Share

1. The Deal

last update Last Updated: 2020-10-04 21:28:31

Barcelona, 09.00 p.m.

"Sepertinya ada yang spesial, tidak biasanya kau mengajakku bertemu, biasanya kau tidak bersedia bertemu di tempat seperti ini karena segan kepada kekasihmu," ejek Nick sambil memberikan kode kepada bar tender untuk menambahkan wiski di gelasnya.

Mereka berdua di dalam lounge yang berada di dalam sebuah hotel bintang lima. Suasana terbilang cukup santai untuk mengobrol, hanya ada beberapa pengunjung yang juga sedang menikmati cocktail dan juga wiski mereka.

Beck mengguncang pelan gelas wiskinya yang masih utuh seolah agar es batu dan wiskinya menyatu. "Sialan, aku tidak bisa bercinta dengan Sophie dengan leluasa lagi." Ia mengeratkan rahangnya.

"Kalian bertengkar?"

"Kami pasangan yang paling bahagia...." Beck tertawa kecil, hambar. Ia menyesap wiskinya lalu meletakkan gelas itu kembali ke atas meja. "Vanilla kembali."

Nick menaikkan kedua alisnya. "Oh, ya? Luar biasa, kau memiliki tunangan juga kekasih. Aku sangat iri padamu, Dude." Ada sedikit nada sinis terselip dalam ucapan Nick, sayangnya terlalu tipis sehingga Beck dipastikan tidak menyadarinya.

"Jangan bercanda, aku hanya mencintai Sophie."

Nick mengedikkan bahunya. "Jadi, kau mengajakku bertemu di sini hanya untuk mendengarkan kau mengatakan rasa cintamu kepada Sophie?" tanyanya sinis.

Kali ini benar-benar sinis, sangat jelas.

"Vanilla menekanku, ia terus saja mengancamku setiap keinginannya tidak kuturuti."

Bibir Nick mengulas senyum tipis. "Dia pandai membalas dendam." Nadanya terdengar puas meski juga nyaris tidak kentara.

"Ya, dia membalas dendam padaku karena orang tuaku sangat menyayanginya," ujar Beck.

Empat tahun yang lalu tiba-tiba keluarga besarnya berkumpul di rumah Vanilla yang berada tepat di samping rumah keluarga Beck, tidak ada yang menyangka jika malam itu adalah malam di mana orang tua Beck melamar Vanilla.

Perjodohan.

Beck saat itu benar-benar terpojok apa lagi Vanilla dengan malu-malu mengangguk menerima perjodohan yang di anggap sinting oleh Beck, ia benar-benar dibuat geram oleh Vanilla karena gadis itu bertingkah seolah-olah gadis yang amat patuh, menurut dengan apa pun yang diperintahkan oleh kedua orang tuanya.

"Kenapa kau tidak belajar mencintai Vanilla?" celetuk Nick membuat Beck yang hendak menyesap wiskinya menghentikan gerakannya.

"Dia tidak cocok untukku. Demi Tuhan, dia gadis tomboy, kekanakan, dia tidak bisa berdandan. Dan dia...."

"Kau hanya bisa mengatainya seolah kau tidak memiliki kekurangan," sela Nick.

Beck menyesap wiskinya. "Aku berbicara fakta."

"Aku rasa otak dan matamu harus di cuci," ujar Nick, ia serius.

Di mata Nick, Vanilla adalah gadis yang cantik meski memang sedikit tomboy dan terlalu acuh pada dirinya sendiri. Gadis itu memang sedikit tertutup dan tidak mudah di dekati oleh siswa di sekolah mereka karena begitu tampak oleh Beck jika Vanilla bersama murid laki-laki, Beck akan menggunakan cara apa pun untuk menghalau siswa yang dianggap menganggu Vanilla.

"Aku ingin kau menolongku." Beck menatap Nick, sangat serius.

Nick mengerutkan keningnya. "Aku?"

"Ya, kau. Aku ingin kau merayu Vanilla, jauhkan dia dariku."

Nick tertawa tertahan hingga bahunya terguncang. "Apa kau sinting, Beck?"

"Aku serius."

"Aku yakin, kau sinting."

"Kau hanya perlu merayunya, buat Vanilla menjauh dariku. Setelah aku berhasil membuat pertunangan kami gagal, terserah mau kau apakan dia."

Beck berkata sungguh-sungguh, ia tidak bisa jika harus menikahi Vanilla sementara perasaannya hanya untuk Sophie, gadis kesayangannya yang telah ia kencani selama enam tahun.

Nick menyipitkan sebelah matanya. "Aku rasa kau pria paling kejam di Barcelona."

"Cinta harus memilih. Aku hanya mencintai Sophie dan lagi pula aku dan Sophie, kami sama. Tidak perlu ada pernikahan dalam hidup kami." Beck memberikan kode kepada bar tender untuk mengisi gelasnya yang telah kosong.

Nick sekilas melirik bar tender yang datang dan menuangkan wiski ke dalam gelas Beck.

"Apa Anda ingin menambahkan es batu, Tuan?" tanya bar tender itu ramah.

Beck mengangguk. "Ya."

"Kenapa harus aku yang merayu Vanilla?" Nick menatap Beck dengan tatapan lurus.

"Jangan berpura-pura tidak tahu jika Vanilla sangat mengagumimu dulu di sekolah," jawab Beck dengan nada sinis.

"Aku ketua tim basket, tentu saja banyak gadis yang mengagumiku, mengejarku bahkan melemparkan diri kepadaku dengan suka rela," kata Nick dengan nada sombong yang teramat kental.

Nick adalah salah satu putra pengusaha sukses di Barcelona, ayahnya bahkan memiliki perusahaan berskala internasional yang tersebar di beberapa negara di Eropa. Pria bermanik mata biru itu juga calon pewaris tunggal dari bisnis keluarga Knight yang maju pesat. Sejak duduk di bangku sekolah menengah atas ketampanan Nick juga terlalu mencolok, ia bahkan pernah di nobatkan sebagai siswa tertampan di sekolahnya dan Vanilla, gadis itu salah satu penggemar Nick.

"Maka dari itu aku meminta bantuanmu. Aku yakin, kau tidak perlu berusa keras untuk mendekati Vanilla lagi, ia akan luluh dengan mudah padamu."

Nick tersenyum miring. "Apa keuntungaku?"

"Aku akan memberikan satu mobil sport keluaran terbaru tahun ini, kau bisa pilih yang paling mahal."

Nick memutar gelas wiski di atas meja, pelan. Sudut bibirnya sedikit terangkat. "Aku bisa membelinya... berikut pabriknya. Tapi, menikmati pemberianmu sepertinya menyenangkan."

Beck menaikkan sebelah alisnya. "Jadi, kau bersedia?"

"Anggap saja begitu," ujar Nick. "Tapi, tidak ada garansi Vanilla kembali padamu."

***

Beck bergegas kembali ke rumahnya kerena Vanilla memanggilnya melalui panggilan telepon dan mengancam akan memberi tahu orang tua Beck jika ia tidak segera kembali. Selalu begitu, Vanilla terus saja menekannya membuat Beck benar-benar semakin muak terhadap Vanilla.

Dengan langkah kaki panjang Beck menaiki tangga di rumahnya lalu mendorong pintu kamarnya dengan kasar. Ia melangkah mendekati ranjang di mana seorang gadis tengah berbaring di atas ranjangnya sambil menutupi wajahnya menggunakan novel.

Beck menarik novel yang menutupi wajah Vanilla yang berpura-pura tertidur, sesaat Beck mengamati wajah tunangannya dari dekat, Cantik. Tidak di pungkiri gadis berambut coklat terang itu memang cantik, kulitnya terlihat begitu halus dan tampak dirawat dengan baik.

Mengesampingkan kekagumannya beck sedikit menyaringkan suaranya, "Jangan berpura pura tidur!"

Vanilla membuka matanya perlahan, menatap Beck dengan tatapan sinis. "Jadi begini caramu memperlakukan tunanganmu?"

"Kau bukan tunanganku, Vanilla." Beck membalas tatapan Vanilla tidak kalah sinis.

"Oh ya? Apa kau lupa? Apa harus kuingatkan?" Vanilla tersenyum mengejek.

Melihat senyum mengejek di bibir Vanilla benar-benar membuat perasaan Beck jengkel. Vanilla memanggilnya dan memerintah Beck kembali dalam sepuluh menit atau ia akan mengadukan kepada orang tua Beck yang sedang berada di Canada bahwa Beck sedang pergi bersama Sophie meninggalkan Vanilla seorang diri di rumah.

"Vanilla." Beck menjeda ucapannya sejenak untuk menarik napasnya. "Kuuingatkan kembali, jangan bermain main denganku dan jangan pernah mengganggu urusan pribadiku!" Ia menekankan suaranya.

Vanilla mengubah posisinya, ia duduk di tepi ranjang dengan posisi kakinya menjuntai di tepi ranjang, rambutnya yang panjang tergerai bergelombang di biarkan berantakan di pundaknya yang hanya mengenakan jubah tidur dari kain sutra tipis, dadanya tampak tegak meski tidak menggunakan bra membuat Beck sempat meneguk air liurnya melihat pemandangan yang tersaji jelas di depannya.

Vanilla menelan ludahnya. "Aku calon istrimu, Beck. Aku berhak atasmu."

Beck tersenyum sinis. "Kau tidak memiliki hak mengaturku, apalagi mengancamku."

"Beck... aku calon istrimu." Nada suara Vanilla begitu rendah.

Beck menatap Vanilla, yang jelas ia tidak ingin menyakiti Vanilla dengan kata-katanya. Tetapi, ia tidak bisa memberikan harapan kepada Vanilla. "Aku tidak mencintaimu, Vanilla."

Jantung Vanilla terasa tertikam. Ini bukan pertama kali Beck mengatakan hal itu tetapi tetap saja ia adalah seorang wanita yang memiliki perasaan halus. Ditolak berulang kali oleh tunangannya sendiri adalah penghinaan terbesar dalam hidupnya namun ia harus terus bertahan karena sebenarnya ia memang mencintai Beck. Entah sejak kapan.

"Kau pikir aku mencintaimu? Kau jangan salah sangka, aku hanya menuruti keinginan keluarga kita, aku tidak ingin mengecewakan mereka," ucap Vanilla dengan nada sangat sinis menyembunyikan fakta bahwa perasaanya sangat sakit.

Gadis itu bangkit dari duduknya, ia maju dua langkah hingga jarak antara dirinya dan Beck mungkin hanya tinggal satu jengkal. Vanilla menatap Beck dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Beck bahkan mungkin dirinya sendiri. Mendamba, tetapi penuh kekecewaan. Mungkin seperti itu lebih tepatnya.

"Ayo batalkan perjodohan konyol ini." Beck berucap dengan nada sangat rendah.

Meski nada suara Beck tidak terdengar sinis dan tidak juga tinggi, nyatanya sekali lagi, badai kekecewaan menerpa Vanilla karena penolakan Beck. Ia bahkan belum merayu Beck, ia bahkan belum berhasil menaiki ranjang Beck.

Bersambung....

Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan rate.

Salam manis dari Cherry yang manis.

🍒

Comments (15)
goodnovel comment avatar
Agus Roma
lumayan bagus...
goodnovel comment avatar
Aulia Angel
saiya suka
goodnovel comment avatar
Tika Axel
good story
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • I Win You (Indonesia)   2. Vanilla Bakery

    "Kalian bertengkar lagi?" tanya Xaviera West, ibu Vanilla.Vanilla yang sedang menggilas adonan roti menghentikan gerakannya, meletakkan alat penggilas lalu ia mengambil alat pemotong adonan. "Tidak," jawabnya singkat."Tadi malam kau tidur di kamarmu." Nada suara Xaviera terdengar mengejek.Vanilla yang sedang memotong adonan roti tampak berkonsentrasi dengan apa yang sedang ia lakukan. "Suatu saat Beck yang akan naik ke atas ranjangku.""Kau tahu, dia sangat marah saat mendengar kau telah meninggalkannya pergi ke New York.""Beck selalu begitu, dia tidak peduli padaku saat aku ada di dekatnya. Tapi, begitu ada orang lain di sampingku, dia akan marah." Gadis bermata biru gelap itu mengambil beberapa potongan sosis lalu menyusunnya di atas adonan roti yang telah ia bubuhi saus tomat."Kalau begitu kau bisa mencari pria di sini untuk kau dekati agar Beck

    Last Updated : 2020-10-04
  • I Win You (Indonesia)   3. Little Sister

    "Beck, aku harus kembali bekerja," rintih Sophie pagi itu ketika Beck terus mencumbui dadanya yang telah mengeras."Aku atasanmu, kenapa kau begitu risau?" Beck mengingatkan Sophie yang dadanya sedang ia cumbu dengan rakus. Sophie adalah kekasihnya sekaligus sekretarisnya."Kau sangat nakal," erang Sophie ia meremas rambut Beck, menekan kepala kekasihnya seolah memperdalam kenikmatan yang dapatkan dari Beck."Oh, sial. Kau sangat bergairah, sayangku." Beck menarik celana dalam yang di kenakan Sophie. Memasukkan dua jari sekaligus ke dalam tubuh Sophie sementara bibirnya menjelajah kulit leher Sophie yang lembut.Lidahnya menjilati kulit belakang telinga Sophie, menggoda kekasihnya dengan cara yang luar biasa ahli."Beck, aku ingin dirimu." Sophie mengerang, suaranya terdengar sangat serak, tetapi seksi. Cara Beck menggoda tubuhnya membuat ia tidak bisa lagi menyembunyikan fakta bahwa ia menginginkan Beck

    Last Updated : 2020-10-04
  • I Win You (Indonesia)   4. Reunion

    Reuni diadakan di sebuah restoran hotel berbintang lima yang terletak di jantung kota Barcelona. Restoran itu menyatu dengan ke kolam renang, dan mengarah langsung ke pantai sehingga jika tamu restoran berkunjung ke sana pada sore hari, mereka dapat menikmati indahnya matahari tenggelam di Barcelona. Restoran dan kolam renang hanya di sekat oleh kaca-kaca besar yang memisahkan tempat itu. Ada pintu yang di desain menggunakan sensor otomatis, pintu akan terbuka dengan sendirinya saat ada orang yang akan melewatinya. Saat tiba di tempat itu Vanilla sedikit heran karena tempat itu tidak terlalu besar, mustahil menampung tiga angkatan siswa di sekolahnya.Gadis itu menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan, belum terlalu banyak yang datang karena ia sengaja datang lebih awal, ia juga tidak datang bersama Beck. Xaviera mengatakan jika ia harus menghindari Beck dan mencari teman pria sebanyak mungkin dengan tujuan membuat Beck cemburu. Dan malam ini, Vanilla aka

    Last Updated : 2020-10-04
  • I Win You (Indonesia)   5. Sweet Vanilla

    Chapter 5Sweet VanillaAcara reuni hanya diisi makan malam dan sedikit sambutan oleh pengisi acara, karena temanya santai dan cenderung menjurus ke sebuah pesta, ketika malam semakin merambat, beberapa orang mulai asyik bergantian bernyanyi bersama seorang penyanyi yang memang telah di persiapkan untuk meramaikan acara.Ketika malam semakin larut, acara yang tadinya bergantian bernyanyi mulai berubah menjadi pesta dansa. Teman-teman Vanilla menemukan pasangan masing-masing malam itu, dengan gembira mereka menari menikmati alunan musik sedangkan Vanilla, tentu saja ia adalah penonton karena di samping jumlah pasangan yang sudah pas seolah acara itu memang kebetulan di rancang untuk berpasang-pasangan. Vanilla sempat melihat Beck sedang duduk di pojok sendirian, sama seperti Vanilla yang berperan sebagai penonton teman-temannya berdansa. Pria itu sepertinya tidak tertarik untuk mengajaknya berd

    Last Updated : 2020-10-07
  • I Win You (Indonesia)   6. Fantasy

    Chapter 6FantasyBeck beberapa kali memukul kemudi mobilnya, ia bahkan mencengkeram benda itu dengan kuat. Pikirannya kacau, ia meninggalkan Vanilla bersama Nick meski perasaannya tidak ikhlas tetapi ia harus melakukannya. Sahabatnya itu pasti akan mengatainya tidak konsisten jika ia mengacaukan rencana Nick yang telah disusun dengan matang demi menjauhkan Vanilla darinya dan Sophie.Saat Nick memasuki restoran, Beck segara menjauh dan ia memutuskan untuk pergi ke tempat tinggal Sophie. Semula niatnya ingin menikmati tubuh Sophie sesuka hatinya, memuaskan dirinya. Tetapi, sayangnya sepanjang ia bercinta dengan Sophie malam itu, pikirannya sama sekali tidak bersama Sophie. Ia terus mengkhawatirkan Vanilla yang sedang bersama Nick dan parahnya lagi, ia justru terus berfantasi terhadap tubuh Vanilla, membayangkan jika tubuh yang ia kuasai adalah Vanilla, bukan Sophie, dan anehnya rasanya ia lebih bergairah berkali-kali lipat dari biasanya.

    Last Updated : 2020-10-07
  • I Win You (Indonesia)   7. An Idea

    Chapter 7An IdeaBeck berulang kali menghela napasnya dan mengembuskannya dengan kasar, pria itu menunggu pagi yang seolah tak kunjung tiba. Ia tidak mampu memejamkan matanya karena mencemaskan Vanilla yang ia duga sedang bersama Nick, mungkin saja sahabatnya itu sedang mencumbui Vanilla karena ia tahu bagaimana Nick. Kali ini ia benar-benar merasa menyesal mendorong Vanilla kepada Nick, jika ia memiliki satu gadis di dalam hidupnya, maka Nick memiliki segudang wanita yang bisa ia ganti sesuka hatinya kapan saja ia mau. Saat itu ia sedang emosi karena merasa cukup lelah dengan semua tekanan sejak Vanilla berada di Barcelona.Ia memutuskan menyeduh kopi di dapur lalu membawa secangkir kopi ke dalam kamarnya, mengaktifkan smoker detector, menyalakan laptopnya lalu mulai bekerja sambil menghisap tembakaunya hingga tidak terasa malam telah berlalu berganti pagi.Bergegas Beck membersihkan tubuhnya lalu ia mengena

    Last Updated : 2020-10-07
  • I Win You (Indonesia)   8. Your Name

    Chapter 8Your Name"Maaf, aku membuatmu menunggu terlalu lama." Nick menarik sebuah kursi pantri, melepaskan jasnya lalu meletakannya dengan benar di sandaran kursi."Tidak masalah," ujar Vanilla. Senyum tampak di bibir manisnya. "Satu-satunya yang harus kau khawatirkan adalah gula darahmu.""Mereka baik-baik saja." Nick berdiri di samping Vanilla, ia mengamati hidangan yang telah disiapkan oleh gadis itu. "Aku sepertinya mulai ketergantungan dengan masakanmu."Vanilla terkekeh mendengar pernyataan Nick, sudah dua Minggu setiap hari pria itu datang ke dapur restorannya sepulang bekerja untuk me

    Last Updated : 2020-10-07
  • I Win You (Indonesia)   9. Trick

    Chapter 9 Trick"Ma, kau tidak bisa berbuat sewenang-wenang seperti itu." Beck langsung melayangkan protesnya.Lucy tersenyum dengan cara yang sangat angkuh. "Apa yang tidak bisa kulakukan? Perusahaan ini milikku."Beck mendengus, ia kehabisan kata-kata karena fakta ya memang perusahaan itu milik ibunya."Sayang, tunggulah di luar," kata Beck kepada Sophie.Sophie mengangguk lemah dan dengan wajah tertunduk ia meninggalkan ruangan itu diiringi tatapan sinis dari Lucy."Mulai Senin, Vanilla yang akan menjadi sekretarismu," ujar Lucy, terde

    Last Updated : 2020-10-07

Latest chapter

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status