Arsen mulai murka, sorot matanya tajam dan sudah terlihat kemerahan menunjukkan dirinya benar-benar sangat murka.Aneisha terlihat takut ketika melihat sorot mata Arsen yang menunjukkan kemarahan. Perlahan-lahan Aneisha memundurkan langkah kakinya ketika melihat Arsen sudah mulai mengintimidasi dirinya.Arsen mulai mendekat ke arah Aneisha ketika dirinya melihat Aneisha memundurkan langkah kakinya.Ia tak terima ketika Aneisha mencoba menghindari dirinya."Kenapa kau menghindari diriku Aneisha? Kenapa kau seperti ketakutan saat melihatku?" Kata Arsen dengan terus mendekati Aneisha dengan penuh intimidas"Tolong, tolong jangan mendekat ke arahku Arsen, menjauh dariku," usir Aneisha dengan wajah ketakutan.Arsen tersinggung ketika mendengar Aneisha yang saat ini tengah mengusir dirinya."Kau menginginkan aku menjauhi dirimu? Kenapa Anes? Kenapa kau tak ingin mendekati diriku seperti biasanya? Apakah ini karena Zuan? Katakan!" sentak Arsen dengan nada penuh kemarahan.DegDegDegJantun
Aneisha terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Arsen saat ini, mulutnya menganga dan tak lama kemudian dia langsung menutup mulutnya dengan satu tangannya.Aneisha menggelengkan kepalanya tak percaya, Arsen terlihat sedang mengedipkan sebelah matanya ke arah Aneisha dan tak lama kemudian dirinya berpura-pura dan berakting kepada Tuan Zu dengan wajah cemasnya."Bagaimana keadaannya? Maaf aku tak bisa menghalangi anak buah Tuan Wu saat menyakiti istrimu," bohong Arsen dengan wajah penuh meyakinkan.Aneisha hanya bisa menangis dan menggelengkan kepalanya ketika melihat Arsen yang sudah memutar balikkan fakta.Aneisha ingin sekali jika saat ini dirinya memberitahukan kepada Tuan Zuan bahwa orang yang saat itu menyakiti dirinya adalah Arsen. Namun, tentunya dia tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan. "Ana, kau tidak apa-apa?" tanya Tuan Zu dengan menyingkirkan anak rambut Aneisha yang saat ini sedang menutupi wajahnya."Tolong obati kakiku Tuan, kakiku sakit sekali, hiks," rintih
Tuan Zu mulai terdiam dan kini tampak sedang berpikir, kedua netranya kini menatap wajah Lim seolah sedang mencari sebuah jawaban di sana."Apa yang kau katakan Lim? Apa kau saat ini meragukan adikku?" tanya Tuan Zu dengan menatap Lim penuh menelisik."Saya tidak mau berspekulasi Tuan, hanya saja saya saat ini sedang memyampaikan keadaan yang sebenarnya." Balas Lim dengan menundukkan kepalanya.Tuan Zuan berpikir sejenak, dia terlihat mulai mencerna kata-kata Lim yang mengatakan bahwa pengamanan di rumahnya saat itu masih sangat ketat dan tidak mungkin jika anak buah Tuan Wu berani menyusup di sana."Lakukan penyelidikanmu, jangan pernah menuduh seseorang yang tak bersalah," pesan Tuan Zu kepada Lim."Baik Tuan, akan segera saya lakukan penyelidikan," jawab Lim dengan menundukkan kepalanya.Setelah berbicara dengan Lim, kini Tuan Zu langsung bergegas pergi meninggalkan ruang kerjanya dan berjalan menuju ke arah kamarnya.Saat dia kembali ke kamarnya, Tuan Zu sudah melihat tubuh dan p
Arsen mulai cemas ketika Naima kini mencium kecurigaannya kepada dirinya, sebisa mungkin Arsen mulai menutupi rasa kegugupannya di depan Naima.Botol wine ia angkat lalu dia tuangkan ke dalam gelasnya dan segera meminumnya, Arsen berusaha sekuat tenaganya untuk tidak memperlihatkan wajah gugupnya di depan Naima yang kini menatap dirinya penuh menelisik. "Kau jangan memandangiku seperti itu, apa kau saat ini menuduhku?" protes Arsen dengan nada mulai kesal.Naima tersenyum miring ke arahnya, ia menggelengkan kepalanya dan terlihat melipatkan kedua tangannya ke depan dadanya."Aku tidak menuduhmu, sikapmu yang saat ini menunjukkan bahwa kau tengah berbohong sudah cukup jelas mengabarkan hatimu saat ini." Balas Naima dengan berjalan ke arahnya.Deg...Jantung Arsen langsung berdegub dengan kencang ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Naima saat ini."Aku tidak berbohong, kau jangan mengada-ada, aku bahkan tidak tau apa yang terjadi dengan istri kakak Zu saat ini," elaknya dengan waj
