Tuan Zu tersenyum ketika melihat Aneisha sudah membuka kedua netranya.Ia tersenyum lalu mencium keningnya dengan lama. Manik mata Aneisha mulai menatap ke arahnya seolah menginginkan sebuah jawaban atas apa yang di alaminya."Aku sangat senang kau sudah sadar, Ana." Tuan Zu sangat senang ketika melihat Aneisha sudah mulai merespon apa yang dikatakannya meskipun saat ini dia tidak banyak bicara."Ada apa denganmu, Ana? Mengapa kau melakukan hal sebodoh itu? Apa kau tidak tau apa akibatnya dengan janin yang kau kandung itu?" Tuan Zu mengomeli Aneisha dengan menatap penuh kekesalan ke arahnya.Aneisha tertegun, ia berpikir sejenak tentang sosok lelaki yang saat itu dianggapnya sebagai orang suruhan Tuan Zu. Namun, melihat Tuan Zu yang begitu mencemaskan dirinya, diapun berpikir lain tentang Tuan Zu saat itu."Tidak mungkin jika Tuan Zu menyuruh seseorang untuk melakukan itu, dia begitu khawatir dan tak sedikitpun wajahnya menampakkan sesuatu yang mencurigakan," Aneisha membatin dalam h
Pikiran Arsen mulai berkecamuk ketika mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya saat ini. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, apakah Naima seperti yang dipikirkan oleh ayahnya?Arsen semakin gelisah, apalagi Naima adalah sosok wanita yang dianggapnya sebagai ibu keduanya setelah mama kandungnya berada di rumah sakit jiwa."Benarkah Naima seperti yang dikatakan oleh ayah Chan? Kenapa ayah Chan berpikir seperti itu?" gumam Arsen dalam hatinya.Tak lama setelah Tuan Chan mengobrol dengan Arsen, diapun memerintahkan pengawal untuk mempersiapkan kendaraan besinya menunggu di depan lobby rumah sakit."Arsen, bersiaplah sekarang! Kita akan pulang sebentar lagi," perintah Tuan Chan."Ayah, bisakah aku menjenguk Aneisha sebentar saja, Ayah?" pinta Arsen dengan wajah mengiba."Apa maksudmu? Dia masih dirawat, ada kakakmu Zuan, bagaimana kau bisa bertemu dengannya?" balas Tuan Chan menatap wajah Arsen."Ayah, aku hanya ingin menjenguk Aneisha karena kemanusiaan, tidak ada pikiranku untuk merebut An
Arsen benar-benar terkejut saat mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya.Saat dia hendak memprotes Tuan Chan, dengan cepat Tuan Chan memberikan kode kepada Arsen agar dia tetap diam dan tak memprotes dirinya pada waktu itu."Jangan sekarang," tolak Tuan Zu kembali."Kenapa?" tanya Tuan Chan dengan tatapan penuh menelisik."Karena saat ini Aneisha sedang tidak boleh diganggu terlebih dahulu, dia masih sakit dan butuh waktu untuk memulihkan keadaannya," balas Tuan Zuan."Apa kondisinya saat ini memburuk?" tanya Tuan Chan dengan tatapan penuh menelisik.Tuan Zu lalu mendongak menatap wajah Tuan Chan yang saat ini sedang menatap wajahnya penuh selidik.Tuan Zu menarik dalam-dalam nafasnya lalu dia mengeluarkannya pelan-pelan."Aneisha mengalami kram hebat malam itu, perlahan-lahan dia merasakan darahnya keluar dari jalan lahirnya hingga membuatnya harus segera dilakukan tindakan operasi, saat itu dokter mengatakan jika Aneisha dalam keadaan kritis hingga dilakukan prngangkatan janin yan
Tuan Chan langsung terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu, wajahnya mulai memerah dan tatapannya penuh dengan kemarahan."Ah sialan, kenapa kau begitu ceroboh, Zu. Kau akan kehilangan kedudukanmu jika kau tidak mendapatkan simpati dari pemimpin klan." Tuan Chan berkata dengan menarik baju Tuan Zuan.Tuan Zu menarik nafasnya dengan panjang, merasakan penyesalan dari apa yang dia lakukan."Dia memang bajingan, Ayah. Lebih baik kau menghukum Zuan, Ayah. Jangan biarkan dia terus menyiksa Aneisha, suruh dia menceraikan Aneisha!" sahut Arsen dengan nada marah."Diam kau! Dasar adik tiri bajingan!" umpat Tuan Zu dengan nada marah "Kau juga lebih bajingan dari aku!" umpat Arsen menimpali.Keduanya kini saling mengumpati hingga membuat Tuan Chan semakin marah dan akhirnya memutuskan untuk segera pergi dari sana, menghindari Tuan Zu sementara waktu."Diam kalian! Kenapa Saling mengumpati dan saling bertengkar? Kita ke sini untuk mengunjungi Aneisha, Arsen! Bukan untuk saling
Aneisha mulai gelisah, dirinya di penuhi dengan keraguan ketika ia harus memutuskan untuk segera pergi dari kehidupan Tuan Zu.Saat Aneisha tiba-tiba mendengar ada seseorang yang membuka knop pintu kamarnya, ia segera berbaring ke atas ranjangnya dan berpura-pura tertidur di sana.CeklekSaat itu Tuan Zu mulai masuk ke dalam kamar Aneisha, ia melihat Aneisha sedang tertidur di atas bankarnya.Ia lalu mendekati tubuh Aneisha dan segera duduk di samping bankarnya. Ia menatap lekat wajah Aneisha yang saat itu sedang menutup kedua matanya.Ia meraih tangan Aneisha lalu mencium punggung tangan Aneisha dengan mesra."Ana, maafkan aku." Ucap Tuan Zuan dengan mengelus lembut rambut Aneisha."Maafkan aku karena sudah membuatmu kehilangan bayimu," kata Tuan Zu dengan nada penuh penyesalan.Aneisha yang saat itu sedang berpura-pura tertidur, cukup jelas mendengarkan Tuan Zu sedang mengutarkan uneg-unegnya.Aneisha hanya terdiam saja dan terus berpura-pura tertidur di sana."Aku sangat menyesal A
Naima menatap tak percaya, kali ini rasanya tubuhnya mulai tak bertumpu, kakinya mulai lemas dan membuat Naima mulai beringsut ke belakang untuk menghirup dalam-dalam oksigen yang terasa habis di paru-parunya.Kedua pelupuk mata Naima kini sudah mulai berembun, wajahnya tampak sedang menampakkan kesedihan yang luar biasa mendengar kabar buruk ini.Sementara itu Arsen yang melirik ke arah Naima, mulai sedikit bimbang untuk menilai Naima yang kini terlihat benar-benar sangat sedih setelah mendapatkan berita keguguran Aneisha."Kenapa ada ekspresi kesedihan di mata Naima? Bukankah seharusnya dia saat ini senang mendengar kabar buruk ini? Kenapa Naima mulai menangis?" gumam Arsen sendiri.Tuan Chan yang saat itu mendengar gumaman Arsen, langsung mendekati Arsen dan mengacaukan pikiran Arsen."Kau Jangan terpancing dengan sikap bualan Naima, ia hanya berpura-pura saja, aku yakin jika saat ini Naima pasti tersenyum penuh kemenangan," ujar Tuan Chan mencoba untuk memasuki pikiran putranya.A
Arsen tiba-tiba menyahuti ucapan Tuan Zu, entah sejak kapan dirinya berada di sana.Sejak ayahnya memutuskan untuk membawanya pergi dari rumah Tuan Zu, Arsen tak pernah lagi mengunjungi rumah Tuan Zu. Namun, ketika dia ke rumah sakit untuk mengunjungi Aneisha, dirinyapun harus menerima kenyataan pahit ketika salah seorang suster mengatakan jika Aneisha sudah pulang ke rumahnya, dengan terpaksa Arsen harus ke rumah Tuan Zu untuk menjenguk Aneisha."Arsen," Aneisha menoleh ke arah wajah Arsen di belakangnya.Arsen sekilas menarik kedua bibirnya dan mengulas senyumannya."Apa kabarmu, Aneisha?" Arsen mendekat ke arah Aneisha dan sekilas mencium pipinya.Tuan Zu menatap geram, ia mulai mengepalkan kedua tangannya ketika melihat Arsen dengan sengaja mencium pipi di depannya."Tak bisakah kau lebih hormat lagi kepadaku dan kakak iparmu, Arsen?" Tuan Zu berkata dengan nada esmosi.Arsen tersenyum simpul tak peduli, dengan santainya dia duduk di dekat Aneisha. Ketiga istri Tuan Zuan tanpak ter
Malampun tiba, Tuan Zu yang baru menyelesaikan tugasnya, langsung tertidur pulas di atas ranjangnya.Aneisha menunggu waktu yang tepat untuk melarikan diri dari rumahnya.Saat itu masih petang, ada beberapa waktu untuk dirinya mempersiapkan segala sesuatunya untuk melarikan diri. Meskipun saat ini Aneisha hanya sedikit mendapatkan bantuan dari pria misterius itu, ia tetap harus hati-hati melakukannya, dia tidak mau gegabah mengambil sebuah tindakan yang akan membuat boomerang bagi diriya sendiri."Aku memang tidak tau siapa lelaki misterius itu, jadi kali ini aku harus lebih berhati-hati lagi," gumam Aneisha dalam hati.Aneisha lalu memejamkan kedua matanya, kali ini dia harus bangun lebih awal, karena mobil pengiriman bahan makanan itu akan tiba pukul enam pagi. Ada sisa waktu satu sampai dua jam sampai Tuan Zu terbangun saat itu.Aneisha benar-benar harus mempersiapkan waktu yang tepat untuk pelariannya dari istanah Tuan Zu.Tepat pukul lima pagi, Aneisha mulai bangkit dari tempat t