Aneisha terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Arsen saat ini, mulutnya menganga dan tak lama kemudian dia langsung menutup mulutnya dengan satu tangannya.Aneisha menggelengkan kepalanya tak percaya, Arsen terlihat sedang mengedipkan sebelah matanya ke arah Aneisha dan tak lama kemudian dirinya berpura-pura dan berakting kepada Tuan Zu dengan wajah cemasnya."Bagaimana keadaannya? Maaf aku tak bisa menghalangi anak buah Tuan Wu saat menyakiti istrimu," bohong Arsen dengan wajah penuh meyakinkan.Aneisha hanya bisa menangis dan menggelengkan kepalanya ketika melihat Arsen yang sudah memutar balikkan fakta.Aneisha ingin sekali jika saat ini dirinya memberitahukan kepada Tuan Zuan bahwa orang yang saat itu menyakiti dirinya adalah Arsen. Namun, tentunya dia tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan. "Ana, kau tidak apa-apa?" tanya Tuan Zu dengan menyingkirkan anak rambut Aneisha yang saat ini sedang menutupi wajahnya."Tolong obati kakiku Tuan, kakiku sakit sekali, hiks," rintih
Tuan Zu mulai terdiam dan kini tampak sedang berpikir, kedua netranya kini menatap wajah Lim seolah sedang mencari sebuah jawaban di sana."Apa yang kau katakan Lim? Apa kau saat ini meragukan adikku?" tanya Tuan Zu dengan menatap Lim penuh menelisik."Saya tidak mau berspekulasi Tuan, hanya saja saya saat ini sedang memyampaikan keadaan yang sebenarnya." Balas Lim dengan menundukkan kepalanya.Tuan Zuan berpikir sejenak, dia terlihat mulai mencerna kata-kata Lim yang mengatakan bahwa pengamanan di rumahnya saat itu masih sangat ketat dan tidak mungkin jika anak buah Tuan Wu berani menyusup di sana."Lakukan penyelidikanmu, jangan pernah menuduh seseorang yang tak bersalah," pesan Tuan Zu kepada Lim."Baik Tuan, akan segera saya lakukan penyelidikan," jawab Lim dengan menundukkan kepalanya.Setelah berbicara dengan Lim, kini Tuan Zu langsung bergegas pergi meninggalkan ruang kerjanya dan berjalan menuju ke arah kamarnya.Saat dia kembali ke kamarnya, Tuan Zu sudah melihat tubuh dan p
Arsen mulai cemas ketika Naima kini mencium kecurigaannya kepada dirinya, sebisa mungkin Arsen mulai menutupi rasa kegugupannya di depan Naima.Botol wine ia angkat lalu dia tuangkan ke dalam gelasnya dan segera meminumnya, Arsen berusaha sekuat tenaganya untuk tidak memperlihatkan wajah gugupnya di depan Naima yang kini menatap dirinya penuh menelisik. "Kau jangan memandangiku seperti itu, apa kau saat ini menuduhku?" protes Arsen dengan nada mulai kesal.Naima tersenyum miring ke arahnya, ia menggelengkan kepalanya dan terlihat melipatkan kedua tangannya ke depan dadanya."Aku tidak menuduhmu, sikapmu yang saat ini menunjukkan bahwa kau tengah berbohong sudah cukup jelas mengabarkan hatimu saat ini." Balas Naima dengan berjalan ke arahnya.Deg...Jantung Arsen langsung berdegub dengan kencang ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Naima saat ini."Aku tidak berbohong, kau jangan mengada-ada, aku bahkan tidak tau apa yang terjadi dengan istri kakak Zu saat ini," elaknya dengan waj
Aneisha tak menyangka jika saat ini dirinya mulai merasakan sesuatu yang tak biasa dalam hatinya.Ketika Tuan Zu menanyakan tentang perasaannya kepada dirinya."Kau belum menjawabku Ana, apa diriku saat ini bisa meresahkan hatimu?" Tanya Tuan Zu dengan mengangkat dagunya dengan satu jarinya.Blush .....Seketika wajah Aneisha langsung memerah ketika Tuan Zu kini mulai mengarahkan kedua mata elangnya menyorot wajahnya."Katakan Ana? Meskipun aku tau bahasa tubuhmu mengatakan bahwa kau saat ini memang memiliki rasa kepadaku. Namun, aku ingin mendengar itu dari mulutmu" ucap Tuan Zu menatap sendu wajah Aneisha."Apakah tak cukup dengan bahasa tubuhku saja untuk bisa memberikan jawaban atas pertanyaanmu, Tuan Zu? Kenapa kau selalu memaksakan kehendakmu," balas Aneisha dengan malu-malu."Kau pandai sekali memberikan jawaban, apa susahnya jika kau mengatakan kalau kau saat ini sudah jatuh hati kepadaku? Apa yang membuatmu ragu untuk mengatakan 'aku mencintaimu, Tuan Zu' bukankah dengan begi
Setelah kegiatan panasnya berbagi peluh kenikmatan, Tuan Zu yang saat itu sedikit merebahkan tubuhnya yang masih lemas di pembaringan bersama Aneisha, kini mulai beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandinya."Tuan Zu, kau mau kemana?" tanya Aneisha dengan suara manjanya."Aku harus membersihkan tubuhku Ana, aku akan terlambat jika tidak segera mandi sekarang," jawab Tuan Zu.Aneisha lalu mengganti posisinya menjadi duduk dengan menutupi tubuhnya dengan selimut.Tuan Zu lalu mendekati dirinya dan sekarang diapun perlahan-lahan mulai mencium bibirnya dan kemudian menatap wajah Aneisha."Ada apa Ana?" tanya Tuan Zu menatap teduh manik netranya."Tidak Tuan Aku han ____"CupKembali Tuan Zu melumat bibir Aneisha hingga basah dan kemudian dia sapu bibir basahnya dengan ibu jarinya."Aku akan segera pulang, aku harus bekerja Ana, sudah lama aku tidak terlalu fokus pada pekerjaanku." Ujar Tuan Zu dengan menyapu lembut wajah Aneisha.Aneisha mengangguk menatap wajah Tuan Zuan yang k
Setelah Tuan Zu berangkat ke kantornya, terlihat ketiga istri Tuan Zu sedang berkumpul di sebuah ruangan untuk membicarakan tentang rencana untuk menyingkirkan Aneisha secepatnya."Kalian lihat sendiri bukan? Betapa Tuan Zu memberikan tempat yang terbaik untuk Aneisha," Kata Lilian dengan nada sedikit marah."Lalu bagaimana kita harus menyingkirkan wanita itu dari sini? Aku tak mau jika Tuan Zu akan semakin sayang dengan dirinya," sahit Cellyn dengan nada mulai cemas."Dua hari lagi ulang tahun Tuan Zu saat itulah banyak para tamu undangan yang akan hadir, kita akan lakukan rencana untuk menyingkirkan Aneisha dengan cara membuat dirinya memperlakukan dirinya sendiri, bagaimana?" ucap Lilian dengan tersenyum smirk."Bagimana caranya kita memperlakukan dirinya? Kita bahkan tidak bisa mendekati dirinya lagi," balas Jenny dengan nada mulai kesal."Kalian serahkan semua ini kepadaku, aku akan membuat sesuatu yang tak terduga nantinya." Jawab Lilian dengan menenggak wine yang sudah dituang
Bugh ...bugh ....bugh .....Seketika pukulan pengawal tersebut langsung mendarat di wajah dan perutnya.Arsen langsung tersungkur dan tak lama kemudian pengawal tersebut langsung menarik Aneisha ke arah mereka."Jangan berani-beraninya Tuan Muda Arsen mengganggu Nyonya Muda Zu, atau Tuan Muda Arsen akan saya adukan kepada Tuan Zu," ancam pengawal tersebut dengan menatap penuh wajah Arsen.Arsen terlihat sedang tertawa sumbang dia mulai menghapus darah yang ada di sudut bibirnya dengan menatap nanar wajah Aneisha yang saat ini tengah ketakutan tak mengatakan apapun saat itu.Kedua pengawal tersebut lalu membawa Aneisha masuk ke dalam rumahnya dan meminta para pengawal lain untuk ikut mengawal Aneisha.Saat itulah Arsen langsung bergegas menuju ke kamarnya dengan perasaan mulai tak karuan.Arsen langsung membuka pintu kamar dengan kasar.Braaaakk!Arsen lalu masuk dan meninju cermin yang ada di depannya dengan keras.Pyaaaaar!Seketika kaca itupun langsung pecah dan serpihannya jatuh di
Entah mengapa Tuan Zu saat itu tiba-tiba marah kepada dirinya. Tuan Wu yang tak tau akan apa yang dipikirkan oleh Tuan Zu saat ini mulai membatin sendiri dengan perubahan sikap Tuan Zu kepasa dirinya saat ini."Ada apa Zu? Kenapa kau sepertinya sedang marah, apa kau saat ini ada masalah?" tanya Tuan Wu dengan baik-baik."Kau jangan berpura-pura baik kepadaku Wu, mengapa kau begitu tega ingin membawa Aneisha saat itu," geram Tuan Zu dengan wajah marah."Apa maksud ucapanmu?" tanya Tuan Wu tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Kau yang mengirim anak buahmu ke rumahku dan hendak membawa Aneisha pergi dari sana, bukan?" tuduh Tuan Zu"Kau sudah gila? Aku bahkan tidak mengenal siapa Aneisha. Kau jangan membual Zuan," jawab Tuan Wu dengan wajah bingungnya."Kau tidak usah berpura-pura tidak mengenali istriku, apa kau tertarik dengan istri ke empatku, hingga kau ingin menculik dirinya saat berada di sebuah taman sendiri?" "Apa? Aku tertarik dengan istrimu? Dan aku ingin menc