Flashback OnGeo menghadap Tuan Zu saat ia sudah miliki informasi siapa orang tua Aneisha."Bagaimana hasil pemyelidikanmu Geo?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh menelisik.Geo kemudian menatap wajah Tuan Zuan dengan perasaan cemas."Maaf Tuan, sebenarnya ....," ucapannya terpotong ketika ia takut untuk menyampaikan ini kepada Tuan Zu.Tuan Zu kemudian menatap dirinya dengan tatapan penuh intimidasi. Tuan Zu merasakan jika saat ini Geo tengah menyimpan sesuatu darinya."Katakan apa hasil penyelidikanmu?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh menelisik."Maaf Tuan sebenarnya orang tua Nyonya Muda ke-4 adalah dua orang yang menyamar menjadi seorang warga biasa," jawab Geo dengan bibir mulai bergetar.Tuan Zu mengernyitkan dahinya dan mulai mengintrigasinya lebih dalm lagi."Apa maksud dengan ucapanmu Geo? Kau jangan berbelit-belit," balas Tuan Zu dengan menatap tajam wajah Geo."Mereka berdua adalah anak buah dari Tuan Khong, Mafia dunia hitam musuh bebuyutan kita Tuan. Mereka sepertinya
Lilian tak memiliki pilihan lain ketika Naima membawa nampan makanan untuk makan malamnya selain menerima makanan tersebut."Berikan kepadaku!" Lilian menarik kembali nampan makanan itu dari Naima.Naima tersenyum miring melihatnya, entah mengapa dirinya benar-benar sangat kesal ketika melihat Lilian yang terlalu banyak menuntut saat menjalani hukumannya."Bagus Nyonya Pertama, jangan melewatkan sesuatu yang tak akan bisa kau dapatkan kembali setelah kau menolak apa yang sudah menjadi milikmu," ujar Naima dengan menyorot tajam pandangannya ke arah Lilian.Lilian menggenggam erat pakaian miliknya ketika Naima sedang mencibir dirinya saat ini."Sialan, wanita ini memang membuatku sangat muak, ingat Naima, aku akan segera menyingkirkan dirimu setelah aku keluar dari sini," gumam Lilian dalam hati."Kau jangan memandangku bengis seperti itu Nyonya, aku tau jika kau saat ini begitu ingin menyingkirkan diriku bukan?" sindir Naima seolah tau dengan apa yang dipikirkan oleh Lilian kali ini."
Aneisha terisak ketika Tuan Zu menagatakan akan menghukum dirinya. Ia mengeratkan handuk putihnya yang menutupi sebagian tubuhnya.Tuan Zu terlihat sangat marah ketika jarum infusnya terlepas dari tangannya.Tanpa menagatakan apapun, Tuan Zu lalu menarik handuk putih tersebut dengan cepat.Sreeeet ....Seketika tubuh Aneishapun kini terlihat polos. Tuan Zu kemudian mengambil pakaian dalam dan gaun untuk Aneisha, ia lalu memakaikannya sendiri pakaian itu kepada Aneisha.Aneisha terlihat gemetar ketika Tuan Zu mulai murka dan marah kepada dirinya."Jika lain kali kau seperti ini, aku akan membuatmu menerima hukuman yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya, Ana," ancam Tuan Zu dengan mendekatkan wajahnya ke arah wajah Aneisha dan menatap dirinya penuh intimidasi."Hiks, maafkan aku Tuan," ucap Aneisha dengan nada penuh penyesalan."Untuk apa? Kau sudah terlalu bebal untuk di kasih tau Ana, harusnya kau menerima hukuman dariku saat ini," balas Tuan Zu dengan nada marahnya.Tak selang bebe
Aneisha makin tersipu malu ketika mendengar ucapan kata i love you dari Tuan Zuan.Dadanya makin kian terasa berdegub dengan kencang, hatinya mulai berbunga-bunga, entah mengapa perasaan ini tiba-tiba menghinggap di hatinya.Baru pertama kali ini dirinya merasakan sesuatu getaran dan gejolak yang membara. Aneisha lalu menutup kedua matanya, pikirannya mulai menjelajah kemana-mana.Perlahan-lahan dia mulai merasakan sentuhan bibir yang menyapu bibirnya. Aneisha tak berani membuka matanya, ia menganggap semua yang dia rasakan ini adalah alam bawa sadarnya."Kenapa aku merasakan bibirnya? Kenapa tiba-tiba aku mendamba ciumannya, sentuhannya dan kata-kata manisnya? Ya Tuhan, kenapa hatiku ini begitu rapuh dan goyah saat mendengar kata cinta dari Tuan Zu?" ucap Aneisha dalam hatinya.Tuan Zu makin memperdalam ciumannya ketika Aneisha masih berpikir bahwa ini adalah angan pikirannya sendiri."Balas ciumanku Ana, balas dan lumatlah bibirku lebih dalam," bisik Tuan Zu yang seakan mampu menghi
Cukup lama Aneisha memandangi Arsen yang saat itu sedang berenang di bawah balkon kamarnya.Perlahan-lahan dia mengingat kenangan ketika dirinya bersama dengan dirinya.Aneisha tersenyum ketika ia mengingat Arsen pertama kali menyatakan cintanya kepadanya lalu melamarnya.Aneisha terlihat sedang bergelayut dalam pikirannya sendiri.Tak lama kemudian dirinya langsung tersadar ketika Arsen berteriak di bawah sana."Tuhan, kenapa takdir ini membuatku semakin sakit? Sungguh sulit aku melupakan dia, sungguh sakit saat melihat dia bersamanya, tolong aku, Tuhan." Arsen berterik dengan melayangkan pukulannya di udara.Mendengar curahan isi hati Arsen, membuat Aneisha harus menutup mulutnya sendiri, hatinya kembali rapuh.Aneisha lalu memundurkan langkah kakinya ke belakang, saat Arsen mengarahkan attensinya ke arahnya."Kau mendengarku An? Apa kau mendengar isi hatiku saat ini, An? Kau tak tau betapa sakitnya hatiku melihatmu berciuman dengan kakakku, An." Teriak Arsen dari bawah dengan menep
Merasa makanannya tidak seperti kemarin malam bahkan lebih parah dari kemarin malam, kali ini Lilian terlihat protes beberapa kali kepada pelayan tersebut."Kau kira aku ini siapa? Aku adalah Nyonya besar, istri pertama Tuan Zu. Makanan seperti ini kau sajikan untuk diriku? Apa kau tak memiliki akal sehat?" hardik Lilian kepada sang pelayan.Pelayan itupun terlihat ketakutan saat Lilian mulai memarahi dirinya perihal makanan yang tak sesuai dengan keinginannya.Lilian melihat ke arah piring, terlihat ada bubur dari beras biasa dan hanya diberikan irisan daging ayam di atasnya. Ia tak peenah memakan makanan seperti ini, dan baru pertama kali ini dia harus merasakan makanan yang menurutnya pantas disajikan untuk orang yang sakit."Kau saja yang makan makanan ini," geram Lilian menatap wajah pelayan tersebut.Pelayan itu langsung menunduk, terlihat wajahnya sudah mulai ketakutan."Maaf Nyonya, saya hanya diperintahkan oleh kepala pelayan untuk mengantarkan makanan ini ke sini," jawab pe
Dengan memakai kursi roda, Aneisha di dorong oleh Lim berkeling menuju ke sebuah taman.Saat mereka sebuah kolam, Aneisha meminta Lim untuk menghentikan dirinya mendorong kursi roda tersebut."Tolong hentikan! Jangan dorong kursi roda ini," pinta Aneisha.Lim seketika langsung menghentikan langkah kakinya dan tak lama kemudian Aneisha melihat ke arah depan.Arsen sedang lincah berenang di dalam kolam renang, Aneisha tersenyum tatkala melihat otot-otot kekar Arsen sudah terpampang jelas ketika dia berenamg hanya memakai celana renangnya.Lim lalu melirik ke arah Aneisha yang saat ini tengah tersenyum melihat Arsen smtengah berenang di sana."Jaga pandanganmu Nyona Muda Zu," Lim mengingatkan Aneisha.Seketika Aneisha langsung terkejut dan mulai mengalihkan pandangannya ke arah lain.Wajahnya mulai gugup dan berusaha untuk bersikap tenang ketika Lim saat ini sedang menyorotinya."A-apa maksud ucapanmu?" tanya Aneisha dengan nada gugupnya."Nyonya Muda kira aku tidak memperhatikan dirimu
Aneisha terkejut mendengar penuturan dari Arsen.Arsen yang melihat tangan Aneisha yang saat itu tengah diborgol segera membuka borgolnya dengan sebuah kawat yang tak sengaja ditemukan di tanah.Ia lalu membuka borgol tersebut dengan cepat dan tak lama kemudian ia langsung menarik tangan Aneisha untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, dengan keras Aneisha menolak ajakan Arsen."Tidak, lepaskan aku Arsen." Aneisha berkata dengan mencoba melepaskan tangan Arsen."Ikut denganku Aneisha, aku akan membawamu pergi dari sini, aku akan membebaskanmu dari Kak Zuan, kita akan pergi yang jauh dari sini." Paksa Arsen dengan menarik tangan Aneisha dengan keras.Seketika tangan Aneisha langsung bisa ditarik oleh Arsen dengan cepat.Aneisha mencoba untuk memberontak. Namun, dengan cepat Arsen berhasil menguasai tubuhnya."Ikut aku Anes, aku tidak mau kau tersiksa di sini," Arsen berkata dengan nada marah."Aku mohon lepaskan aku, Arsen. Tuan Zu akan marah kepadaku, dia tidak akan membiarkan dirik