Aneisha langsung terkejut ketika tiba-tiba Tuan Zu sekarang berdiri di depannya."T-tuan Zu," panggil Aneisha dengan bibir bergetar.Tuan Zu langsung menarik lengan tangan Aneisha dengan kasarnya."Berani kau pergi dariku?" tanya Tuan Zu dengan nada marahnya.Aneisha ketakutan, ia rasakan denyutan jantungnya sudah mulai berpacu cukup kencang ketika Tuan Zu tiba-tiba mulai mencengkram kedua lengannya dengan keras."S-sakit, Tuan," desis Aneisha."Kau pantas untuk mendapatkan hukuman dariku, Ana." Tuan Zu berkata dengan tatapan penuh amarah."T-tolong maafkan aku Tuan," Aneisha berkata dengan mada memohon kepadanya."Berkali-kali kau melakukan kesalahan, aku tidak akan mengampunimu lagi, sekarang kau harus ikut denganku!" Tuan Zu menarik tubuh Aneisha dengan kasar.Tuan Zu membawanya ke arah sebuah ruangan yang tak diketahui oleh Aneisha sebelumnya.Beberapa pengawalnya kini mengekori Tuan Zu di belakangnya.Tak lama kemudian, Tuan Zu menghentikan langkah kakinya ketika ia sudah berdiri
Lilian dan kedua madunya tampak menahan kekecewaannya ketika mendengar kabar berita tentang diketemukannya Aneisha saat itu.Beberapa saat kemudian, terlihat Tuan Zu kini mulai keluar dari ruangan tersebut dan terkejut melihat ketiga istrinya sedang berada di sana."Ada apa kalian di sini?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh intimidasi.Ketiga istri Tuan Zuan terlihat sangat gugup ketika mendengar pertanyaan dari Tuan Zuan.Lilian mendekati Tuan Zu, ia mencoba untuk menghilangkan kegugupannya saat itu."Tuan Zu, kami kebetulan mau mencari keberadaan Aneisha. Namun, saat kami melewati lorong ini, Aku melihat para pengawal sedang berkerumun di sini, dan aku menegur mereka untuk mencari keberadaan istri ke empatmu itu. Namun, mereka berkata jika saat ini Aneisha sudah diketemukan, apa itu benar?" balas Lilian dengan menatap wajah Tuan Zu yang terlihat sangat kesal."Apa yang mereka katakan benar, Aneisha saat ini sudah diketemukan dan aku memberikan hukuman untuk dirinya saat ini," balas
Aneisha tidak berhenti merengek meminta Tuan Zu untuk mengijinkannya bertemu dengan kedaua orang tuanya.Tuan Zu masih tetap bertahan dalam diamnya ia tidak tau harus berkata apa."Tuan, kenapa kau diam saja? Apa kau tidak mengijinkan diriku untuk bertemu dengan orang tuaku?" rengek Aneisha."Aku akan mengijinkanmu bertemu dengan orang tuamu nanti, kau jangan merengek memintaku untuk mempertemukanmu dengan kedua orang tuamu.""Kau jahat Tuan Zu, kau bahkan memisahkan aku dengan orang tua kandungku sendiri," balas Aneisha menatap marah wajahnya."Istirahatlah, aku harus pergi sekarang," balasnya dengan beranjak dari tempat duduknya."Aku tidak mau tinggal di sini, Tuan. Tolong lepaskan rantai ini dari kakiku." Ucapnya dengan mencengkram lengan Tuan Zu yang saat itu terkena tembak."Hssss," desisnya dengan menahan rasa sakit dilengannya.Tuan Zu terdiam dan membiarkan Aneisha mencengkram lengannya dengan kuat.Ia menahan rasa sakitnya dan membiarkan Aneisha meluapkan rasa marahnya kepad
Tuan Zu terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Chan kepadanya.Guratan kasar sudah terlihat di dahinya saat itu.Tak terima dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya, Tuan Zupun menolak permintaan ayahnya."Aku tidak akan mengijinkan Aneisha untuk mengunjungi Arsen, apa ayah sudah gila? Kau hanya membuat Arsen akan semakin ingin memiliki Aneisha," tolak Tuan Zu dengan nada tegas."Tidak, kau tidak usah berpikir sejauh itu, aku akan membawa Arsen cepat keluar dari rumahmu jika kau menuruti apa kemauannya untuk yang terakhir kali," balas Tuan Chan dengan nada penuh keyakinan.Tuan Zu lantas menatap penuh wajah ayahnya, ia seolah sedang mencari sebuah kebohongan di matanya. Namun, Tuan Zu tidak mendapatkan kebohongan ayahnya di balik tatapan dari kedua matanya."Apa kau cukup yakin akan membawanya untuk segera pergi dariku, Ayah? Sungguh aku benar-benar sangat muak dengan anak tirimu di sini, ia terus berusaha untuk mendekati Ana dan ingin merebut dirinya dariku," ungkap Tua
Tuan Zu memejamkan kedua matanya dengan kasar, ia menarik nafasnya dengan panjang dan berusaha untuk membuat dirinya tetap tenang.Mungkin berkata jujur saat ini adalah terbaik untuknya, ia tau jika sangat sulit untuk membohongi seorang Tuan Chan saat ini."Baiklah, jika kau ingin menemui Aneisha, aku akan membawanya untuk menemuimu," ucap Tuan Zuan dengan menatap penuh wajahnya.Tuan Chan langsung tertegun, ia masih mencurigai Tuan Zu saat ini."Tidak perlu, katakan di mana dia? Aku akan ke sana untuk menjenguk dirinya," Tolak Tuan Chan menatap marah wajahnya.Tuan Zu semaki frustasi karena tidak berhasil untuk membujuk Tuan Chan saat ini.Tuan Zu menarik nafas panjangnya sebelum dia membalas ucapan ayahnya."Baiklah, jika kau ingin bertemu dengan Aneisha, aku akan membawamu ke sana. Saat ini dia harus menerima hukuman dariku, Ayah tidak usah terkejut, karena dia sudah berani melarikan diri," balasnya dengan tertunduk dedih.Mendengar itu, Tuan Chan seketika menarik nafas panjangnya d
Tuan Zu terperanjat ketika mendengar ucapan ayahnya saat ini, bagaimana mungkin dirinya bisa menceraikan istri kesayangannya suatu saat nanti."Apa? Bagaimana aku bisa menceraikan dia? Sedangkan aku sendiri tidak ingin jauh darinya," Tuan Zu berkata dengan wajah mulai frustasi."Kau harus bisa menceraikan dia, akan banyak musuh yang akan mengincar keluargamu terutama anakmu yang lahir dari rahimnya.""Aku tidak peduli, aku akan tetap bersama dengannya walaupun kau memintaku untuk bercerai dengannya." Tuan Zu semakin menaikkan intonasi bicaranya, ia mulai mengepalkan kedua tangannya dengan erat."Jangan keras kepala Zuan, apa kau ingin dia mati ditangan para musuhmu? Akan banyak mata dan telinga yang akan memyampaikan kabar tentang istrimu nantinya. Mungkin saat ini dia aman, tapi tidak untuk suatu saat nanti, mereka akan tau jika kedua orang tua Aneisha sudah terbunuh oleh anak buahmu cepat atau lambat."DegSeketika jantung Tuan Zu mulai berdegub dengan kencangnya.Ia rasakan tubuhny
Malam semakin larut, Arsen yang saat itu sedang menunggu janji sang ayah, hanya bisa menahan kesal.Beberapa kali dia harus mengintip di jendela demi untuk melihat kedatangan sang Ayah membawa Aneisha."Di mana ayah saat ini? Mengapa dia tidak segera datang ke sini?" tanya Arsen dengan nada kesalnya.Beberapa saat kemudian, Tuan Chan datang menemui Arsen.Saat mendengar suara pintu di buka, segera Arsen bangkit dari tidurnya sesaat sebelumnya dia membaringkan tubuhnya di atas bankarnya."Ayah, kau datang?" tanya Arsen dengab antusias.Tuan Chan tersenyum tipis terlihat jelas jika saat ini dirinya sesang terlihat sedih."Ayah, di mana Aneisha?" tanya Arsen dengan melirik ke belakang.Tuan Chan menghembuskan nafasnya dengan panjang, ia kemudian menatap wajah Arsen dengan tertunduk lesu.Tuan Chan lalu menggeser kursinya ke belakang, lalu tak lama kemudian ia hempaskan bokongnya ke atas kursi tersebut.Ia duduk dengan wajah tertekuk dan terlihat garis halus di wajahnya yang terlihat menun
Dalam ketidak sadarannya saat ini, Aneisha masih bisa mendengar hal yang memilukan tentang janin yang dikandungnya.Sekuat tenaga di berusaha bangkit dari alam bawah sadarnya, ia berusaha dengan sekuat tenaga untuk membuka kedua matanya, tapi entah mengapa kedua matanya masih saja terpejam dan tak sedikitpun menunjukkan respon meskipun saat ini dalam alam bawah sadarnya sudah bisa mendengar percakapan mereka."Ya Tuhan, mengapa ini terasa sangat berat? Kedua mataku masih saja terus terpejam, Tuan Zu, tolong bangunkan aku, buat diriku sadar, aku harus menolong anakku saat ini. Ya Tuhan, apakah aku akan kehilangan janin yang aku kandung?" monolog Aneisha dalam hatinya.Flashback OnAneisha ketakutan dalam gelapnya cahaya kamarnya yang tiba-tiba meredup.Aneisha mulai bingung dan ketakutan.Kedua manik matanya mulai waspada, entah apa yang dia lihat saat itu.Keanehan kian terasa ketika dia mendengar suara langkah kaki seseorang yang saat itu tengah menembus seisi ruangan kamarnya.Perla
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk