Ketiga istri Tuan Zu tampak menjerit histeris ketika mereka hendak dibawa oleh pengawal Tuan Zu menuju ke arah ruangan pengasingan.Mereka bertiga bersujud di kaki Tuan Zu untuk meminta pengampunan. Namun, Tuan Zu menolak dan tetap meminta para pengawalnya untuk segera membawa mereka menuju ke arah ruang pangasingan."Bawa mereka bertiga menuju ke ruang pengasingan, jangan biarkan mereka meloloskan diri dari sana, terapkan hukuman yang biasanya aku berikan kepada para pengkhianat di dalam sana. Berikan makanan sederhana untuk mereka makan saat berada di sana," pesan Tuan Zu kepada para pengawalnya."Baik Tuan Zu," balas mereka dengan membungkukkan punggungnya."Tidak Tuan Zu, tolong maafkan kami Tuan, tolong jangan hukum kami di ruangan gelap itu Tuan, aku mohon kepadamu." Ucap Lilian dengan terus bersimpuh di depannya saat ini.Tuan Zu menatap sinis wajah Lilian yang sudah tega mengkhianati dirinya kali ini. Entah mengapa dia tak sedikitpun mau mengakui bahwa dirinya benar-benar suda
Aneisha menoleh ke arah Tuan Zu saat dirinya tengah memanggil dirinya.Tuan Zu bergegas ke arah Aneisha dan mulai duduk didekatnya."Kau sudah datang Tuan Zu, apa urusanmu sudah selesai?" tanya Aneisha dengan nada lemah."Sudah Ana, kenapa kau begitu cepat terbangun?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah Aneisha."Aku tidak bisa tidur Tuan Zu, saat ini aku masih trauma tinggal sendiri," jawab Aneisha dengan wajah sedih.Tuan Zu tersenyum dan tak lama kemudian dirinya langsung memeluknya dan mencium pucuk kepalanya dengan mesra.Aneisha tanpa sadar mulai menyenderkan kepalanya ke dada bidang Tuan Zu, dia perlahan-lahan merasakan kehangatan dari tubuh Tuan Zu."Jangan tinggalkan aku sendiri Tuan, aku takut tinggal sendiri," ucap Aneisha dengan nada sedih.Tuan Zu tersenyum senang ketika mendengar istrinya betkata seperti itu."Aku tidak akan pergi meninggalkan dirimu Aneisha, tidurlah kembali, aku akan menjagamu sekarang," balas Tuan Zu dengan memeluk Aneisha dan mencium pucuk kepalanya.
Arsen menangis dalam ketiak berdayannya saat ini. Wajahnya tampannya kini terlihat sangat kusut karena menahan kesedihannya saat kekasihnya kini menjadi istri kakak tirinya.Naima menatap wajah Arsen dengan tatapan iba, entah mengapa sampai sekarang dirinya masih belum juga bisa melupakan Aneisha."Tuan Muda, makanlah!" Naima menaruh nampan berisikan makanan di atas meja, ia kemudian menutup tirai kamar milik Arsen lalu mendekati dirinya.Perlahan ia memeluk tubuhnya dan memberikan kehangatan kasih sayang sebagai seorang ibu angkat untuk Arsen."Jangan menangis Tuan Muda, aku yakin kau bisa melewatinya. Lupakanlah dia Tuan, Nyonya Muda Zu bukan milikmu lagi," tutur Naima mencoba untuk memberikan pengertian kepada Arsen."Mengapa aku tidak bisa melupakan Aneisha, dia begitu berati bagiku Naima, dia terlalu berharga untuk dilupakan." Arsen berkata dengan menepuk dadanya yang terasa sesak baginya.Naima hanya terdiam dan tak bia berkata-kata lagi.Ia cukup mengerti dengan apa yang diras
Flashback OnGeo menghadap Tuan Zu saat ia sudah miliki informasi siapa orang tua Aneisha."Bagaimana hasil pemyelidikanmu Geo?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh menelisik.Geo kemudian menatap wajah Tuan Zuan dengan perasaan cemas."Maaf Tuan, sebenarnya ....," ucapannya terpotong ketika ia takut untuk menyampaikan ini kepada Tuan Zu.Tuan Zu kemudian menatap dirinya dengan tatapan penuh intimidasi. Tuan Zu merasakan jika saat ini Geo tengah menyimpan sesuatu darinya."Katakan apa hasil penyelidikanmu?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh menelisik."Maaf Tuan sebenarnya orang tua Nyonya Muda ke-4 adalah dua orang yang menyamar menjadi seorang warga biasa," jawab Geo dengan bibir mulai bergetar.Tuan Zu mengernyitkan dahinya dan mulai mengintrigasinya lebih dalm lagi."Apa maksud dengan ucapanmu Geo? Kau jangan berbelit-belit," balas Tuan Zu dengan menatap tajam wajah Geo."Mereka berdua adalah anak buah dari Tuan Khong, Mafia dunia hitam musuh bebuyutan kita Tuan. Mereka sepertinya
Lilian tak memiliki pilihan lain ketika Naima membawa nampan makanan untuk makan malamnya selain menerima makanan tersebut."Berikan kepadaku!" Lilian menarik kembali nampan makanan itu dari Naima.Naima tersenyum miring melihatnya, entah mengapa dirinya benar-benar sangat kesal ketika melihat Lilian yang terlalu banyak menuntut saat menjalani hukumannya."Bagus Nyonya Pertama, jangan melewatkan sesuatu yang tak akan bisa kau dapatkan kembali setelah kau menolak apa yang sudah menjadi milikmu," ujar Naima dengan menyorot tajam pandangannya ke arah Lilian.Lilian menggenggam erat pakaian miliknya ketika Naima sedang mencibir dirinya saat ini."Sialan, wanita ini memang membuatku sangat muak, ingat Naima, aku akan segera menyingkirkan dirimu setelah aku keluar dari sini," gumam Lilian dalam hati."Kau jangan memandangku bengis seperti itu Nyonya, aku tau jika kau saat ini begitu ingin menyingkirkan diriku bukan?" sindir Naima seolah tau dengan apa yang dipikirkan oleh Lilian kali ini."
Aneisha terisak ketika Tuan Zu menagatakan akan menghukum dirinya. Ia mengeratkan handuk putihnya yang menutupi sebagian tubuhnya.Tuan Zu terlihat sangat marah ketika jarum infusnya terlepas dari tangannya.Tanpa menagatakan apapun, Tuan Zu lalu menarik handuk putih tersebut dengan cepat.Sreeeet ....Seketika tubuh Aneishapun kini terlihat polos. Tuan Zu kemudian mengambil pakaian dalam dan gaun untuk Aneisha, ia lalu memakaikannya sendiri pakaian itu kepada Aneisha.Aneisha terlihat gemetar ketika Tuan Zu mulai murka dan marah kepada dirinya."Jika lain kali kau seperti ini, aku akan membuatmu menerima hukuman yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya, Ana," ancam Tuan Zu dengan mendekatkan wajahnya ke arah wajah Aneisha dan menatap dirinya penuh intimidasi."Hiks, maafkan aku Tuan," ucap Aneisha dengan nada penuh penyesalan."Untuk apa? Kau sudah terlalu bebal untuk di kasih tau Ana, harusnya kau menerima hukuman dariku saat ini," balas Tuan Zu dengan nada marahnya.Tak selang bebe
Aneisha makin tersipu malu ketika mendengar ucapan kata i love you dari Tuan Zuan.Dadanya makin kian terasa berdegub dengan kencang, hatinya mulai berbunga-bunga, entah mengapa perasaan ini tiba-tiba menghinggap di hatinya.Baru pertama kali ini dirinya merasakan sesuatu getaran dan gejolak yang membara. Aneisha lalu menutup kedua matanya, pikirannya mulai menjelajah kemana-mana.Perlahan-lahan dia mulai merasakan sentuhan bibir yang menyapu bibirnya. Aneisha tak berani membuka matanya, ia menganggap semua yang dia rasakan ini adalah alam bawa sadarnya."Kenapa aku merasakan bibirnya? Kenapa tiba-tiba aku mendamba ciumannya, sentuhannya dan kata-kata manisnya? Ya Tuhan, kenapa hatiku ini begitu rapuh dan goyah saat mendengar kata cinta dari Tuan Zu?" ucap Aneisha dalam hatinya.Tuan Zu makin memperdalam ciumannya ketika Aneisha masih berpikir bahwa ini adalah angan pikirannya sendiri."Balas ciumanku Ana, balas dan lumatlah bibirku lebih dalam," bisik Tuan Zu yang seakan mampu menghi
Cukup lama Aneisha memandangi Arsen yang saat itu sedang berenang di bawah balkon kamarnya.Perlahan-lahan dia mengingat kenangan ketika dirinya bersama dengan dirinya.Aneisha tersenyum ketika ia mengingat Arsen pertama kali menyatakan cintanya kepadanya lalu melamarnya.Aneisha terlihat sedang bergelayut dalam pikirannya sendiri.Tak lama kemudian dirinya langsung tersadar ketika Arsen berteriak di bawah sana."Tuhan, kenapa takdir ini membuatku semakin sakit? Sungguh sulit aku melupakan dia, sungguh sakit saat melihat dia bersamanya, tolong aku, Tuhan." Arsen berterik dengan melayangkan pukulannya di udara.Mendengar curahan isi hati Arsen, membuat Aneisha harus menutup mulutnya sendiri, hatinya kembali rapuh.Aneisha lalu memundurkan langkah kakinya ke belakang, saat Arsen mengarahkan attensinya ke arahnya."Kau mendengarku An? Apa kau mendengar isi hatiku saat ini, An? Kau tak tau betapa sakitnya hatiku melihatmu berciuman dengan kakakku, An." Teriak Arsen dari bawah dengan menep
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk