Bab 78
Muka Faruq pucat pasi, badannya gemetar. Ia takut warga telah salah paham kepadanya. Dikira penculik yang membawa lari Supiyah.
"Jangan coba-coba kau melarikan diri!" teriak warga.
Faruq kebingungan, ia melihat kiri-kanan sudah penuh oleh warga yang datang membawa amarah. Bahkan di antaranya ada yang membawa senjata tajam.
"Aku bukan penculiknya!" teriak Faruq. Sungguh kalau bisa ia ingin menjadi semut saat itu juga. Berlari menjauh menerobos mereka.
"Alah ... tidak usah menyangkal lagi, ayo kita hajar dia!" Warga sudah tidak sabar untuk segera mengeksekusi Faruq yang mereka kira sebagai penculik Supiyah.
Tiba-tiba Supiyah memegang tangan Faruq. Ia berdiri di hadapan Faruq menjadi tameng pemuda tersebut.
"Siapa berani menyentuhnya, hadapi dulu aku!" kata Supiyah keras.
Tentu saja warga terperangah melihat kenekatan gadis manis itu. Mereka mundur, tidak berani mendekat. Supiyah adalah anak dari kepala desa kampung i
Supiyah memancing Faruq dengan serangan-serangan liar yang membuat Faruq terlena. Pemuda ting-ting itu tentu saja kewalahan. Untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya ia bergumul dengan seorang gadis yang begitu lihai dalam percintaan."Kang," desah gadis ayu itu."Ya, ada apa?" jawab Faruq. Sesungguhnya ia mengerti, perempuan itu ingin kehangatan yang lebih seru lagi."Aku inginkan dirimu," bisik Supiyah.Nah, betul dugaan Faruq, calon istrinya sudah tidak sabar ingin mencumbu dan mencicipi tubuhnya. Namun, Faruq harus tetap menjaga kewarasannya. Dirinya tidak boleh tergoda untuk melakukan hubungan badan sebelum ijab kabul."Mengapa diam saja, Kang?" Perempuan itu heran, Faruq tidak seperti yang ia inginkan."Begini tidak cukup, Nyai?" Faruq balik bertanya."Aku inginkan lebih lagi, Kang," jawab Supiyah."Baiklah, ayo," ujar Faruq. Tangan pemuda itu mulai bergerilya. Menjamah semua tempat di tubuh wanita itu. Menja
Merasa terjebak, Faruq berubah parasnya. Makanya dari tadi ia merasa heran mengapa wanita itu tidak mempan oleh hipnotis yang ia rapal."Kau ... bukan seorang gadis!" tuduh Faruq."Aku gadis atau janda, bukan urusanmu!" teriak Supiyah."Berani-beraninya kau membentak calon suamimu!""Kau ... kau calon suamiku?" tanya gadisitu. "Kang Faruq tidak pernah berlaku kurang ajar," imbuhnya sambil menunjuk.'Kurang ajar!" Faruq bersiap melayangkan tamparan ke muka Supiyah."Tolong!" Supiyah menjerit sekuat tenaga sebelum tamparan keras itu mampir di pipinya.Faruq terperangah, ia tidak menyangka kalau perempuan itu akan menjerit. Faruq bersiap mengambil langkah seribu, dua jarinya dimasukkan ke dalam mulutnya."Witwiiiw!" Suitan keras melengking membelah kesunyian. Ia seperti mengirimkan kode kepada seseorang, kemudian Faruq melesat dan hilang di kegelapan malam.Di lain tempat, Faruq masih berusaha mempersemb
Cempaka begitu terpukul atas apa yang menimpa dirinya. Suaranya berubah seperti nenek-nenek, serak dan dalam. Kerut-kerut nampak jelas di wajahnya yang jelek."Aku harus mencari korban malam ini juga, tidak boleh gagal," katanya.Untuk sekilas ia kembali memandang bulan yang bersinar terang seperti mengejeknya. 'Bulan saja terlihat cantik, mengapa aku harus jelek,' begitu pikirnya.Tidak terima dengan nasibnya yang akan berubah kalau tidak mendapatkan tumbal malam ini, secepatnya ia melesat turun gunung lagi berniat mencari mangsa."Tak ada rotan akar pun jadi, tak bercinta dengan pengantin, dengan orang tak waras juga jadilah, asalkan dia perjaka," sumpahnya.Berkejaran dengan waktu Cempaka mencoba merapalkan ajian pelet. Dirinya harus nampak cantik malam ini. Mematut diri sambil duduk di atas pohon tinggi, ia melihat aktivitas sekitar.Dari kejauhan ia melihat seorang pemuda berjalan terseok-seok. Tangannya bergerak ke sana-sini, mul
"Ih ... kok hamil sih," jawab Supiyah sambil cemberut."Tadi kau bilang, berbadan dua, artinya ya hamil," jelas Faruq."Bukan, berbadan dua itu, aku dan kamu ... hihihi," kata Supiyah sambil tertawa kecil."Itu namanya berdua, bukan berbadan dua," tukas Faruq sambil ikut tertawa.Selanjutnya mereka mengobrol untuk semakin mendekatkan diri. Faruq mendengar cerita istrinya dengan mata terpejam. Seperti mendengar dongeng laksana dinina bobokan, tidak sadar ia malah tertidur.Mendengar dengkuran suaminya, Supiyah berhenti bercerita. Mulutnya manyun karena kesal."Kok tidur sih? Ini kan malam pertama, malah ngorok," kata Supiyah kesal.Akhirnya wanita yang gagal mengakhiri masa gadisnya itu menyusul suaminya berbaring, terlelap dengan hati kecewa.Keesokan harinya Wisaka dan Cantaka alias Jaka, berpamitan kepada Faruq dan keluarga istrinya. Faruq menangis sedih, Onet melompat ke pundak lelaki itu."Apakah kau mau tinggal deng
Entoh menggeleng. Pemuda itu memang melihat Wawan temannya mengobrol dengan wanita bercadar, tetapi tidak mendengar apa yang mereka perbincangkan."Dia bilang, aku tunggu ya, Ganteng, hahaha ... hahaha ... hahaha," kata Wawan riang. Ia tertawa terbahak-bahak."Apakah itu artinya dia tertarik padamu?" tanya Entoh."Bisa jadi ... bisa jadi, apakah aku seganteng itu? Kalau kau lihat tadi, wanita itu kulitnya licin dan mulus, ooh." Wawan memejamkan mata sambil merentangkan kedua tangannya. Membayangkan sosok jelita yang tadi ia temui. Terbayang di wajahnya, ia menggenggam tangan halus itu. Membawa ke dadanya kemudian mengecupnya, harum aroma tubuhnya masih tercium rasanya."Eh, malah melamun," kata Entoh sambil memukul pundak sahabatnya itu.Wawan terlonjak kaget, sesaat kemudian mereka tertawa. Mentertawakan kekonyolan sendiri. Semua itu membuat mereka mengerti, kalau untuk menang dalam sayembara itu tidak boleh berdiam diri, harus berguru lagi
"Aku adalah Pendekar Pemburu Iblis," jawab pemuda itu."Bagus sekali julukanmu, semoga beruntung," kata wanita bercadar hitam itu."Akhirnya kita bisa bertemu lagi," kata Pendekar Pemburu Iblis.Terlihat dahi wanita itu berkerut, ia tidak mengerti ucapan pemuda di depannya. Wanita itu memandang lekat Pendekar Pemburu Iblis yang sedang tersenyum nakal kepadanya."Apakah kau pernah bertemu denganku?" tanya wanita bercadar itu."Betul sekali, Nyai, aku pernah menabrakmu dulu," jawab pemuda gagah itu."Oh, ya ... ya aku ingat, hahaha ... hahaha," wanita itu tertawa merdu.Pendekar Pemburu Iblis semakin mengawang-awang perasaannya. Sementara orang-orang di bawah panggung begitu ramai bersorak melihat mereka berdua."Ayo bertarung ... ayo bertarung!"Teriakan-teriakan para penonton membahana, mereka ingin agar Pendekar Pemburu Iblis segera bertarung memilih lawan. Setelah dirasa cukup menyapa orang-orang yang sedang meng
Wisaka mengguncang-guncang tubuh Cantaka. Anak itu bergeming, Wisaka semakin panik. Ia periksa seluruh nadinya, tidak ada yang aneh, semua normal. Harusnya Cantaka tidak pingsan. Wisaka mencurigai sesuatu.Bukk.Belum sempat berpikir tentang kecurigaannya, dada Wisaka tekena pukulan yang dilancarkan oleh Cantaka. Tentu saja Wisaka kaget bukan kepalang. Walau tidak merasa sakit, tak urung dirinya terjengkang."Hihihi ... hihihi ... hihihi." Cantaka bangkit dan berlari sambil tertawa cekikikan."Kualat, kau Bocah," kata Wisaka sambil mengejar Cantaka.Kena, Wisaka memeluknya sambil berguling-guling, mereka tertawa bersama."Bocah nakal, orang tua dikerjain!" seru Wisaka."Hihihi ... hihihi ... hihihi." Cantaka tetap tertawa tanpa merasa bersalah.Wisaka semakin gemas, ia memeluk anaknya semakin erat. Pada saat itu, tiba-tiba ia ingat Mayang, anaknya yang lain yang diculik perempuan bercadar kuning dan Rima yang berjiwakan C
Wisaka berkata sambil menarik tangan musuhnya itu. Ia membantunya berdiri."Ambil hadiahnya ... ambil hadiahnya!""Ayo gendong dan bawa pulang!"Teriakan-teriakan penonton menambah panas hati Pemburu Iblis. Hatinya tak rela wanita itu berpindah tangan. Dirinya tak henti-hentinya mengutuk dirinya yang sombong menantang kembali orang buat melawannya.'Bagaimana ini? Mengapa Wisaka yang memenangkan sayembara?' pikir Iblis betina itu. Pikirannya kalut, tentu saja dengan begitu mudah penyamarannya akan diketahui. Apalagi sekarang kekuatannya belum pulih sepenuhnya, karena kegagalan dulu menjadikan Faruq sang pengantin, sebagai tumbal."Ambil hadiahnya!""Ayo, bawa pulang!"Sorak-sorai dan teriakan-teriakan penonton, semakin ramai. Semua berharap agar Wisaka membawa wanita bercadar itu.Wanita itu nampak duduk dengan tegang, ia duduk sambil meluruskan punggungnya. Sesungguhnya ia berharap Pemburu Iblis itu tidak dikalahkan oleh