengerti dengan apa yang diras