Share

ISTRI BERCADAR YANG TERNODA
ISTRI BERCADAR YANG TERNODA
Author: Endah Tanty

BAB 1 Mengetahui Perselingkuhan Calon Istri

Sepasang manusia berbeda jenis sedang berpelukan mesra sambil bertaut bibir, mereka begitu sangat menikmatinya. Tanpa sepengetahuan keduanya yang sedang di mabuk asmara,  terlihat seorang pria mengepalkan telapak tangannya, matanya berubah tajam, seakan kemarahan sudah tampak di puncak kepalanya. Tapi ia menahan kemarahan, dengan pelan memundurkan langkahnya dan berbalik.

Di depannya berdiri gadis dengan pakaian hitam yang tertutup, seluruh tubuhnya tertutup kain lebar, bukannya hanya tubuh, tapi wajahnya hanya  memperlihat bagian matanya saja, gadis itu  berdiri dengan kaki gemetar.

“Jangan katakan pada siapa pun, jika aku datang ke sini,“ ucap  pria itu dengan pelan, tapi tampak menahan amarah.

“Gadis itu mengangguk ketakutan.”

Lalu pria bertubuh tegap dan gagah itu menuruni tangga dan menuju mobil sedan warna hitam yang terparkir di halaman rumah minimalis bercat dinding putih.

Hatinya hancur sehancur-hancurnya mendapati calon istrinya berselingkuh di saat menjelang hari pernikahannya.

Dihentikannya mobil sedan itu, lalu kepalan tangannya memukul setir dengan sangat keras, dengan bersusah payah pria berhidung mancung itu, menenangkan dirinya, tak mudah bisa melihat kenyataan akan pengkhianatan di depan matanya.

“Berani sekali wanita seperti dia  mengkhianatiku, sungguh pengkhinaan yang teramat keji, seorang  Alan Wirasatya, putra pemilik dari Wira Company, perusahaan konstruksi  bergengsi di negeri ini, dikhianati!” gerutunya, sambil menahan amarah.

Di raihnya ponsel dari dalam saku celana denimnya, lalu menghubungi seseorang.

Hello, Amanda,” sapanya berusaha bersikap tenang dengan nada bicara datar.

Tampak di seberang ponsel, seorang gadis terlihat gugup,   ia terkejut menerima panggilan video call.

Hello, sayang,” balas  wanita itu tampak gugup berusaha mengancingkan dua kancing kemejanya yang terbuka.

“Bangun tidur?” basa–basi Alan, ia tahu wanita di seberang ponsel itu habis bercinta.

“Iya, semalam aku begadang,  menyelesaikan pekerjaan,” dalihnya sedikit gugup.

“Aku cuma ingin memberitahumu, jika aku sudah kembali ke Jakarta.”

“Apa! Kenapa tidak bilang sayang, aku bisa menjemputmu di bandara.”

“Tidak perlu, aku juga akan mempercepat pernikahan kita, besok pagi bersiaplah, aku akan menikahimu,” ucap Alan  sambil menampilkan senyum hangatnya walau hatinya terasa di tusuk ribuan pisau.

Mata gadis yang masih terlihat sayu itu tampak terkejut. ”Besok, bukankah pernikahan kita masih dua minggu lagi?”

“Tidak ada bedanya besok, apa dua minggu lagi, ‘kan,” tegas Alan.

Okey, aku persiapkan sekarang juga.”

Alan mematikan ponselnya, ia sungguh jijik melihat wanita yang baru saja melakukan video call dengannya.

“Wajah jalang, kenapa aku bisa terpikat dengan wanita seperti itu, lihat saja nanti, akan aku permalukan dirimu Amanda,” ketusnya. Lalu menancapkan gas mobilnya menuju  ke suatu tempat.

Sementara itu Amanda bergegas merapikan bajunya. ”Sial, sial, kenapa Alan memajukan pernikahan. Aku bahkan belum mempersiapkan tubuhku ini, aku tidak boleh ketahuan, jika aku sudah tidak perawan lagi, gerutu wanita berbadan seksi, sambil memunguti satu persatu pakaiannya.  Amanda berencana, pergi ke sebuah klinik kecantikan dan membuat area kewanitaannya terasa lebih sempit bak seorang perawan yang baru memulai bercinta di malam pernikahannya. Senyum mengembang di bibirnya, membayangkan jika Alan Wirasatya menyentuh tubuhnya dan membawanya terbang melayang, selama menjalin hubungan dengan Alan, pria itu selalu menjaga sikapnya, kadang Amanda  heran, kenapa pria yang memiliki segalanya dan hidup di jaman modern seperti ini, masih berpikiran bahwa malam pernikahan adalah hal yang penting, di mana sepasang pria dan wanita  untuk pertama kali menyerahkan tubuh pada pasangan halalnya.