Aneisha tak menyangka jika saat ini dirinya mulai merasakan sesuatu yang tak biasa dalam hatinya.Ketika Tuan Zu menanyakan tentang perasaannya kepada dirinya."Kau belum menjawabku Ana, apa diriku saat ini bisa meresahkan hatimu?" Tanya Tuan Zu dengan mengangkat dagunya dengan satu jarinya.Blush .....Seketika wajah Aneisha langsung memerah ketika Tuan Zu kini mulai mengarahkan kedua mata elangnya menyorot wajahnya."Katakan Ana? Meskipun aku tau bahasa tubuhmu mengatakan bahwa kau saat ini memang memiliki rasa kepadaku. Namun, aku ingin mendengar itu dari mulutmu" ucap Tuan Zu menatap sendu wajah Aneisha."Apakah tak cukup dengan bahasa tubuhku saja untuk bisa memberikan jawaban atas pertanyaanmu, Tuan Zu? Kenapa kau selalu memaksakan kehendakmu," balas Aneisha dengan malu-malu."Kau pandai sekali memberikan jawaban, apa susahnya jika kau mengatakan kalau kau saat ini sudah jatuh hati kepadaku? Apa yang membuatmu ragu untuk mengatakan 'aku mencintaimu, Tuan Zu' bukankah dengan begi
Setelah kegiatan panasnya berbagi peluh kenikmatan, Tuan Zu yang saat itu sedikit merebahkan tubuhnya yang masih lemas di pembaringan bersama Aneisha, kini mulai beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandinya."Tuan Zu, kau mau kemana?" tanya Aneisha dengan suara manjanya."Aku harus membersihkan tubuhku Ana, aku akan terlambat jika tidak segera mandi sekarang," jawab Tuan Zu.Aneisha lalu mengganti posisinya menjadi duduk dengan menutupi tubuhnya dengan selimut.Tuan Zu lalu mendekati dirinya dan sekarang diapun perlahan-lahan mulai mencium bibirnya dan kemudian menatap wajah Aneisha."Ada apa Ana?" tanya Tuan Zu menatap teduh manik netranya."Tidak Tuan Aku han ____"CupKembali Tuan Zu melumat bibir Aneisha hingga basah dan kemudian dia sapu bibir basahnya dengan ibu jarinya."Aku akan segera pulang, aku harus bekerja Ana, sudah lama aku tidak terlalu fokus pada pekerjaanku." Ujar Tuan Zu dengan menyapu lembut wajah Aneisha.Aneisha mengangguk menatap wajah Tuan Zuan yang k
Setelah Tuan Zu berangkat ke kantornya, terlihat ketiga istri Tuan Zu sedang berkumpul di sebuah ruangan untuk membicarakan tentang rencana untuk menyingkirkan Aneisha secepatnya."Kalian lihat sendiri bukan? Betapa Tuan Zu memberikan tempat yang terbaik untuk Aneisha," Kata Lilian dengan nada sedikit marah."Lalu bagaimana kita harus menyingkirkan wanita itu dari sini? Aku tak mau jika Tuan Zu akan semakin sayang dengan dirinya," sahit Cellyn dengan nada mulai cemas."Dua hari lagi ulang tahun Tuan Zu saat itulah banyak para tamu undangan yang akan hadir, kita akan lakukan rencana untuk menyingkirkan Aneisha dengan cara membuat dirinya memperlakukan dirinya sendiri, bagaimana?" ucap Lilian dengan tersenyum smirk."Bagimana caranya kita memperlakukan dirinya? Kita bahkan tidak bisa mendekati dirinya lagi," balas Jenny dengan nada mulai kesal."Kalian serahkan semua ini kepadaku, aku akan membuat sesuatu yang tak terduga nantinya." Jawab Lilian dengan menenggak wine yang sudah dituang
Bugh ...bugh ....bugh .....Seketika pukulan pengawal tersebut langsung mendarat di wajah dan perutnya.Arsen langsung tersungkur dan tak lama kemudian pengawal tersebut langsung menarik Aneisha ke arah mereka."Jangan berani-beraninya Tuan Muda Arsen mengganggu Nyonya Muda Zu, atau Tuan Muda Arsen akan saya adukan kepada Tuan Zu," ancam pengawal tersebut dengan menatap penuh wajah Arsen.Arsen terlihat sedang tertawa sumbang dia mulai menghapus darah yang ada di sudut bibirnya dengan menatap nanar wajah Aneisha yang saat ini tengah ketakutan tak mengatakan apapun saat itu.Kedua pengawal tersebut lalu membawa Aneisha masuk ke dalam rumahnya dan meminta para pengawal lain untuk ikut mengawal Aneisha.Saat itulah Arsen langsung bergegas menuju ke kamarnya dengan perasaan mulai tak karuan.Arsen langsung membuka pintu kamar dengan kasar.Braaaakk!Arsen lalu masuk dan meninju cermin yang ada di depannya dengan keras.Pyaaaaar!Seketika kaca itupun langsung pecah dan serpihannya jatuh di
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk