Tuan Chan langsung terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu, wajahnya mulai memerah dan tatapannya penuh dengan kemarahan."Ah sialan, kenapa kau begitu ceroboh, Zu. Kau akan kehilangan kedudukanmu jika kau tidak mendapatkan simpati dari pemimpin klan." Tuan Chan berkata dengan menarik baju Tuan Zuan.Tuan Zu menarik nafasnya dengan panjang, merasakan penyesalan dari apa yang dia lakukan."Dia memang bajingan, Ayah. Lebih baik kau menghukum Zuan, Ayah. Jangan biarkan dia terus menyiksa Aneisha, suruh dia menceraikan Aneisha!" sahut Arsen dengan nada marah."Diam kau! Dasar adik tiri bajingan!" umpat Tuan Zu dengan nada marah "Kau juga lebih bajingan dari aku!" umpat Arsen menimpali.Keduanya kini saling mengumpati hingga membuat Tuan Chan semakin marah dan akhirnya memutuskan untuk segera pergi dari sana, menghindari Tuan Zu sementara waktu."Diam kalian! Kenapa Saling mengumpati dan saling bertengkar? Kita ke sini untuk mengunjungi Aneisha, Arsen! Bukan untuk saling
Aneisha mulai gelisah, dirinya di penuhi dengan keraguan ketika ia harus memutuskan untuk segera pergi dari kehidupan Tuan Zu.Saat Aneisha tiba-tiba mendengar ada seseorang yang membuka knop pintu kamarnya, ia segera berbaring ke atas ranjangnya dan berpura-pura tertidur di sana.CeklekSaat itu Tuan Zu mulai masuk ke dalam kamar Aneisha, ia melihat Aneisha sedang tertidur di atas bankarnya.Ia lalu mendekati tubuh Aneisha dan segera duduk di samping bankarnya. Ia menatap lekat wajah Aneisha yang saat itu sedang menutup kedua matanya.Ia meraih tangan Aneisha lalu mencium punggung tangan Aneisha dengan mesra."Ana, maafkan aku." Ucap Tuan Zuan dengan mengelus lembut rambut Aneisha."Maafkan aku karena sudah membuatmu kehilangan bayimu," kata Tuan Zu dengan nada penuh penyesalan.Aneisha yang saat itu sedang berpura-pura tertidur, cukup jelas mendengarkan Tuan Zu sedang mengutarkan uneg-unegnya.Aneisha hanya terdiam saja dan terus berpura-pura tertidur di sana."Aku sangat menyesal A
Naima menatap tak percaya, kali ini rasanya tubuhnya mulai tak bertumpu, kakinya mulai lemas dan membuat Naima mulai beringsut ke belakang untuk menghirup dalam-dalam oksigen yang terasa habis di paru-parunya.Kedua pelupuk mata Naima kini sudah mulai berembun, wajahnya tampak sedang menampakkan kesedihan yang luar biasa mendengar kabar buruk ini.Sementara itu Arsen yang melirik ke arah Naima, mulai sedikit bimbang untuk menilai Naima yang kini terlihat benar-benar sangat sedih setelah mendapatkan berita keguguran Aneisha."Kenapa ada ekspresi kesedihan di mata Naima? Bukankah seharusnya dia saat ini senang mendengar kabar buruk ini? Kenapa Naima mulai menangis?" gumam Arsen sendiri.Tuan Chan yang saat itu mendengar gumaman Arsen, langsung mendekati Arsen dan mengacaukan pikiran Arsen."Kau Jangan terpancing dengan sikap bualan Naima, ia hanya berpura-pura saja, aku yakin jika saat ini Naima pasti tersenyum penuh kemenangan," ujar Tuan Chan mencoba untuk memasuki pikiran putranya.A
Arsen tiba-tiba menyahuti ucapan Tuan Zu, entah sejak kapan dirinya berada di sana.Sejak ayahnya memutuskan untuk membawanya pergi dari rumah Tuan Zu, Arsen tak pernah lagi mengunjungi rumah Tuan Zu. Namun, ketika dia ke rumah sakit untuk mengunjungi Aneisha, dirinyapun harus menerima kenyataan pahit ketika salah seorang suster mengatakan jika Aneisha sudah pulang ke rumahnya, dengan terpaksa Arsen harus ke rumah Tuan Zu untuk menjenguk Aneisha."Arsen," Aneisha menoleh ke arah wajah Arsen di belakangnya.Arsen sekilas menarik kedua bibirnya dan mengulas senyumannya."Apa kabarmu, Aneisha?" Arsen mendekat ke arah Aneisha dan sekilas mencium pipinya.Tuan Zu menatap geram, ia mulai mengepalkan kedua tangannya ketika melihat Arsen dengan sengaja mencium pipi di depannya."Tak bisakah kau lebih hormat lagi kepadaku dan kakak iparmu, Arsen?" Tuan Zu berkata dengan nada esmosi.Arsen tersenyum simpul tak peduli, dengan santainya dia duduk di dekat Aneisha. Ketiga istri Tuan Zuan tanpak ter
Malampun tiba, Tuan Zu yang baru menyelesaikan tugasnya, langsung tertidur pulas di atas ranjangnya.Aneisha menunggu waktu yang tepat untuk melarikan diri dari rumahnya.Saat itu masih petang, ada beberapa waktu untuk dirinya mempersiapkan segala sesuatunya untuk melarikan diri. Meskipun saat ini Aneisha hanya sedikit mendapatkan bantuan dari pria misterius itu, ia tetap harus hati-hati melakukannya, dia tidak mau gegabah mengambil sebuah tindakan yang akan membuat boomerang bagi diriya sendiri."Aku memang tidak tau siapa lelaki misterius itu, jadi kali ini aku harus lebih berhati-hati lagi," gumam Aneisha dalam hati.Aneisha lalu memejamkan kedua matanya, kali ini dia harus bangun lebih awal, karena mobil pengiriman bahan makanan itu akan tiba pukul enam pagi. Ada sisa waktu satu sampai dua jam sampai Tuan Zu terbangun saat itu.Aneisha benar-benar harus mempersiapkan waktu yang tepat untuk pelariannya dari istanah Tuan Zu.Tepat pukul lima pagi, Aneisha mulai bangkit dari tempat t
Aneisha berlari dengan sempoyongan. Cukup jauh dia berlari untuk bisa menghindari anak buah Tuan Zu yang saat itu mungkin sudah dikerahkan untuk mencari keberadaannya. **Tepat di depan gerbang rumahnya, Aneisha melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya yang sudah terlihat seperti tak berpenghuni."Ya Tuhan, kenapa rumahku menjasi seperti ini? Apa yang terjadi?" gumam Aneisha dalam hati.Aneisha menatap langit rumahnya yang terlihat sesikit rapuh, halaman depannya sudah ditumbuhi rerumputan dan teras rumah itu pun berdebu.Aneisha mulai melangkah menuju pintu, ia memutar knop pintu. Ternyata pintu rumahnya tak terkunci, Aneisha terkejut.Ia melangkah masuk ke dalamrumahnya yang sudah mulai pengap dan gelap, horden rumahnya terpaksa dia buka sedikit agar ada sedikit cahaya yang masul di balik celah kaca jendala itu."Ayah,Ibu," panggil Aneisha.Tak ada sahutan di sana, suasana tampak sunyi dan listrik pun mati."Ayah, Ibu, kalian ada di mana? Aku sudah pulang," teriak Aneisha memang
Dua puluh menit sudah terlewat, laman-laman Aneisha mulai membuka kedua matanya, ia rasakan tubuhnya seperti bergerak-gerak. Aneisha mulai mengedarkan kedua matanya, ia melihat ruang yang cukup sempit di sana. Iapun menyadari jika dirinya kini sudah berada di dalam mobil seorang lelaki."Di mana aku sekarang?" Aneisha bertanya dengan wajah bingungnya."Kau sudah sadar rupanya, kau tidak usah khawatir, Ana. Saat ini kau di tempat yang aman." Suara bariton seorang pria kini terdengar tak asing ditelinganya."Kau ...," Aneisha menunjuk ke arah kemudi.Lelaki itu tersenyum menatap wajah Aneisha yang saat ini terkejut melihatnya."Iya, aku. Apa kau terkejut melihatku? Aku menemukanmu dalam keadaan tak sadarkan diri di jalan. Kau tenang saja, aku akan mengantarkanmu pulang," balasnya dengan tersenyum ke arahnya.Mendengar itu pun Aneisha seketika langsung menghentikan lelaki itu untuk mewurungkan niatnya mengantarkan dirinya ke rumah suaminya."J-jangan, tolong jangan antarkan aku ke sana l
Jenny tersenyum dengan terduduk santai di ruang keluarga.Kali ini dia menceritakan tentang bagaimana dirinya mengetahui siapa di balik sosok yang membantu Aneisha waktu itu.Flashback onSecepat kilat dia melihat sosok lelaki yang tengah berlari menuju ke arah kamar di mana saat itu Aneisha di sekap oleh Tuan Zu di sana.Jenny menatap curiga, lalu dia bersembunyi di balik sebuah tembok ketika lelaki itu sempat melihat ke arahnya.Tak butuh lama lelaki itu masuk ke dalam ruangan antik milik Tuan Zu karena keadaan masih sepi dan pengawal kebetulan pergi entah kemana.Jenny mulai penasaran dengan sosok lelaki yang memaki topeng dan masuk ke dalam kamar itu.Beberapa lama kemudian, dia melihat beberapa pengawal sudah berada di sana dan lelaki itu masih ada di dalam.Jenny menunggu beberapa saat untuk melihat lelaki itu keluar dari kamar penyekapan Aneisha.Saat pintu itu terbuka, ia terkejut ketika melihat pengawal Lim keluar dari sana."Pengawal Lim? Diakah yang tadi keluar dari sana?"
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk