Malampun tiba, Tuan Zu yang baru menyelesaikan tugasnya, langsung tertidur pulas di atas ranjangnya.Aneisha menunggu waktu yang tepat untuk melarikan diri dari rumahnya.Saat itu masih petang, ada beberapa waktu untuk dirinya mempersiapkan segala sesuatunya untuk melarikan diri. Meskipun saat ini Aneisha hanya sedikit mendapatkan bantuan dari pria misterius itu, ia tetap harus hati-hati melakukannya, dia tidak mau gegabah mengambil sebuah tindakan yang akan membuat boomerang bagi diriya sendiri."Aku memang tidak tau siapa lelaki misterius itu, jadi kali ini aku harus lebih berhati-hati lagi," gumam Aneisha dalam hati.Aneisha lalu memejamkan kedua matanya, kali ini dia harus bangun lebih awal, karena mobil pengiriman bahan makanan itu akan tiba pukul enam pagi. Ada sisa waktu satu sampai dua jam sampai Tuan Zu terbangun saat itu.Aneisha benar-benar harus mempersiapkan waktu yang tepat untuk pelariannya dari istanah Tuan Zu.Tepat pukul lima pagi, Aneisha mulai bangkit dari tempat t
Aneisha berlari dengan sempoyongan. Cukup jauh dia berlari untuk bisa menghindari anak buah Tuan Zu yang saat itu mungkin sudah dikerahkan untuk mencari keberadaannya. **Tepat di depan gerbang rumahnya, Aneisha melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya yang sudah terlihat seperti tak berpenghuni."Ya Tuhan, kenapa rumahku menjasi seperti ini? Apa yang terjadi?" gumam Aneisha dalam hati.Aneisha menatap langit rumahnya yang terlihat sesikit rapuh, halaman depannya sudah ditumbuhi rerumputan dan teras rumah itu pun berdebu.Aneisha mulai melangkah menuju pintu, ia memutar knop pintu. Ternyata pintu rumahnya tak terkunci, Aneisha terkejut.Ia melangkah masuk ke dalamrumahnya yang sudah mulai pengap dan gelap, horden rumahnya terpaksa dia buka sedikit agar ada sedikit cahaya yang masul di balik celah kaca jendala itu."Ayah,Ibu," panggil Aneisha.Tak ada sahutan di sana, suasana tampak sunyi dan listrik pun mati."Ayah, Ibu, kalian ada di mana? Aku sudah pulang," teriak Aneisha memang
Dua puluh menit sudah terlewat, laman-laman Aneisha mulai membuka kedua matanya, ia rasakan tubuhnya seperti bergerak-gerak. Aneisha mulai mengedarkan kedua matanya, ia melihat ruang yang cukup sempit di sana. Iapun menyadari jika dirinya kini sudah berada di dalam mobil seorang lelaki."Di mana aku sekarang?" Aneisha bertanya dengan wajah bingungnya."Kau sudah sadar rupanya, kau tidak usah khawatir, Ana. Saat ini kau di tempat yang aman." Suara bariton seorang pria kini terdengar tak asing ditelinganya."Kau ...," Aneisha menunjuk ke arah kemudi.Lelaki itu tersenyum menatap wajah Aneisha yang saat ini terkejut melihatnya."Iya, aku. Apa kau terkejut melihatku? Aku menemukanmu dalam keadaan tak sadarkan diri di jalan. Kau tenang saja, aku akan mengantarkanmu pulang," balasnya dengan tersenyum ke arahnya.Mendengar itu pun Aneisha seketika langsung menghentikan lelaki itu untuk mewurungkan niatnya mengantarkan dirinya ke rumah suaminya."J-jangan, tolong jangan antarkan aku ke sana l
Jenny tersenyum dengan terduduk santai di ruang keluarga.Kali ini dia menceritakan tentang bagaimana dirinya mengetahui siapa di balik sosok yang membantu Aneisha waktu itu.Flashback onSecepat kilat dia melihat sosok lelaki yang tengah berlari menuju ke arah kamar di mana saat itu Aneisha di sekap oleh Tuan Zu di sana.Jenny menatap curiga, lalu dia bersembunyi di balik sebuah tembok ketika lelaki itu sempat melihat ke arahnya.Tak butuh lama lelaki itu masuk ke dalam ruangan antik milik Tuan Zu karena keadaan masih sepi dan pengawal kebetulan pergi entah kemana.Jenny mulai penasaran dengan sosok lelaki yang memaki topeng dan masuk ke dalam kamar itu.Beberapa lama kemudian, dia melihat beberapa pengawal sudah berada di sana dan lelaki itu masih ada di dalam.Jenny menunggu beberapa saat untuk melihat lelaki itu keluar dari kamar penyekapan Aneisha.Saat pintu itu terbuka, ia terkejut ketika melihat pengawal Lim keluar dari sana."Pengawal Lim? Diakah yang tadi keluar dari sana?"
Lilian ingin sekali menyingkirkan kedua madunya secepatnya, kali ini dia ingin menyingkirkan Cellyn terlabih dahulu, ia mulai mengadu domba antara Jenny dan Cellyn saat itu, hingga keduanya berhasil di adu domba.Jenny mulai memfitnah Cellyn di depan Tuan Zu, saat itu dia mengatakan bahwa Cellyn yang membuat Aneisha tertekan dan sering menyiksa Aneisha ketika dirinya tidak berada di rumah, Tuan Zu awalnya tidal percaya ketika Cellyn berhasil menampik semua ucapan Jenny yang mengada-ada. Namun, Lilian dengan lantang membenarkan apa yang dikatakan oleh Jenny dan menunjukkan sebuah Video yang sempat dia rekam ketika Cellyn memberikan hukuman kepada Aneisha.Melihat itu, Tuan Zu sangat geram dan berujung pada pengusiran Cellyn dari rumahnya dan menceraikan dirinya langsung."Jangan pernah kamu kembali lagi ke sini," Tuan Zu mengusir Cellyn dan hari itu juga mulai menceraikan dirinya.Cellyn menangis sejadi-jadinya ketika mendengar kata cerai dari Tuan Zu.Kini tinggal dua istri yang saat i
Lim terkejut ketika melihat Jenny mulai membenarkan rencanayang dia biat sendiri tanpa mengetahui bahwa yang merencanakan dan menyamar menjadi Jenny saat itu adalah Lilian.Flashback OnLilian memakai topeng wajah mirip Jenny, lalu menghampiri Lim dan mengajaknya bekerja sama. Namun, Lim dengan tegas menolak ketika Lilian merencanakan untuk mengusir Aneisha dari istanah ini."Tidak, aku tidak mau melakukan itu. Sebaiknya kau jalankan sendiri rencanamu itu." Lim menolak dengan nada tegasnya.Lilian murka dan saat itu dia berniat untuk mengancam Lim, kali ini dia mengunjungi rumah kedua orang tua Lim dan menyewa orang untuk membantunya memuluskan rencananya. Saat itulah kedua orang tua Lim dalam intimidasi orang-orang suruhannya dan merekam semuanya.Lilian kembali menyamar menjadi Jenny dan memberikan video itu kepadanya. Ia mengancam, jika dia menceritakan ini kepada Tuan Zu atau yang lain, ia tak segan-segan akan membunuh kedua orang tua Lim.Lim tak punya pilihan lain dan mengikuti
Delapan Bulan KemudianWaktu begitu cepat hingga tanpa sadar sudah hampir sembilan bulan Aneisha menghilang dan saat itu Xavier belum juga memberitahukan tentang perasaannya kepada Aneisha.Ia bahkan tidak terkejut dengan kehamilan Aneisha karena saat itu dia mendengar rumor kabar burung tentang kehamilan salah satu istri Tuan Zu. Namun, musuh tidak pernah mendengar celoteh orang-orang yang mengatakan tentang kelahiran salah satu istri Tuan Zu. Bahkan semenjak kepergian Aneisha, Tuan Zu mulai pindah di kota lain untuk menata hatinya yang konon dia rasakan sulit sekali untuk melupakan Aneisha hingga mbuatnya frustasi dan sering mengurung diri.Seiring berjalannya waktu, akhirnya Tuan Zu mampu melupakan Aneisha dan kini mulai bisa mengembalikan pucuk kepemimpinan klan mafia ditangan sang ayah yang saat itu masih menginginkan kekuasaan itu.Tuan Zu sempat berdebat saat Tuan Chan tak memberikan kepemimpinan Klan Macan Putih yang sudah lama dipimpinnya.Saat itu memang Tuan Chan sempat me
Entah mengapa perasaan Tuan Zu semakin tidak enak hari itu,ia gelisah memikirkan Aneisha."Sial, sudah berbulan-bulan aku melupakan dia kenapa aku kepikiran dengannya?" umpat Tuan Zu dengan meninjukan tangannya di udara.Sejenak Tuan Zu mengambil nafasnya dalam-dalam dan ia memejamkan kedua matanya. Namun entah mengapa saat itu ada sosok bayi yang tiba-tiba ada di pikirannya.Tuan Zuan memundurkan langkah kakinya, ia membuka kedua matanya tak percaya, sosok bayi yang dia lihat dalam pikirannya adalah sebuah firasat jika Aneisha tengah melahirkan anaknya.Rasa itu tiba-tiba mulai merasuk dalam pikiran Tuan Zu. Ya, dia mulai sadar jika saat ini Aneisha sudah menghilang selama delapan bulan dan ini adalah waktunya dia melahirkan anaknya.**Seminggu berlalu, Aneisha dan putrinya yang diberikan nama Zhian lee, kini sudah berada di rumah setelah ia dan putranya diperbolehkan pulang oleh dokter.Xavier tampak bersemangat untuk menjadi ayah Zhian meskipun Zhian adalah putra dari Tuan Zu.Sem
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk