Saat Aneisha menelpon dirinya, sungguh Tuan Zu benar-benar sangat mencemaskan dirinya. Bagaimana tidak, saat ini Tuan Zu menerima telepon dari Aneisha yang tidak biasanya menghubungi dirinya.Sejenak Aneisha terpaku setelah mendengar Tuan Zu menyahuti panggilan teleponnya."Ana? Apa kau baik-baik saja?" tanya Tuan Zu dengan perasaan cemasnya.Suasana mendadak hening seketika, Aneisha masih terpaku dalam kamarnya."Ana? Bicaralah! Kenapa kau hanya terdiam saja?" kembali Tuan Zu bertanya kepada Aneisha.Aneisha benar-benar gugup ketika Tuan Zu kini sedikit menyentak dirinya."Ehm, aku ...aku ...aku cuma ingin tau apa kau baik-baik saja?" tanya Aneisha dengan menggigit bibir bawahnya."Kau mengkhawatirkan diriku, Ana?" tanya Tuan Zu dengan nada sedikit menggoda."Aku bermimpi buruk tadi, apa Tuan Zu tidak mengalami hal buruk?" Aneisha bertanya dengan nada cemasnya."Terima kasih Ana, kau sudah mengkhawatirkan diriku, sungguh aku baik-baik saja, tunggu aku pulang sebentar lagi," pungkas T
Aneisha menutup mulutnya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zuan kepadanya."Apa? Kau tertembak?" tanya Aneisha dengan tubuh gemetaran ketika melihat darah itu mengucur dari lengannya.Tuan Zu tersenyum dan memegangi pipinya dengan satu tangannya."Kau tidak usah cemas, ini sudah biasa, Ana. Lagi pula peluru sudah diambil dari tubuhku." Balas Tuan Zu seraya membuka kemejanya yang sudah basah karena darahnya.Aneisha benar-benar bingung ketika Tuan Zu tak merasakan sakit ketika mendapatkan tembakan di lengannya.Tuan Zu mengambil kotak p3k di dalam sebuah laci lalu mengobati lukanya.Aneisha yang saat itu benar-benar tidak berani melihat darah langsung berjalan ke arahnya, ia memberanikan dirinya untuk melihat dan mengobati luka Tuan Zu saat itu."Apa ini sakit?" tanya Aneisha dengan bibir bergetar.Tuan Zu tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Tidak, luka ini seperti digigit semut saja, bisakah kau membantu membersihkan lukaku? Lalu membantuku memakaikan perban ini di len
Suara itu terdengar cukup keras di telinga Aneisha dan Naima. Mereka berdua terkejut melihat kedatangan seseorang yang kini tengah berdiri tepat di belakang Aneisha ketika Aneisha menoleh ke arah belakangnya "Kau cemburu kepadaku, Ana?" GlegAneisha langsung menelan ludahnya susah payah ketika dirinya kepergok sedang cemburu kepadanya."Tuan Zu, kau ___""Iya, kau terkejut dengan kedatanganku tiba-tiba, Ana?" tanya Tuan Zu mendekati dirinya.Jantung Aneisha langsung berdegub dengan kencangnya ketika Tuan Zu kini mendekat ke arahnya dan menarik pinggang rampingnya."Kau cemburu melihatku dengan Jenny?" tanya Tuan Zuan dengan suara seraknya.Aneisha menggenggam tangannya dengan erat, ia ingin menenggelamkan wajahnya ke laut ketika Tuan Zuan mengetahui dirinya merasakan cemburu kepadanya.Aneisha malu dan tak menjawab pertanyaan Tuan Zu kala itu."Kenapa kau diam, Ana? Katakanlah apa yang kau rasakan saat ini kepada diriku?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh intimidasi."Aku__ aku, ak
Arsen tesentak dengan ucapan ayahnya yang akan menjodohkan dirinya dengan wanita pilihannya. "Apa? Menjodohkanku dengan wanita lain? Tidak, aku tidak mau," tolak Arsen dengan tegas.Namun Tuan Chan tidak mau mendengar penolakan Arsen saat itu, dengan cepat dirinya langsung berlalu dari hadapan Arsen.Arsen mengusap wajahnya dengan kasar seketika hatinya mulai tidak tenang setelah mendengar ucapan dati ayahnya saat ini."Tidak akan aku biarkan ayah membawaku keluar dari istanah kakak Zu, aku masih belum bisa menjauh dari Aneisha, ah mengapa pikiranku kalut sekali," kesal Arsen dengan mengusap kasar wajahnya.***Sementara itu Tuan Zu yang sudah membersihkan dirinya bersama dengan Aneisha kini terlihat wajahnya semakin segar, begitupun dengan Aneisha yang terlihat sangat segar dan terlihat cantik setelah merias dirinya."Ana, sebaiknya kau sarapan di kamar saja, jangan banyak bergerak dan istirahatlah di kamar, jika kau perlu apa-apa, sebaiknya kau menghubungi Naima." tutur Tuan Zu den
