Lilian dan kedua madunya tampak menahan kekecewaannya ketika mendengar kabar berita tentang diketemukannya Aneisha saat itu.Beberapa saat kemudian, terlihat Tuan Zu kini mulai keluar dari ruangan tersebut dan terkejut melihat ketiga istrinya sedang berada di sana."Ada apa kalian di sini?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh intimidasi.Ketiga istri Tuan Zuan terlihat sangat gugup ketika mendengar pertanyaan dari Tuan Zuan.Lilian mendekati Tuan Zu, ia mencoba untuk menghilangkan kegugupannya saat itu."Tuan Zu, kami kebetulan mau mencari keberadaan Aneisha. Namun, saat kami melewati lorong ini, Aku melihat para pengawal sedang berkerumun di sini, dan aku menegur mereka untuk mencari keberadaan istri ke empatmu itu. Namun, mereka berkata jika saat ini Aneisha sudah diketemukan, apa itu benar?" balas Lilian dengan menatap wajah Tuan Zu yang terlihat sangat kesal."Apa yang mereka katakan benar, Aneisha saat ini sudah diketemukan dan aku memberikan hukuman untuk dirinya saat ini," balas
Aneisha tidak berhenti merengek meminta Tuan Zu untuk mengijinkannya bertemu dengan kedaua orang tuanya.Tuan Zu masih tetap bertahan dalam diamnya ia tidak tau harus berkata apa."Tuan, kenapa kau diam saja? Apa kau tidak mengijinkan diriku untuk bertemu dengan orang tuaku?" rengek Aneisha."Aku akan mengijinkanmu bertemu dengan orang tuamu nanti, kau jangan merengek memintaku untuk mempertemukanmu dengan kedua orang tuamu.""Kau jahat Tuan Zu, kau bahkan memisahkan aku dengan orang tua kandungku sendiri," balas Aneisha menatap marah wajahnya."Istirahatlah, aku harus pergi sekarang," balasnya dengan beranjak dari tempat duduknya."Aku tidak mau tinggal di sini, Tuan. Tolong lepaskan rantai ini dari kakiku." Ucapnya dengan mencengkram lengan Tuan Zu yang saat itu terkena tembak."Hssss," desisnya dengan menahan rasa sakit dilengannya.Tuan Zu terdiam dan membiarkan Aneisha mencengkram lengannya dengan kuat.Ia menahan rasa sakitnya dan membiarkan Aneisha meluapkan rasa marahnya kepad
Tuan Zu terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Chan kepadanya.Guratan kasar sudah terlihat di dahinya saat itu.Tak terima dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya, Tuan Zupun menolak permintaan ayahnya."Aku tidak akan mengijinkan Aneisha untuk mengunjungi Arsen, apa ayah sudah gila? Kau hanya membuat Arsen akan semakin ingin memiliki Aneisha," tolak Tuan Zu dengan nada tegas."Tidak, kau tidak usah berpikir sejauh itu, aku akan membawa Arsen cepat keluar dari rumahmu jika kau menuruti apa kemauannya untuk yang terakhir kali," balas Tuan Chan dengan nada penuh keyakinan.Tuan Zu lantas menatap penuh wajah ayahnya, ia seolah sedang mencari sebuah kebohongan di matanya. Namun, Tuan Zu tidak mendapatkan kebohongan ayahnya di balik tatapan dari kedua matanya."Apa kau cukup yakin akan membawanya untuk segera pergi dariku, Ayah? Sungguh aku benar-benar sangat muak dengan anak tirimu di sini, ia terus berusaha untuk mendekati Ana dan ingin merebut dirinya dariku," ungkap Tua
Tuan Zu memejamkan kedua matanya dengan kasar, ia menarik nafasnya dengan panjang dan berusaha untuk membuat dirinya tetap tenang.Mungkin berkata jujur saat ini adalah terbaik untuknya, ia tau jika sangat sulit untuk membohongi seorang Tuan Chan saat ini."Baiklah, jika kau ingin menemui Aneisha, aku akan membawanya untuk menemuimu," ucap Tuan Zuan dengan menatap penuh wajahnya.Tuan Chan langsung tertegun, ia masih mencurigai Tuan Zu saat ini."Tidak perlu, katakan di mana dia? Aku akan ke sana untuk menjenguk dirinya," Tolak Tuan Chan menatap marah wajahnya.Tuan Zu semaki frustasi karena tidak berhasil untuk membujuk Tuan Chan saat ini.Tuan Zu menarik nafas panjangnya sebelum dia membalas ucapan ayahnya."Baiklah, jika kau ingin bertemu dengan Aneisha, aku akan membawamu ke sana. Saat ini dia harus menerima hukuman dariku, Ayah tidak usah terkejut, karena dia sudah berani melarikan diri," balasnya dengan tertunduk dedih.Mendengar itu, Tuan Chan seketika menarik nafas panjangnya d
Tuan Zu terperanjat ketika mendengar ucapan ayahnya saat ini, bagaimana mungkin dirinya bisa menceraikan istri kesayangannya suatu saat nanti."Apa? Bagaimana aku bisa menceraikan dia? Sedangkan aku sendiri tidak ingin jauh darinya," Tuan Zu berkata dengan wajah mulai frustasi."Kau harus bisa menceraikan dia, akan banyak musuh yang akan mengincar keluargamu terutama anakmu yang lahir dari rahimnya.""Aku tidak peduli, aku akan tetap bersama dengannya walaupun kau memintaku untuk bercerai dengannya." Tuan Zu semakin menaikkan intonasi bicaranya, ia mulai mengepalkan kedua tangannya dengan erat."Jangan keras kepala Zuan, apa kau ingin dia mati ditangan para musuhmu? Akan banyak mata dan telinga yang akan memyampaikan kabar tentang istrimu nantinya. Mungkin saat ini dia aman, tapi tidak untuk suatu saat nanti, mereka akan tau jika kedua orang tua Aneisha sudah terbunuh oleh anak buahmu cepat atau lambat."DegSeketika jantung Tuan Zu mulai berdegub dengan kencangnya.Ia rasakan tubuhny
Malam semakin larut, Arsen yang saat itu sedang menunggu janji sang ayah, hanya bisa menahan kesal.Beberapa kali dia harus mengintip di jendela demi untuk melihat kedatangan sang Ayah membawa Aneisha."Di mana ayah saat ini? Mengapa dia tidak segera datang ke sini?" tanya Arsen dengan nada kesalnya.Beberapa saat kemudian, Tuan Chan datang menemui Arsen.Saat mendengar suara pintu di buka, segera Arsen bangkit dari tidurnya sesaat sebelumnya dia membaringkan tubuhnya di atas bankarnya."Ayah, kau datang?" tanya Arsen dengab antusias.Tuan Chan tersenyum tipis terlihat jelas jika saat ini dirinya sesang terlihat sedih."Ayah, di mana Aneisha?" tanya Arsen dengan melirik ke belakang.Tuan Chan menghembuskan nafasnya dengan panjang, ia kemudian menatap wajah Arsen dengan tertunduk lesu.Tuan Chan lalu menggeser kursinya ke belakang, lalu tak lama kemudian ia hempaskan bokongnya ke atas kursi tersebut.Ia duduk dengan wajah tertekuk dan terlihat garis halus di wajahnya yang terlihat menun
Dalam ketidak sadarannya saat ini, Aneisha masih bisa mendengar hal yang memilukan tentang janin yang dikandungnya.Sekuat tenaga di berusaha bangkit dari alam bawah sadarnya, ia berusaha dengan sekuat tenaga untuk membuka kedua matanya, tapi entah mengapa kedua matanya masih saja terpejam dan tak sedikitpun menunjukkan respon meskipun saat ini dalam alam bawah sadarnya sudah bisa mendengar percakapan mereka."Ya Tuhan, mengapa ini terasa sangat berat? Kedua mataku masih saja terus terpejam, Tuan Zu, tolong bangunkan aku, buat diriku sadar, aku harus menolong anakku saat ini. Ya Tuhan, apakah aku akan kehilangan janin yang aku kandung?" monolog Aneisha dalam hatinya.Flashback OnAneisha ketakutan dalam gelapnya cahaya kamarnya yang tiba-tiba meredup.Aneisha mulai bingung dan ketakutan.Kedua manik matanya mulai waspada, entah apa yang dia lihat saat itu.Keanehan kian terasa ketika dia mendengar suara langkah kaki seseorang yang saat itu tengah menembus seisi ruangan kamarnya.Perla
Tuan Zu tersenyum ketika melihat Aneisha sudah membuka kedua netranya.Ia tersenyum lalu mencium keningnya dengan lama. Manik mata Aneisha mulai menatap ke arahnya seolah menginginkan sebuah jawaban atas apa yang di alaminya."Aku sangat senang kau sudah sadar, Ana." Tuan Zu sangat senang ketika melihat Aneisha sudah mulai merespon apa yang dikatakannya meskipun saat ini dia tidak banyak bicara."Ada apa denganmu, Ana? Mengapa kau melakukan hal sebodoh itu? Apa kau tidak tau apa akibatnya dengan janin yang kau kandung itu?" Tuan Zu mengomeli Aneisha dengan menatap penuh kekesalan ke arahnya.Aneisha tertegun, ia berpikir sejenak tentang sosok lelaki yang saat itu dianggapnya sebagai orang suruhan Tuan Zu. Namun, melihat Tuan Zu yang begitu mencemaskan dirinya, diapun berpikir lain tentang Tuan Zu saat itu."Tidak mungkin jika Tuan Zu menyuruh seseorang untuk melakukan itu, dia begitu khawatir dan tak sedikitpun wajahnya menampakkan sesuatu yang mencurigakan," Aneisha membatin dalam h