Aneisha menutup mulutnya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zuan kepadanya."Apa? Kau tertembak?" tanya Aneisha dengan tubuh gemetaran ketika melihat darah itu mengucur dari lengannya.Tuan Zu tersenyum dan memegangi pipinya dengan satu tangannya."Kau tidak usah cemas, ini sudah biasa, Ana. Lagi pula peluru sudah diambil dari tubuhku." Balas Tuan Zu seraya membuka kemejanya yang sudah basah karena darahnya.Aneisha benar-benar bingung ketika Tuan Zu tak merasakan sakit ketika mendapatkan tembakan di lengannya.Tuan Zu mengambil kotak p3k di dalam sebuah laci lalu mengobati lukanya.Aneisha yang saat itu benar-benar tidak berani melihat darah langsung berjalan ke arahnya, ia memberanikan dirinya untuk melihat dan mengobati luka Tuan Zu saat itu."Apa ini sakit?" tanya Aneisha dengan bibir bergetar.Tuan Zu tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Tidak, luka ini seperti digigit semut saja, bisakah kau membantu membersihkan lukaku? Lalu membantuku memakaikan perban ini di len
Suara itu terdengar cukup keras di telinga Aneisha dan Naima. Mereka berdua terkejut melihat kedatangan seseorang yang kini tengah berdiri tepat di belakang Aneisha ketika Aneisha menoleh ke arah belakangnya "Kau cemburu kepadaku, Ana?" GlegAneisha langsung menelan ludahnya susah payah ketika dirinya kepergok sedang cemburu kepadanya."Tuan Zu, kau ___""Iya, kau terkejut dengan kedatanganku tiba-tiba, Ana?" tanya Tuan Zu mendekati dirinya.Jantung Aneisha langsung berdegub dengan kencangnya ketika Tuan Zu kini mendekat ke arahnya dan menarik pinggang rampingnya."Kau cemburu melihatku dengan Jenny?" tanya Tuan Zuan dengan suara seraknya.Aneisha menggenggam tangannya dengan erat, ia ingin menenggelamkan wajahnya ke laut ketika Tuan Zuan mengetahui dirinya merasakan cemburu kepadanya.Aneisha malu dan tak menjawab pertanyaan Tuan Zu kala itu."Kenapa kau diam, Ana? Katakanlah apa yang kau rasakan saat ini kepada diriku?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh intimidasi."Aku__ aku, ak
Arsen tesentak dengan ucapan ayahnya yang akan menjodohkan dirinya dengan wanita pilihannya. "Apa? Menjodohkanku dengan wanita lain? Tidak, aku tidak mau," tolak Arsen dengan tegas.Namun Tuan Chan tidak mau mendengar penolakan Arsen saat itu, dengan cepat dirinya langsung berlalu dari hadapan Arsen.Arsen mengusap wajahnya dengan kasar seketika hatinya mulai tidak tenang setelah mendengar ucapan dati ayahnya saat ini."Tidak akan aku biarkan ayah membawaku keluar dari istanah kakak Zu, aku masih belum bisa menjauh dari Aneisha, ah mengapa pikiranku kalut sekali," kesal Arsen dengan mengusap kasar wajahnya.***Sementara itu Tuan Zu yang sudah membersihkan dirinya bersama dengan Aneisha kini terlihat wajahnya semakin segar, begitupun dengan Aneisha yang terlihat sangat segar dan terlihat cantik setelah merias dirinya."Ana, sebaiknya kau sarapan di kamar saja, jangan banyak bergerak dan istirahatlah di kamar, jika kau perlu apa-apa, sebaiknya kau menghubungi Naima." tutur Tuan Zu den
Tuan Zu tampak sangat marah, ia langsung meminta anak buahnya untuk mencari Aneisha saat itu.Flashback onAneisha mondar mandir di kamarnya, ia terlihat kalut dan ingin mencoba untuk pergi dari istanahnya.Pikirannya mulai berkecamuk saat itu. Aneisha yang saat ini hatinya diselimuti kegundahan, terlihat mulai berpikiran untuk meninggalkan Tuan Zu yang sudah membuat patah hati dirinya disaat dia mulai jatuh cinta kepadanya.Ia juga merasakan tekanan batin ketika Tuan Zu selalu mendominasi dirinya terlebih lagi karena saat ini dia harus menghadapi ketiga istrinya yang selalu berusaha memfitnah dan menyakiti dirinya.Karena perasaannya yang sensitif dan perubahan hormon kehamilannya yang saat ini dia rasakan, Aneisha tanpa berpikir panjang ingin mencoba melakukan pelariannya.Beberapa saat kemudian Naima datang mengetuk pintu kamarnya.Sadar akan hal itu, Aneisha mulai menyembunyikan sesuatu di balik tangannya.Ia berpura-pura terbaring lemah ketika dia menyahuti ketukan pintu dari Nai
