Dahi Indra yang sekarang bernama Deon mengerut, lantas bertanya, “M-menjadi ketua Bruno? Dan … Deon Lesmana? Apa maksudnya ini?”
Jaya Kusuma mengangkat alis kirinya, lalu menjawab, “Ya, kamu aku angkat menjadi ketua Bruno dan sekaligus kaki tanganku.”
Roki yang mendengar hal tersebut pun mulai merasa aneh dengan keputusan sang bos. Dia mendekati Jaya kusuma.
“Bos, yakin mau jadiin dia ketua Bruno? Kenapa, Bos? Dia orang asing, Bos. Kenapa Bos bisa percaya sama dia?”
“Tenang, Roki. Aku yakin kalau Deon bisa membuat Bruno maju dan berkembang. Bruno akan segera mengalahkan Tyrex di bawah kepemimpinan Deon.”
Kali ini, Deon tidak menolak bantuan Anggraini. Lagi pula, dia sudah mendapatkan tamparan keras dari perempuan tersebut. Hanya saja, bukan itu alasan mengapa Deon menerima bantuan sang perempuan.“Lo nggak bakalan bisa ngapa-ngapain dengan keadaan tubuh lo yang kayak gini! Paham lo?!”Maka, Anggraini mengangkat tubuh Deon, lalu merangkul tangannya di atas pundaknya. Mereka berjalan menuju kamar luas Deon. Setelah berhasil masuk, Anggraini membaringkan tubuh lelaki ini.“Sebaiknya lo istirahat aja sekarang. Nanti malam, akan gue masakin makanan lezat dan bergizi buat lo.”Anggraini duduk di tepi ranjang. Dia menatap Deon dengan serius. Entah apa yang ia pikirkan mengenai lelaki ini. Yang jelas
Semua orang tercengang setelah Rendra berkata untuk menantang Deon dalam pertarungan satu lawan satu. Hal ini justru membuat Deon mengerutkan dahi.“Menantangku?” tanya Deon, memastikan.Rendra berjalan menyibak barisan para anggota, lalu berdiri di hadapan Deon.“Ya, gue nantang lo kelahi satu lawan satu! Kalau lo bisa menang lawan gue, gue anggap lo udah pantes jadi ketua Bruno yang baru. Tapi, kalau lo kalah dari gue, gue akan keluar dari Bruno!”Jaya Kusuma tercengang. “Rendra! Apa yang kamu katakan?!”Rendra tersenyum kecut pada Jaya Kusuma. “Bos, gue nggak mau dipimpin sama orang yang kelihatan bodoh kayak dia
Deon masih dalam cengkeraman Rendra. Dia tahu bahwa Rendra tidak main-main dengan ucapannya barusan. Mata lelaki itu pun menunjukkan kesungguhan dan amarah yang bergejolak. Dapat Deon maklumi karena dia bukan siapa-siapa yang kemudian hadir dalam Bruno yang tiba-tiba langsung dinyatakan untuk menjadi seorang ketua.“Sialan orang ini. Dia bener-bener mau membunuhku. Kalau aku nggak ngelawan dan ngelepasin diri secepatnya, aku pasti akan mati konyol,” pikir Deon.Mau tak mau, dia harus mencari cara untuk bisa membebaskan diri dari cengkeraman tangan Rendra. Lagi pula, posisinya juga sedang tidak nyaman dan sama sekali tidak menguntungkan dirinya.Oleh sebab itu, Deon dengan tenaga yang jauh lebih besar, seketika itu meraih leher Rendra meskipun terpaksa memutar len
Deon tersentak kaget oleh tindakan Rendra yang menodongkan pistol padanya. Ia merasa bahwa pertarungan ini tidak fair jika harus mengandalkan senjata api.“Jangan main-main sama senjata api,” ucap Deon. Dia berusaha tetap tenang, meskipun Rendra benar-benar mengancam akan menarik pelatuk pistol berwarna hitam tersebut.Jaya Kusuma yang melihat tindakan anak buahnya pun terlihat geram.“Rendra! Apa yang mau kamu lakukan?!” tanya Jaya Kusuma dengan nada tegas.“Gue nggak akan biarin orang bego kayak dia jadi ketua Bruno. Bos, harusnya lo sadar kalau gue sangat peduli sama Bruno. Akan jadi apa kalau Bruno diketuai sama orang bego kayak dia?!”
Dengan mobil Limosin berwarna hitam mengilap yang di kap depannya terdapat simbol sebuah singa mengaum, Deon dibawa ke sebuah bangunan tinggi menjulang oleh Jaya Kusuma.Di dalam mobil memanjang tersebut juga ada Anggraini yang sebelumnya ingin terus mengikuti ke mana Deon pergi. Beberapa menit mengendarai dengan Roki sebagai sopirnya, mereka tiba di gedung yang berdiri di pinggir jalan utama.“Aku akan memperkenalkan kamu dengan semua karyawan di Bruno Group, Deon. Kita sudah sampai.”Jaya Kusuma membuka pintu mobil, begitu juga dengan Anggraini dan Deon yang kemudian mengikuti langkah Jaya Kusuma untuk masuk ke gedung tinggi tersebut. Di luar pintu kaca gedung, mereka telah disambut oleh beberapa anggota lainnya. Mereka tertunduk memberikan hormat kepada Jaya K
Semua orang yang berada di pusat keramaian ini menatap ke arah Limosin yang ditumpangi Deon. Di kap depan timbul asap yang menandakan ada komponen mesin yang terbakar.Posisi mobil terbalik, tetapi Deon dan Roki tampak baik-baik saja karena kendaraan mewah itu langsung mengeluarkan parasut pelindung agar kepala mereka tidak membentur bodi besi mobil.“Anggraini!”Deon berusaha memastikan perempuan yang berusaha ia lindungi ini baik-baik saja. Perempuan berbibir tipis itu pun membuka kedua matanya, lalu melihat bahwa Deon tengah mendekapnya. Dia langsung melirikkan bola matanya ke sembarang arah.“G-gue nggak kenapa-kenapa,” ucap Anggraini.
Tangan Deon terluka akibat lesatan timah panas. Untungnya, peluru tersebut tidak menancap di kepalanya. Timah panas itu terjatuh di lantai dan menggelinding akibat membentur badan pistol.Deon dengan cepat mengangkat kepalanya, lalu melihat seorang perempuan mengenakan jaket dan topi bucket hitam tengah mengacungkan pistol hitam. Pria berjas buru-buru lari ke arah wanita tersebut.“Sialan! Siapa kamu?!” tanya Deon dengan tatapan penuh intimidasi.Perempuan dengan bibir seksi dan hidung yang lancip itu menyeringai, lalu menjawab, “Coba tebak.”Deon menyipitkan kedua matanya. Sudah jelas bahwa sang perempuan merupakan salah satu rekan pria berjas tadi.
“Ternyata lo biang keroknya! Rendra!”Deon melihat bahwa Roki telah terbawa emosi yang memuncak. Oleh karena itu, segera ia menghalangi Roki untuk bertindak gegabah.“Tenang dulu, Roki. Kita dengerin penjelasannya. Itu pun kalau dia punya penjelasan yang logis.”Deon tersenyum miring sambil menatap ke arah Rendra dan tiga rekannya.Rendra lantas tertawa terbahak-bahak, lalu menunjuk Deon, menatapnya dengan penuh dendam.“Yah, aku udah tahu, sih, kalau kamu emang dendam sama aku. Tapi, kayak yang aku duga, kamu emang pengecut, Rendra.”“Diem lo! Gue belum ka