***

Pagi terlihat cerah, Alan sudah memakai taxedo, termewah dan termahal, yang ia pesan beberapa minggu yang lalu, khusus di sebuah butik ternama di ibukota. Di tatapnya wajah tampan rupawan, nyaris sempurna, tapi ia tak habis pikir, kenapa wanita seperti Amanda bisa mengkhianatinya, bahkan jika putus dari Amanda ada puluhan gadis yang mengantri untuk dirinya.

Alan merasa salah memilih Amanda sebagai calon istrinya, kedua orang tuanya yang sejak satu tahun ini menjodohkan Alan dan Amanda, teman sekaligus klien bisnis keluarganya, menganggap perjodohan ini adalah hal yang sangat sempurna, baik bagi hubungan bisnis maupun hubungan keluarga.

Alan berjalan keluar kamarnya, lalu melangkah menuruni anak tangga, hatinya terasa mendidih, setiap kali mengingat kejadian kemarin, melihat dua bibir saling  berbagi ludah,  keduanya menikmati pergulatan itu. Seperti dibakar amarah, bukan lagi rasa cemburu, karena sejatinya cemburu adalah tanda cinta, tapi ketika cinta itu telah musnah, maka hanya kebencian akan sebuah pengkhianatan yang tersisa.

Mobil sedan hitam melesat menuju ke pemukiman elite, tempat mempelai wanita tinggal, tidak lama kemudian sampailah ia di kediaman bergaya minimalis nan megah, beberapa tamu dan kerabat sudah berkumpul dan siap untuk menyaksikan peristiwa penting.

Alan membuka pintu mobil dan berjalan dengan tenang memasuki dalam rumah yang telah dekorasi  penuh dengan bunga bernuansa putih dan hijau.

“Selamat datang Alan, kenapa pernikahan dipercepat  dan kenapa kedua orang tuamu, tidak hadir?” tanya seorang pria bertubuh tegap di usianya menjelang 60 tahun itu.

“Orang tuaku tidak mengetahui, jika aku mempercepat pernikahan ini, aku tidak mau mengganggu perjalanan bisnis mereka, karena akan mempengaruhi perusahaan,” jawab Alan tegas.

“Baiklah, tamu dan pemuka agama sudah hadir kita mulai acara ijab qobul ini, untuk resepsi pernikahan, kita adakan ketika kedua orang tuamu kembali,” ucap lelaki paruh baya yang mengenakan kemeja beserta jas warna hitam, di sebelah seorang wanita berkebaya mewah tampak tersenyum bahagia.

Alan memasuki ruangan, terlihat sudah duduk pemuka agama, yang siap menikahkan kedua mempelai, ia juga melihat Amanda sudah berpakaian kebaya warna putih, dengan rambut yang sudah di konde khas Jawa dengan melati menjuntai, senyum terlihat merekah, di bibir merah delima, tubuh semampai itu terlihat anggun.

Alan menatap sinis, lalu matanya mengedar keseluruh ruangan mencari sosok yang ia temui kemarin yaitu gadis bercadar.

Ke mana gadis itu, aku tidak peduli sekalipun ia hanya seorang pembantu di sini, batinnya, mata elangnya menyusuri hingga, ia menangkap gadis yang mengenakan baju khimar warna pink lembut demikian juga dengan penutup wajahnya warna senada, matanya tertunduk ketika  bersitatap dengan mata Alan.

“Silakan duduk Alan, kita mulai proses ijab qobul ini,” suruh pemuka agama.

Alan beranjak dari tempatnya berdiri, lalu duduk, kemudian telihat Amanda di tuntun oleh sang ayah untuk duduk di dekat Alan.

“Tunggu, aku datang ke sini bukan untuk menikahi Amanda,” tegas Alan.

Tentu yang hadir di ruangan itu terkejut dan saling pandang, apalagi Amanda dan kedua orang tuanya sangat terkejut mendengar penuturan Alan.

“Apa yang kamu katakan Alan !” Pria paruh baya yang tak lain adalah ayah Amanda itu naik pitam

“Kalau bukan menikah denganku, kamu mau menikahi siapa, Al?” tanya Amanda kesal.

“Gadis bercadar itu!” tegas Alan dengan sangat yakin, matanya menatap tajam ke arah gadis bercadar, yang saat itu juga terkejut dengan ucapan Alan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status