Aneisha langsung terkejut ketika tiba-tiba Tuan Zu sekarang berdiri di depannya."T-tuan Zu," panggil Aneisha dengan bibir bergetar.Tuan Zu langsung menarik lengan tangan Aneisha dengan kasarnya."Berani kau pergi dariku?" tanya Tuan Zu dengan nada marahnya.Aneisha ketakutan, ia rasakan denyutan jantungnya sudah mulai berpacu cukup kencang ketika Tuan Zu tiba-tiba mulai mencengkram kedua lengannya dengan keras."S-sakit, Tuan," desis Aneisha."Kau pantas untuk mendapatkan hukuman dariku, Ana." Tuan Zu berkata dengan tatapan penuh amarah."T-tolong maafkan aku Tuan," Aneisha berkata dengan mada memohon kepadanya."Berkali-kali kau melakukan kesalahan, aku tidak akan mengampunimu lagi, sekarang kau harus ikut denganku!" Tuan Zu menarik tubuh Aneisha dengan kasar.Tuan Zu membawanya ke arah sebuah ruangan yang tak diketahui oleh Aneisha sebelumnya.Beberapa pengawalnya kini mengekori Tuan Zu di belakangnya.Tak lama kemudian, Tuan Zu menghentikan langkah kakinya ketika ia sudah berdiri
Lilian dan kedua madunya tampak menahan kekecewaannya ketika mendengar kabar berita tentang diketemukannya Aneisha saat itu.Beberapa saat kemudian, terlihat Tuan Zu kini mulai keluar dari ruangan tersebut dan terkejut melihat ketiga istrinya sedang berada di sana."Ada apa kalian di sini?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh intimidasi.Ketiga istri Tuan Zuan terlihat sangat gugup ketika mendengar pertanyaan dari Tuan Zuan.Lilian mendekati Tuan Zu, ia mencoba untuk menghilangkan kegugupannya saat itu."Tuan Zu, kami kebetulan mau mencari keberadaan Aneisha. Namun, saat kami melewati lorong ini, Aku melihat para pengawal sedang berkerumun di sini, dan aku menegur mereka untuk mencari keberadaan istri ke empatmu itu. Namun, mereka berkata jika saat ini Aneisha sudah diketemukan, apa itu benar?" balas Lilian dengan menatap wajah Tuan Zu yang terlihat sangat kesal."Apa yang mereka katakan benar, Aneisha saat ini sudah diketemukan dan aku memberikan hukuman untuk dirinya saat ini," balas
Aneisha tidak berhenti merengek meminta Tuan Zu untuk mengijinkannya bertemu dengan kedaua orang tuanya.Tuan Zu masih tetap bertahan dalam diamnya ia tidak tau harus berkata apa."Tuan, kenapa kau diam saja? Apa kau tidak mengijinkan diriku untuk bertemu dengan orang tuaku?" rengek Aneisha."Aku akan mengijinkanmu bertemu dengan orang tuamu nanti, kau jangan merengek memintaku untuk mempertemukanmu dengan kedua orang tuamu.""Kau jahat Tuan Zu, kau bahkan memisahkan aku dengan orang tua kandungku sendiri," balas Aneisha menatap marah wajahnya."Istirahatlah, aku harus pergi sekarang," balasnya dengan beranjak dari tempat duduknya."Aku tidak mau tinggal di sini, Tuan. Tolong lepaskan rantai ini dari kakiku." Ucapnya dengan mencengkram lengan Tuan Zu yang saat itu terkena tembak."Hssss," desisnya dengan menahan rasa sakit dilengannya.Tuan Zu terdiam dan membiarkan Aneisha mencengkram lengannya dengan kuat.Ia menahan rasa sakitnya dan membiarkan Aneisha meluapkan rasa marahnya kepad
Tuan Zu terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Chan kepadanya.Guratan kasar sudah terlihat di dahinya saat itu.Tak terima dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya, Tuan Zupun menolak permintaan ayahnya."Aku tidak akan mengijinkan Aneisha untuk mengunjungi Arsen, apa ayah sudah gila? Kau hanya membuat Arsen akan semakin ingin memiliki Aneisha," tolak Tuan Zu dengan nada tegas."Tidak, kau tidak usah berpikir sejauh itu, aku akan membawa Arsen cepat keluar dari rumahmu jika kau menuruti apa kemauannya untuk yang terakhir kali," balas Tuan Chan dengan nada penuh keyakinan.Tuan Zu lantas menatap penuh wajah ayahnya, ia seolah sedang mencari sebuah kebohongan di matanya. Namun, Tuan Zu tidak mendapatkan kebohongan ayahnya di balik tatapan dari kedua matanya."Apa kau cukup yakin akan membawanya untuk segera pergi dariku, Ayah? Sungguh aku benar-benar sangat muak dengan anak tirimu di sini, ia terus berusaha untuk mendekati Ana dan ingin merebut dirinya dariku," ungkap Tua