Aneisha tak memiliki pilihan lain selain harus melepaskan celana dalamnya sendiri.Meskipun Tuan Zu sudah beberapa kali melihat tubuh polosnya, Aneisha masih saja tetap malu jika harus bertelanj*ng bul*t di depannya saat ini."Kau jangan pernah merasa malu di depanku Ana," ucap Tuan Zu kepada Aneisha.Aneisha tampak memalingkan wajahnya karena masih saja tetap malu di depannya.Perlahan-lahan Tuan Zu mulai menghadap tubuh Aneisha yang polos itu menghadap tembok.Tuan Zu lalu menarik lengan bajunya sampai ke atas sikut. Ia melihat bekas luka yang saat ini terlihat sedikit mengering di punggungnya.Perlahan-lahan dia sirami tubuh pitihnya yang tak mulus itu dengan pancuran air shower.Aneisha tampak menggelinjang, ketika air itu mulai membasahi tubuhnya.Tuan Zu kemudian memegang luka Aneisha dengan satu jarinya dengan perlahan-lahan."Ehssss ....," desis Aneisha dengan menggenggam erat telapak tangannya."Apa ini sakit?" tanya Tuan Zu dengan berbisik di telinganya.Aneisha mengangguk d
Ketiga istri Tuan Zuan tampak begitu marah dan sudah mulai cemburu buta dengan Aneisha yang menjadi madu mereka.Sempat terbesit dalam pikiran mereka untuk menyingkirkan Aneisha secepatnya."Kau tidak adil kepada kami Tuan Zu," protes Lilian dengan nada mulai marah.Tuan Zu lalu mengarahkan attensinya ke arah Lilian."Apa kau bilang? Tidak adil pada kalian? Bukankah kalian juga sempat aku perlakukan seperti Ana saat ini?" jawab Tuan Zu dengan menatap nyalang ketiga istrinya secara bergantian."Apakah itu artinya kami tidak akan bisa menikmati masa-masa indah bersama dengan dirimu seperti waktu dulu lagi?" tanya Lilian dengan nada mulai memprotes."Kenapa? Apa kau mau protes kepadaku?" tanya Tuan Zu sengan tatapan penuh intimidasi."Iya. Aku protes Tuan, mengapa hanya Aneisha yang kau perlakuan seperti ini saja? Kenapa kau tidak memberikan kesempatan kepada kami seperti kau memberikan kesempatan kepada Aneisha?" protes Lilian dengan nada mulai marah."Kalian berbeda dengan gadis itu, d
Lelaki itu seolah lumpuh seketika saat Aneisha mengatakan isi hatinya."Apa yang terjadi dengan dirinya Tuhan, apa arti dari ucapannya itu? Apakah dia memiliki rasa dengan Kakak Zu?" tanyanya dalam hati.Beberapa saat kemudian Aneisha yang saat itu sedikit menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh ketika dirinya memeluk tubuh lelaki tersebut, ia segera mendongak dan menatap wajah lelaki yang ada depannya."Arsen," lirih Aneisha.Ketika Aneisha tak sengaja memeluk tubuh Arsen, tanpa di sadari oleh Aneisha dibelakangnya sudah berdiri Tuan Zu dengan sorot matanya yang tajam."Apa yang kau lakukan Ana?" Suara bariton Tuan Zu terdengar nyaring dari arah belakang.DegDegDegJantung Aneisha langsung mencelos ketika mendengar suara Tuan Zu kini berada di belakangnya.Aneisha lalu melepaskan pelukannya dan menoleh ke belakang.Tuan Zu menyorot matanya yang tajam ke arah Aneisha, wajahnya yang sudah terlihat sangat marah membuat Aneisha langsung ketakutan."T-tuan Zu, Aku ... Aku kira dia dirimu
Wanita itu ternyata membawa sebuah kotak berisikan sebuah hewan berbisa.Dia mulai melihat situasi disekililingnya sebelum mendekati ruangan isolasi yang ditempati oleh Aneisha."Sepertinya situasi ini sudah aman," monolog wanita itu sendiri.Iapun melangkahkan kakinya menuju ke arah ruangan tersebut, tanpa disadari oleh wanita itu dua orang pengawal melihat seorang wanita yang tak dikenali pengawal tersebut telah mendekati ruangan isolasi itu."Siapa wanita itu?" tanya seorang pengawal."Aku tidak tau, sebaiknya kau panggil Tuan Zu, biar aku yang membereskan wanita itu," balas Lim kepada temannya."Baik Kak." Balas teman Lim lalu segera beranjak pergi.Lim masih terus mengawasi wanita yang saat ini masih berdiri di sana.Wanita itu terlihat mengambil sebuah bangku lalu naik ke atas bangku tersebut."Siapa itu? Kaukah Tuan Zu?" Aneisha menyahuti saat mendengar suara gaduh dari luar ruangan isolasi tersebut."Terima ini Ana, selamat menikmati, ular ini akan membuatmu segera menemui aja
Arsen terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu kepada dirinya saat ini."Apa? Kau menaruh ular untuk mencelakai Aneisha? Apa kau sudah gila?" umpat Arsen.Wanita itu hanya terdiam dan tak berkata apapun kala itu.Rasa cemburunya mengalahkan akal sehatnya sendiri.Arsen yang saat itu tampak marah lalu segera meninggalkan wanita tersebut dan kini berlari menuju ke arah ruangan isolasi.Saat itulah tiba-tiba dia melihat Aneisha telah diangkut masuk ke dalam ambulance, segera Arsen berlari menuju ke arah ambulance tersebut. Namun, dengan cepat ambulance itu melaju meninggalkan kediaman Tuan Zu.Arsen lalu masuk ke dalam mobilnya dan segera melajukan mobilnya dengam cepet mengikuti ambulance itu.Tak selang beberapa lama kemudian ambulance tersebut akhirnya telah sampai di depan UGD.Dengan hati-hati Aneisha dikeluarkan dari dalam ambulance tersebut.Tuan Zu lalu segera masuk ke dalam UGD dan meminta semua Dokter yang ada di sana untuk segera memeriksa istrinya."Cepat
Saat Aneisha terus menerus merancau menyebut nama Tuan Zu, bergegas Arsen beranjak berdiri dan sedikit menjauh dari bankar Aneisha.Tuan Zu bergegas menuju ke arah Aneisha lalu meraih tangannya dan mencium punggung tangannya."Kau sudah sadar Ana?" tanya Tuan Zu dengan nada lembut.Aneisha mengerjapkan kedua matanya lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.Beberapa menit kemudian dia menatap wajah Tuan Zuan yang saat itu tengah menatap dirinya dengan wajah sangat cemas."Ana, apa kau baik-baik saja?" tanya Tun Zu.Aneisha memalingkan wajahnya dengan cepat. Ia rasakan sangat marah ketika Tuan Zu dengan tega menghukum dirinya kembali.Tuan Zu tersenyum ketika Aneisha telah merajuk kepada dirinya saat ini."Kau merajuk kepadaku Ana?" tanya Tuan Zu dengan nada penuh menggoda.Aneisha tetap terdiam dan tak mengatakan apapun saat itu."Maafkan aku Ana, kau pasti sangat marah dan kesal kepadaku."Arsen tampak terdiam termangu sambil melirik ke arah Aneisha yang saat itu terlihat mer
Entah Aneisha harus menjawab apa saat ini, semakin hari Tuan Zu semakin meresahkan hatinya saat ini.Pesona pria tampan, tegas, arogan dan kejam melekat pada Tuan Zu yang saat ini banyak digandrungi oleh wanita-wanita cantik diluaran sana termasuk ketiga istrinya yang selalu berebut mendapatkan perhatian dan cinta dari Tuan Zu."Kenapa kau hanya terdiam Ana? Aku sedang bertanya kepadamu saat ini," tanya Tuan Zu menatap tajam ke arahnya.Aneisha mendongak dan menatap dirinya, ada rasa getaran hatinya yang kian lama kian membuncah.Aneisha tampaknya masih menyembunyikan perasaannya, ia masih ragu dengan hatinya saat ini."Bisakah kita pulang sekarang?" Aneisha berusaha mengalihkan pembicaraannya dari Tuan Zu."JAku akan mengajakmu pulang jika kau menjawab pertanyaanku, Aneisha," jawab Tuan Zu dengan menatap wajah Aneisha.Aneisha terlihat sangat gugup ketika Tuan Zuan masih menantikan jawaban darinya saat ini."Haruskah aku menjawabnya sekarang?" protes Aneisha dengan menatap malu wajah
Cellyn mengerutkan dahinya ketika mendengar Lilian berbicara."Bagaimana kau akan mengurusnya? Dia sangat susah diajak kerja sama saat ini." Balas Cellyn dengan mengusap wajahnya dengan kasar."Aku akan berbicara dengan dirinya nanti, kau jangan khawatir," balas Lilian dengan menenangkan Cellyn."Bagaimana aku tidak cemas saat ini, aku takut dia akan mengatakan itu kepada Tuan Zu," Cellyn berkata dengan nada mulai gemetar."Tidak mungkin, tak akan biarkan dia berbicara seperti itu kepada Tuan Zu," tegas Lilian menatap wajah Cellyn.Saat mereka tengah asyik mengobrol, tiba-tiba seseorang kini tengah keluar dari dalam lemari milik Lilian.Lelaki itu tiba-tiba jatuh dengan hanya memakai celana boxer dan sudah bertelanjang dada.Cellyn dan Lilian langsung terkejut ketika melihat seorang lelaki yang tak lain adalah pengawal Tuan Zu kini tengah keluar dari dalam sebuah lemari."Kau!" tunjul Cellyn dengan menunjuk ke arah pengawal tersebut.Lilian mendadak panik saat itu, dia menatap wajah P