Dengan memakai kursi roda, Aneisha di dorong oleh Lim berkeling menuju ke sebuah taman.Saat mereka sebuah kolam, Aneisha meminta Lim untuk menghentikan dirinya mendorong kursi roda tersebut."Tolong hentikan! Jangan dorong kursi roda ini," pinta Aneisha.Lim seketika langsung menghentikan langkah kakinya dan tak lama kemudian Aneisha melihat ke arah depan.Arsen sedang lincah berenang di dalam kolam renang, Aneisha tersenyum tatkala melihat otot-otot kekar Arsen sudah terpampang jelas ketika dia berenamg hanya memakai celana renangnya.Lim lalu melirik ke arah Aneisha yang saat ini tengah tersenyum melihat Arsen smtengah berenang di sana."Jaga pandanganmu Nyona Muda Zu," Lim mengingatkan Aneisha.Seketika Aneisha langsung terkejut dan mulai mengalihkan pandangannya ke arah lain.Wajahnya mulai gugup dan berusaha untuk bersikap tenang ketika Lim saat ini sedang menyorotinya."A-apa maksud ucapanmu?" tanya Aneisha dengan nada gugupnya."Nyonya Muda kira aku tidak memperhatikan dirimu
Aneisha terkejut mendengar penuturan dari Arsen.Arsen yang melihat tangan Aneisha yang saat itu tengah diborgol segera membuka borgolnya dengan sebuah kawat yang tak sengaja ditemukan di tanah.Ia lalu membuka borgol tersebut dengan cepat dan tak lama kemudian ia langsung menarik tangan Aneisha untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, dengan keras Aneisha menolak ajakan Arsen."Tidak, lepaskan aku Arsen." Aneisha berkata dengan mencoba melepaskan tangan Arsen."Ikut denganku Aneisha, aku akan membawamu pergi dari sini, aku akan membebaskanmu dari Kak Zuan, kita akan pergi yang jauh dari sini." Paksa Arsen dengan menarik tangan Aneisha dengan keras.Seketika tangan Aneisha langsung bisa ditarik oleh Arsen dengan cepat.Aneisha mencoba untuk memberontak. Namun, dengan cepat Arsen berhasil menguasai tubuhnya."Ikut aku Anes, aku tidak mau kau tersiksa di sini," Arsen berkata dengan nada marah."Aku mohon lepaskan aku, Arsen. Tuan Zu akan marah kepadaku, dia tidak akan membiarkan dirik
Arsen mulai murka, sorot matanya tajam dan sudah terlihat kemerahan menunjukkan dirinya benar-benar sangat murka.Aneisha terlihat takut ketika melihat sorot mata Arsen yang menunjukkan kemarahan. Perlahan-lahan Aneisha memundurkan langkah kakinya ketika melihat Arsen sudah mulai mengintimidasi dirinya.Arsen mulai mendekat ke arah Aneisha ketika dirinya melihat Aneisha memundurkan langkah kakinya.Ia tak terima ketika Aneisha mencoba menghindari dirinya."Kenapa kau menghindari diriku Aneisha? Kenapa kau seperti ketakutan saat melihatku?" Kata Arsen dengan terus mendekati Aneisha dengan penuh intimidas"Tolong, tolong jangan mendekat ke arahku Arsen, menjauh dariku," usir Aneisha dengan wajah ketakutan.Arsen tersinggung ketika mendengar Aneisha yang saat ini tengah mengusir dirinya."Kau menginginkan aku menjauhi dirimu? Kenapa Anes? Kenapa kau tak ingin mendekati diriku seperti biasanya? Apakah ini karena Zuan? Katakan!" sentak Arsen dengan nada penuh kemarahan.DegDegDegJantun
Aneisha terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Arsen saat ini, mulutnya menganga dan tak lama kemudian dia langsung menutup mulutnya dengan satu tangannya.Aneisha menggelengkan kepalanya tak percaya, Arsen terlihat sedang mengedipkan sebelah matanya ke arah Aneisha dan tak lama kemudian dirinya berpura-pura dan berakting kepada Tuan Zu dengan wajah cemasnya."Bagaimana keadaannya? Maaf aku tak bisa menghalangi anak buah Tuan Wu saat menyakiti istrimu," bohong Arsen dengan wajah penuh meyakinkan.Aneisha hanya bisa menangis dan menggelengkan kepalanya ketika melihat Arsen yang sudah memutar balikkan fakta.Aneisha ingin sekali jika saat ini dirinya memberitahukan kepada Tuan Zuan bahwa orang yang saat itu menyakiti dirinya adalah Arsen. Namun, tentunya dia tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan. "Ana, kau tidak apa-apa?" tanya Tuan Zu dengan menyingkirkan anak rambut Aneisha yang saat ini sedang menutupi wajahnya."Tolong obati kakiku Tuan, kakiku sakit sekali, hiks," rintih
Tuan Zu mulai terdiam dan kini tampak sedang berpikir, kedua netranya kini menatap wajah Lim seolah sedang mencari sebuah jawaban di sana."Apa yang kau katakan Lim? Apa kau saat ini meragukan adikku?" tanya Tuan Zu dengan menatap Lim penuh menelisik."Saya tidak mau berspekulasi Tuan, hanya saja saya saat ini sedang memyampaikan keadaan yang sebenarnya." Balas Lim dengan menundukkan kepalanya.Tuan Zuan berpikir sejenak, dia terlihat mulai mencerna kata-kata Lim yang mengatakan bahwa pengamanan di rumahnya saat itu masih sangat ketat dan tidak mungkin jika anak buah Tuan Wu berani menyusup di sana."Lakukan penyelidikanmu, jangan pernah menuduh seseorang yang tak bersalah," pesan Tuan Zu kepada Lim."Baik Tuan, akan segera saya lakukan penyelidikan," jawab Lim dengan menundukkan kepalanya.Setelah berbicara dengan Lim, kini Tuan Zu langsung bergegas pergi meninggalkan ruang kerjanya dan berjalan menuju ke arah kamarnya.Saat dia kembali ke kamarnya, Tuan Zu sudah melihat tubuh dan p
Arsen mulai cemas ketika Naima kini mencium kecurigaannya kepada dirinya, sebisa mungkin Arsen mulai menutupi rasa kegugupannya di depan Naima.Botol wine ia angkat lalu dia tuangkan ke dalam gelasnya dan segera meminumnya, Arsen berusaha sekuat tenaganya untuk tidak memperlihatkan wajah gugupnya di depan Naima yang kini menatap dirinya penuh menelisik. "Kau jangan memandangiku seperti itu, apa kau saat ini menuduhku?" protes Arsen dengan nada mulai kesal.Naima tersenyum miring ke arahnya, ia menggelengkan kepalanya dan terlihat melipatkan kedua tangannya ke depan dadanya."Aku tidak menuduhmu, sikapmu yang saat ini menunjukkan bahwa kau tengah berbohong sudah cukup jelas mengabarkan hatimu saat ini." Balas Naima dengan berjalan ke arahnya.Deg...Jantung Arsen langsung berdegub dengan kencang ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Naima saat ini."Aku tidak berbohong, kau jangan mengada-ada, aku bahkan tidak tau apa yang terjadi dengan istri kakak Zu saat ini," elaknya dengan waj
Aneisha tak menyangka jika saat ini dirinya mulai merasakan sesuatu yang tak biasa dalam hatinya.Ketika Tuan Zu menanyakan tentang perasaannya kepada dirinya."Kau belum menjawabku Ana, apa diriku saat ini bisa meresahkan hatimu?" Tanya Tuan Zu dengan mengangkat dagunya dengan satu jarinya.Blush .....Seketika wajah Aneisha langsung memerah ketika Tuan Zu kini mulai mengarahkan kedua mata elangnya menyorot wajahnya."Katakan Ana? Meskipun aku tau bahasa tubuhmu mengatakan bahwa kau saat ini memang memiliki rasa kepadaku. Namun, aku ingin mendengar itu dari mulutmu" ucap Tuan Zu menatap sendu wajah Aneisha."Apakah tak cukup dengan bahasa tubuhku saja untuk bisa memberikan jawaban atas pertanyaanmu, Tuan Zu? Kenapa kau selalu memaksakan kehendakmu," balas Aneisha dengan malu-malu."Kau pandai sekali memberikan jawaban, apa susahnya jika kau mengatakan kalau kau saat ini sudah jatuh hati kepadaku? Apa yang membuatmu ragu untuk mengatakan 'aku mencintaimu, Tuan Zu' bukankah dengan begi
Setelah kegiatan panasnya berbagi peluh kenikmatan, Tuan Zu yang saat itu sedikit merebahkan tubuhnya yang masih lemas di pembaringan bersama Aneisha, kini mulai beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandinya."Tuan Zu, kau mau kemana?" tanya Aneisha dengan suara manjanya."Aku harus membersihkan tubuhku Ana, aku akan terlambat jika tidak segera mandi sekarang," jawab Tuan Zu.Aneisha lalu mengganti posisinya menjadi duduk dengan menutupi tubuhnya dengan selimut.Tuan Zu lalu mendekati dirinya dan sekarang diapun perlahan-lahan mulai mencium bibirnya dan kemudian menatap wajah Aneisha."Ada apa Ana?" tanya Tuan Zu menatap teduh manik netranya."Tidak Tuan Aku han ____"CupKembali Tuan Zu melumat bibir Aneisha hingga basah dan kemudian dia sapu bibir basahnya dengan ibu jarinya."Aku akan segera pulang, aku harus bekerja Ana, sudah lama aku tidak terlalu fokus pada pekerjaanku." Ujar Tuan Zu dengan menyapu lembut wajah Aneisha.Aneisha mengangguk menatap wajah Tuan Zuan yang k