Indra tak tinggal diam dan segera berlari keluar setelah mengambil dompetnya yang tergeletak di antara mayat para berandal. Setelah mencapai gerbang kayu untuk keluar dari lahan tersebut, bangunan beserta gudang itu benar-benar meledak. Dan tentu saja apa yang dikatakan oleh lelaki berpupil kuning itu benar.
Karena tekanan dari udara dari bom yang meledak cukup kencang, Indra terdorong hingga terempas di sebuah pohon kelapa. Untungnya, secepat kilat lelaki ini bertumpu menggunakan kedua tangan.
“Sial! Jadi sakit gini!” keluh Indra setelah menggelepar di tanah kering berdebu. Dia berusaha bangkit, tetapi dirasakan bahwa pinggangnya terasa encok.
“Sial banget. Aku nggak bisa mendarat dengan benar.”
Setelah mendapatkan beberapa informasi penting dari Jeremy, Indra berniat untuk segera melanjutkan misinya.“Lo yakin nggak mau nginap di sini dulu? Luka-luka lo belum sepenuhnya sembuh. Saran gue, sih, lo nginap aja. Daripada lo terlibat baku tembak lagi nanti, bisa jadi lo gagal dalam menjalankan misi,” pungkas Jeremy pada Indra yang sedang berdiri dan meregangkan beberapa bagian tubuhnya.“Nggak apa-apa. Justru ini misi yang sangat menantang bagiku. Tyrex, aku nggak akan biarin mereka berkembang pesat di negeri ini. Mereka udah banyak ngelakuin tindakan kriminal.”Jeremy tersenyum mendengar penjelasan Indra. “Okay. Lo emang orang yang keras kepala. Wajar aja lo berambisi buat nangkap Tyrex dan membubarkan mereka. Soalnya, hadiah yang akan lo
Indra tidak mampu lagi menahan rasa sakit di setiap kulitnya yang lecet dan beberapa bagian tubuhnya yang terluka. Kepalanya dipenuhi oleh cairan darah yang terus mengalir. Pandangan lelaki ini menjadi buram serta perlahan-lahan suara di keramaian mulai hilang.“Sialan!”Indra pun sepenuhnya tidak sadarkan diri. Di titik ini, orang-orang dari mobil Van melihat keadaan Indra.“Dia udah pingsan,” ucap salah satu pria berjas sambil menatap rekannya yang juga duduk di sebelahnya.“Sebelum orang-orang berdatangan dan polisi datang ke tempat ini, sebaiknya kita bawa dia ke markas, gimana?”Setelah setuju dengan usulan itu, bebe
“Aku siapa?”Ketika pertanyaan itu dilontarkan oleh Indra, justru pria paruh baya yang dikenal dengan nama Jaya Kusuma itu tersenyum lebar. Diembuskannya napas panjang, lalu berkata, “Kita lihat saja nanti.”Lama Indra dan Jaya Kusuma saling pandang. Sampai akhirnya, pria berambut pirang bernama Roki berucap, “Gimana kalau kita kasih dia makan dulu, Bos? Dia, kan, baru sadar. Kayaknya dia butuh makan biar tenaganya balik.”“Ide bagus. Kalian siapkan apa pun untuknya. Aku akan kembali nanti setelah menyelesaikan semua urusanku dengan klien.”Jaya Kusuma berjalan menuju pintu, lalu keluar dari kamar luas tersebut. Sementara itu, tiga orang bawahannya menetap. Terutama Ro
Dahi Indra yang sekarang bernama Deon mengerut, lantas bertanya, “M-menjadi ketua Bruno? Dan … Deon Lesmana? Apa maksudnya ini?”Jaya Kusuma mengangkat alis kirinya, lalu menjawab, “Ya, kamu aku angkat menjadi ketua Bruno dan sekaligus kaki tanganku.”Roki yang mendengar hal tersebut pun mulai merasa aneh dengan keputusan sang bos. Dia mendekati Jaya kusuma.“Bos, yakin mau jadiin dia ketua Bruno? Kenapa, Bos? Dia orang asing, Bos. Kenapa Bos bisa percaya sama dia?”“Tenang, Roki. Aku yakin kalau Deon bisa membuat Bruno maju dan berkembang. Bruno akan segera mengalahkan Tyrex di bawah kepemimpinan Deon.”
Kali ini, Deon tidak menolak bantuan Anggraini. Lagi pula, dia sudah mendapatkan tamparan keras dari perempuan tersebut. Hanya saja, bukan itu alasan mengapa Deon menerima bantuan sang perempuan.“Lo nggak bakalan bisa ngapa-ngapain dengan keadaan tubuh lo yang kayak gini! Paham lo?!”Maka, Anggraini mengangkat tubuh Deon, lalu merangkul tangannya di atas pundaknya. Mereka berjalan menuju kamar luas Deon. Setelah berhasil masuk, Anggraini membaringkan tubuh lelaki ini.“Sebaiknya lo istirahat aja sekarang. Nanti malam, akan gue masakin makanan lezat dan bergizi buat lo.”Anggraini duduk di tepi ranjang. Dia menatap Deon dengan serius. Entah apa yang ia pikirkan mengenai lelaki ini. Yang jelas
Semua orang tercengang setelah Rendra berkata untuk menantang Deon dalam pertarungan satu lawan satu. Hal ini justru membuat Deon mengerutkan dahi.“Menantangku?” tanya Deon, memastikan.Rendra berjalan menyibak barisan para anggota, lalu berdiri di hadapan Deon.“Ya, gue nantang lo kelahi satu lawan satu! Kalau lo bisa menang lawan gue, gue anggap lo udah pantes jadi ketua Bruno yang baru. Tapi, kalau lo kalah dari gue, gue akan keluar dari Bruno!”Jaya Kusuma tercengang. “Rendra! Apa yang kamu katakan?!”Rendra tersenyum kecut pada Jaya Kusuma. “Bos, gue nggak mau dipimpin sama orang yang kelihatan bodoh kayak dia
Deon masih dalam cengkeraman Rendra. Dia tahu bahwa Rendra tidak main-main dengan ucapannya barusan. Mata lelaki itu pun menunjukkan kesungguhan dan amarah yang bergejolak. Dapat Deon maklumi karena dia bukan siapa-siapa yang kemudian hadir dalam Bruno yang tiba-tiba langsung dinyatakan untuk menjadi seorang ketua.“Sialan orang ini. Dia bener-bener mau membunuhku. Kalau aku nggak ngelawan dan ngelepasin diri secepatnya, aku pasti akan mati konyol,” pikir Deon.Mau tak mau, dia harus mencari cara untuk bisa membebaskan diri dari cengkeraman tangan Rendra. Lagi pula, posisinya juga sedang tidak nyaman dan sama sekali tidak menguntungkan dirinya.Oleh sebab itu, Deon dengan tenaga yang jauh lebih besar, seketika itu meraih leher Rendra meskipun terpaksa memutar len
Deon tersentak kaget oleh tindakan Rendra yang menodongkan pistol padanya. Ia merasa bahwa pertarungan ini tidak fair jika harus mengandalkan senjata api.“Jangan main-main sama senjata api,” ucap Deon. Dia berusaha tetap tenang, meskipun Rendra benar-benar mengancam akan menarik pelatuk pistol berwarna hitam tersebut.Jaya Kusuma yang melihat tindakan anak buahnya pun terlihat geram.“Rendra! Apa yang mau kamu lakukan?!” tanya Jaya Kusuma dengan nada tegas.“Gue nggak akan biarin orang bego kayak dia jadi ketua Bruno. Bos, harusnya lo sadar kalau gue sangat peduli sama Bruno. Akan jadi apa kalau Bruno diketuai sama orang bego kayak dia?!”