Tuan Zu tampak sangat marah, ia langsung meminta anak buahnya untuk mencari Aneisha saat itu.Flashback onAneisha mondar mandir di kamarnya, ia terlihat kalut dan ingin mencoba untuk pergi dari istanahnya.Pikirannya mulai berkecamuk saat itu. Aneisha yang saat ini hatinya diselimuti kegundahan, terlihat mulai berpikiran untuk meninggalkan Tuan Zu yang sudah membuat patah hati dirinya disaat dia mulai jatuh cinta kepadanya.Ia juga merasakan tekanan batin ketika Tuan Zu selalu mendominasi dirinya terlebih lagi karena saat ini dia harus menghadapi ketiga istrinya yang selalu berusaha memfitnah dan menyakiti dirinya.Karena perasaannya yang sensitif dan perubahan hormon kehamilannya yang saat ini dia rasakan, Aneisha tanpa berpikir panjang ingin mencoba melakukan pelariannya.Beberapa saat kemudian Naima datang mengetuk pintu kamarnya.Sadar akan hal itu, Aneisha mulai menyembunyikan sesuatu di balik tangannya.Ia berpura-pura terbaring lemah ketika dia menyahuti ketukan pintu dari Nai
Aneisha langsung terkejut ketika tiba-tiba Tuan Zu sekarang berdiri di depannya."T-tuan Zu," panggil Aneisha dengan bibir bergetar.Tuan Zu langsung menarik lengan tangan Aneisha dengan kasarnya."Berani kau pergi dariku?" tanya Tuan Zu dengan nada marahnya.Aneisha ketakutan, ia rasakan denyutan jantungnya sudah mulai berpacu cukup kencang ketika Tuan Zu tiba-tiba mulai mencengkram kedua lengannya dengan keras."S-sakit, Tuan," desis Aneisha."Kau pantas untuk mendapatkan hukuman dariku, Ana." Tuan Zu berkata dengan tatapan penuh amarah."T-tolong maafkan aku Tuan," Aneisha berkata dengan mada memohon kepadanya."Berkali-kali kau melakukan kesalahan, aku tidak akan mengampunimu lagi, sekarang kau harus ikut denganku!" Tuan Zu menarik tubuh Aneisha dengan kasar.Tuan Zu membawanya ke arah sebuah ruangan yang tak diketahui oleh Aneisha sebelumnya.Beberapa pengawalnya kini mengekori Tuan Zu di belakangnya.Tak lama kemudian, Tuan Zu menghentikan langkah kakinya ketika ia sudah berdiri
Lilian dan kedua madunya tampak menahan kekecewaannya ketika mendengar kabar berita tentang diketemukannya Aneisha saat itu.Beberapa saat kemudian, terlihat Tuan Zu kini mulai keluar dari ruangan tersebut dan terkejut melihat ketiga istrinya sedang berada di sana."Ada apa kalian di sini?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh intimidasi.Ketiga istri Tuan Zuan terlihat sangat gugup ketika mendengar pertanyaan dari Tuan Zuan.Lilian mendekati Tuan Zu, ia mencoba untuk menghilangkan kegugupannya saat itu."Tuan Zu, kami kebetulan mau mencari keberadaan Aneisha. Namun, saat kami melewati lorong ini, Aku melihat para pengawal sedang berkerumun di sini, dan aku menegur mereka untuk mencari keberadaan istri ke empatmu itu. Namun, mereka berkata jika saat ini Aneisha sudah diketemukan, apa itu benar?" balas Lilian dengan menatap wajah Tuan Zu yang terlihat sangat kesal."Apa yang mereka katakan benar, Aneisha saat ini sudah diketemukan dan aku memberikan hukuman untuk dirinya saat ini," balas
Aneisha tidak berhenti merengek meminta Tuan Zu untuk mengijinkannya bertemu dengan kedaua orang tuanya.Tuan Zu masih tetap bertahan dalam diamnya ia tidak tau harus berkata apa."Tuan, kenapa kau diam saja? Apa kau tidak mengijinkan diriku untuk bertemu dengan orang tuaku?" rengek Aneisha."Aku akan mengijinkanmu bertemu dengan orang tuamu nanti, kau jangan merengek memintaku untuk mempertemukanmu dengan kedua orang tuamu.""Kau jahat Tuan Zu, kau bahkan memisahkan aku dengan orang tua kandungku sendiri," balas Aneisha menatap marah wajahnya."Istirahatlah, aku harus pergi sekarang," balasnya dengan beranjak dari tempat duduknya."Aku tidak mau tinggal di sini, Tuan. Tolong lepaskan rantai ini dari kakiku." Ucapnya dengan mencengkram lengan Tuan Zu yang saat itu terkena tembak."Hssss," desisnya dengan menahan rasa sakit dilengannya.Tuan Zu terdiam dan membiarkan Aneisha mencengkram lengannya dengan kuat.Ia menahan rasa sakitnya dan membiarkan Aneisha meluapkan rasa marahnya kepad
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk