Setelah kegiatan panasnya berbagi peluh kenikmatan, Tuan Zu yang saat itu sedikit merebahkan tubuhnya yang masih lemas di pembaringan bersama Aneisha, kini mulai beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandinya."Tuan Zu, kau mau kemana?" tanya Aneisha dengan suara manjanya."Aku harus membersihkan tubuhku Ana, aku akan terlambat jika tidak segera mandi sekarang," jawab Tuan Zu.Aneisha lalu mengganti posisinya menjadi duduk dengan menutupi tubuhnya dengan selimut.Tuan Zu lalu mendekati dirinya dan sekarang diapun perlahan-lahan mulai mencium bibirnya dan kemudian menatap wajah Aneisha."Ada apa Ana?" tanya Tuan Zu menatap teduh manik netranya."Tidak Tuan Aku han ____"CupKembali Tuan Zu melumat bibir Aneisha hingga basah dan kemudian dia sapu bibir basahnya dengan ibu jarinya."Aku akan segera pulang, aku harus bekerja Ana, sudah lama aku tidak terlalu fokus pada pekerjaanku." Ujar Tuan Zu dengan menyapu lembut wajah Aneisha.Aneisha mengangguk menatap wajah Tuan Zuan yang k
Setelah Tuan Zu berangkat ke kantornya, terlihat ketiga istri Tuan Zu sedang berkumpul di sebuah ruangan untuk membicarakan tentang rencana untuk menyingkirkan Aneisha secepatnya."Kalian lihat sendiri bukan? Betapa Tuan Zu memberikan tempat yang terbaik untuk Aneisha," Kata Lilian dengan nada sedikit marah."Lalu bagaimana kita harus menyingkirkan wanita itu dari sini? Aku tak mau jika Tuan Zu akan semakin sayang dengan dirinya," sahit Cellyn dengan nada mulai cemas."Dua hari lagi ulang tahun Tuan Zu saat itulah banyak para tamu undangan yang akan hadir, kita akan lakukan rencana untuk menyingkirkan Aneisha dengan cara membuat dirinya memperlakukan dirinya sendiri, bagaimana?" ucap Lilian dengan tersenyum smirk."Bagimana caranya kita memperlakukan dirinya? Kita bahkan tidak bisa mendekati dirinya lagi," balas Jenny dengan nada mulai kesal."Kalian serahkan semua ini kepadaku, aku akan membuat sesuatu yang tak terduga nantinya." Jawab Lilian dengan menenggak wine yang sudah dituang
Bugh ...bugh ....bugh .....Seketika pukulan pengawal tersebut langsung mendarat di wajah dan perutnya.Arsen langsung tersungkur dan tak lama kemudian pengawal tersebut langsung menarik Aneisha ke arah mereka."Jangan berani-beraninya Tuan Muda Arsen mengganggu Nyonya Muda Zu, atau Tuan Muda Arsen akan saya adukan kepada Tuan Zu," ancam pengawal tersebut dengan menatap penuh wajah Arsen.Arsen terlihat sedang tertawa sumbang dia mulai menghapus darah yang ada di sudut bibirnya dengan menatap nanar wajah Aneisha yang saat ini tengah ketakutan tak mengatakan apapun saat itu.Kedua pengawal tersebut lalu membawa Aneisha masuk ke dalam rumahnya dan meminta para pengawal lain untuk ikut mengawal Aneisha.Saat itulah Arsen langsung bergegas menuju ke kamarnya dengan perasaan mulai tak karuan.Arsen langsung membuka pintu kamar dengan kasar.Braaaakk!Arsen lalu masuk dan meninju cermin yang ada di depannya dengan keras.Pyaaaaar!Seketika kaca itupun langsung pecah dan serpihannya jatuh di
Entah mengapa Tuan Zu saat itu tiba-tiba marah kepada dirinya. Tuan Wu yang tak tau akan apa yang dipikirkan oleh Tuan Zu saat ini mulai membatin sendiri dengan perubahan sikap Tuan Zu kepasa dirinya saat ini."Ada apa Zu? Kenapa kau sepertinya sedang marah, apa kau saat ini ada masalah?" tanya Tuan Wu dengan baik-baik."Kau jangan berpura-pura baik kepadaku Wu, mengapa kau begitu tega ingin membawa Aneisha saat itu," geram Tuan Zu dengan wajah marah."Apa maksud ucapanmu?" tanya Tuan Wu tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Kau yang mengirim anak buahmu ke rumahku dan hendak membawa Aneisha pergi dari sana, bukan?" tuduh Tuan Zu"Kau sudah gila? Aku bahkan tidak mengenal siapa Aneisha. Kau jangan membual Zuan," jawab Tuan Wu dengan wajah bingungnya."Kau tidak usah berpura-pura tidak mengenali istriku, apa kau tertarik dengan istri ke empatku, hingga kau ingin menculik dirinya saat berada di sebuah taman sendiri?" "Apa? Aku tertarik dengan istrimu? Dan aku ingin menc
Aneisha tampak shock ketika Tuan Zu berbagi peluh di dalam kamar mandinya.Entah mengapa tiba-tiba hatinya benar-benar sangat marah ketika melihat Tuan Zu dengan istrinya yang lain berbagi peluhndi kamar mandinya kala itu.Tubuh Aneisha tiba-tiba mulai kehilangan keseimbangannya menahan rasa sakit dihatinya.Tuan Zu yang melihat Aneisha menangis, berusaha untuk menjelaskan kepada Ana."Ana, aku kira dia adalah dirimu." Jelas Tuan Zu dengan melilitkan handuknya ke tubuhnya saat itu.Aneisha menatap nanar wajah Tuan Zu, terlihat dia hanya terbengong ketika Tuan Zu saat ini berusaha untuk menjelaskan itu kepada Aneisha.Aneisha yang sudah tak tahan mrlihat mereka langsung keluar dari kamarnya dsn berlari menuju ke arah taman dengan menangis.Melihat Aneisha yang saat itu tak bisa menahan cemburunya dengan cepat Tuan Zu langsung membalikkan tubuh wanita yang saat itu masih terus memunggunginya."Jenny." Lirih Tuan Zu dengan mencengkram lengan kecil Jenny dengan keras."S-sakit Tuan Zu," li
Arsen kesal sendiri saat mendengar apa yang dikatakan oleh Jenny saat itu, darahnya tiba-tiba mulai mendidih. Saat itu Jenny tampak kesulitan ketika dirinya hendak berdiri saat dia terjatuh tadi."Aduh, kakiku sakit," rintihnya dengan memegangi kakinya yang tadi sempat terkilir.Arsen seketika membalikkan tubuhnya dan menaruh attensinya ke arah Jenny."Ada apa? Kenapa dengan kakimu?" tanya Arsen dengan melirik ke arah wajah Jenny yang saat ini terlihat merintih kesakitan."Kakiku terkilir, hiks," rengek Jenny dengan menangis.Arsen yang saat itu akan menuju ke arah dapur akhirnya mewurungkan niatnya untuk pergi ke sana."Mari aku bantu." Ucap Arsen dengan menggendong tubuh Jenny menuju ke kamarnya.Beberapa menit kemudian, Arsenpun tiba di depan pintu kamar Jenny dan menurunkan tubuhnya di depan pintu kamarnya."Masuklah, maaf aku tidak sengaja menabrakmu tadi," ucap Arsen dengan nada penuh penyesalan.Jenny yanng saat itu merasakan kakinya masih belum bisa berjalan, meminta Arsen unt
Beberapa menit kemudian, Aneisha dan Tuan Zu akhirnya berada di puncaknya bersama-sama lalu dan Tuan Zu langsung limbung di dekat tubuh Aneisha.Aneisha terlihat lelah dengan dada sudah mulai naik turun, disebelahnya terlihat Tuan Zu tampak memejamkan kedua matanya karena lelah.Aneisha lalu beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari peluh kenikmatan bersama dengan Tuan Zu.Setelah dia membersihkan tubuhnya, Aneisha keluar dari balkon kamar tidurnya lalu berdiri di sana.Saat itu dia melihat ke bawah, terlihat kolam renang di sana tampak begitu sepi. Tak lama kemudian, Aneisha melihat Arsen yang saat itu hendak berenang di kolam sana. Aneisha mengira jika saat itu Arsen tak melihatanya. Namun, ternyata dia salah. Arsen nyatanya melihat kehadiran Aneisha di atas balkon kamar tidurnya. Ia lalu menatap Aneisha dan mengedipkan sebelah matanya.Seketika Aneisha membalikkan badannya dan merasakan deguban jantungnya semakin mengeras."Y
Setelah kejadian sinkolam renang, tampaknya hubungan Tuan Zu dan Aneisha semakin merenggang. Meskipun mereka tinggal di tempat tidur bersama. Namun, Tuan Zu tak sedikitpun berbicara atau menyentuh tubuh Aneisha.Kejadian di kolam renang tampaknya membuat Tuan Zu masih marah dan tidak pernah mau mendengar penjelasan dari Aneisha.Hari ini adalah hari ulang tahun Tuan Zu, terlihat ketiga istri Tuan Zuan sedang mempersiapkan acara pesta ulang tahun Tuan Zu yang ke 32 tahun.Aneisha yang saat ini berniat untuk membantu ketiga istri Tuan Zu langsung dilarang oleh Tuan Zu."Biar aku bantu," ucap Aneisha kepada Jenny"Tidak perlu membantu untuk mempersiapkan acara pesta ulang tahunku, Ana. Sebaiknya kau sekarang tidur di kamarmu sekarang juga!" perintah Tuan Zu dengan nada mulai marah.Aneisha tampak tertegun ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zuan kali ini."Tapi aku belum mengantuk Tuan, biarkan aku ikut membantu Kakak ke tiga saat ini." Jawab Aneisha dengan menarik sebuah vas
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk