Share

4. Reunion

Penulis: Cherry Blossom
last update Terakhir Diperbarui: 2020-10-04 21:33:31

Reuni diadakan di sebuah restoran hotel berbintang lima yang terletak di jantung kota Barcelona. Restoran itu menyatu dengan ke kolam renang, dan mengarah langsung ke pantai sehingga jika tamu restoran berkunjung ke sana pada sore hari, mereka dapat menikmati indahnya matahari tenggelam di Barcelona. Restoran dan kolam renang hanya di sekat oleh kaca-kaca besar yang memisahkan tempat itu. Ada pintu yang di desain menggunakan sensor otomatis, pintu akan terbuka dengan sendirinya saat ada orang yang akan melewatinya. Saat tiba di tempat itu Vanilla sedikit heran karena tempat itu tidak terlalu besar, mustahil menampung tiga angkatan siswa di sekolahnya. 

Gadis itu menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan, belum terlalu banyak yang datang karena ia sengaja datang lebih awal, ia juga tidak datang bersama Beck. Xaviera mengatakan jika ia harus menghindari Beck dan mencari teman pria sebanyak mungkin dengan tujuan membuat Beck cemburu. Dan malam ini, Vanilla akan memulai menjalankan rencana yang telah disusun oleh ibunya. Meski Vanilla sendiri sebenarnya sedikit tidak yakin. 

Bagaimana jika Beck tidak terpancing? 

Vanilla melayangkan pandangannya keluar restoran, ke arah kolam renang. Ia melihat beberapa orang gadis yang ia kenal berdiri di tepi kolam renang, asik berceloteh sambil mengambil foto mereka dengan cara selfie. Gadis itu segera memutuskan untuk bergabung bersama gerombolan gadis-gadis itu. 

"Vanilla...." Seorang gadis berambut pirang berjalan dengan langkah kaki lebar menghampiri Vanilla yang baru saja dua langkah melewati pintu otomatis. "Ya Tuhan, kupikir kau tidak akan kembali ke sini." 

Vanilla merentangkan kedua lengannya. "Cassandra, aku sangat merindukanmu," ujarnya. 

"Kau meninggalkanku empat tahun," gerutu Cassandra, ia adalah sahabat baik Vanilla selama ia duduk di bangku sekolah menengah atas. 

"Maafkan aku." Vanilla masih memeluk erat sahabatnya. "Sekarang aku telah kembali." 

"Dan kau tidak memberi tahu jika kau telah kembali," protes Cassandra. 

Vanilla merenggangkan pelukannya, gadis itu menyeringai. "Aku terlalu sibuk dengan toko kue ibuku." 

"Aku akan berkunjung ke toko kalian. Aku merindukan makan kue buatan ibumu sambil duduk di atas menara kecil di belakang rumahmu, astaga." 

"Kalau begitu, berkunjunglah ke rumahku bukan ke toko," ujar Vanilla. 

"Itu lebih baik, aku akan dengan senang hati mendapatkan kue secara gratis." 

Kedua gadis itu tertawa ringan sambil berjalan menuju tepi kolam renang, bergabung bersama gadis-gadis lain. Mereka tanpa canggung saling bertanya kabar lalu berbagi pengalaman selama empat tahun terpisah, berceloteh sebagaimana biasanya sahabat yang telah lama berpisah. 

"Empat tahun benar-benar membuatku berubah," ujar Cassandra yang sedari tadi mengamati penampilan Vanilla yang sangat anggun, berbeda dengan Vanilla yang ia kenal dulu. 

Vanilla tersenyum. "Tidak ada yang tidak berubah, kau juga," ujar Vanilla. 

Menyembunyikan fakta jika sebenarnya ia tidak berubah sama sekali, Ibunya yang bekerja keras selama sebulan melatihnya menggunakan pakaian yang modis, menggunakan make-up, berjalan dengan benar di atas sepatu dengan tumit tinggi dan runcing. 

"Dengar, mulai saat ini karena kau telah kembali ke sini, aku tidak mau tahu lagi. Kau harus sering bergabung bersama kami," ujar Alona. Gadis manis berambut hitam dengan warna mata coklat. 

"Apa kita akan berlatih balet lagi?" tanya Vanilla, raut wajahnya tampak sedikit tegang. 

Cassandra tertawa. "Jangan katakan jika empat tahun kau tidak pernah lagi menyentuh sepatu baletmu." 

"Kau benar," ucap Vanilla. 

"Sudah kuduga," ujar Jovanca. "Kalau begitu mulai Minggu depan kita akan belajar menari balet lagi." 

Vanilla memekik, "Ya Tuhan." 

Gerombolan gadis-gadis itu tertawa riang lalu kembali ke dalam obrolan, kali ini mereka mengenang masa remaja mereka. Masa-masa sekolah mereka di mana mereka tergabung dalam klub balet. 

"Omong-omong, kenapa hanya sedikit sekali yang datang?" tanya Vanilla karena setelah setengah jam kemudian hanya ada mereka dan beberapa gadis lain yang bergerombol secara terpisah, juga beberapa orang pria yang Vanilla ingat sebagai kakak kelasnya dulu. 

"Jangan katakan kau tidak tahu juga jika acara ini hanya untuk klub basket dan klub balet," kata Cassandra. 

"Apa?" Bibir Vanilla sedikit menganga tidak percaya, ia mengira acara reuni kali ini adalah reuni besar tiga angkatan. Ia sama sekali tidak mengira jika acaranya hanya untuk klub balet dan basket. 

Pantas saja di undangan tertulis jika dress code-nya santai. 

"Ah, sudahlah. Kita nikmati pesta ini. Lagi pula penyelenggara acara ini Nicholas Knight, anggap saja kita makan malam dan berpesta secara gratis ditraktir olehnya," kata Jovanca. 

"Hah?" Vanilla kembali terkejut. 

"Apa kau ingat kakak kelas kita, Nick?" tanya Cassandra. 

"Ketua tim basket," ujar Alona.

Vanilla hanya mengerjapkan kedua matanya. Tentu saja ia inga, Nick, pemuda paling tampan di sekolahnya, sahabat baik Beck. 

"Dia juga pemilik hotel ini," kata Jovanca. 

"Dan dia juga menggratiskan kita menginap di hotel ini malam ini," timpal Cassandra. 

Vanilla hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Tetapi, mendengar nama Nick sesungguhnya jantungnya berpacu sangat cepat. Mungkin karena dulu ia sangat mengagumi pria itu karena ketampanan dan aksinya di lapangan basket yang membuat semua siswi di sekolah menjerit histeris. Gadis-gadis di sekolahnya mengidolakan Nick hingga mereka bahkan membuat persatuan konyol, yang diberi nama Nick milik bersama. Ada peraturan tertentu di dalamnya, salah satunya adalah melindungi Nick dari gadis yang ingin mengencaninya di sekolah. Yang Vanilla dengar seperti itu desas-desusnya, entah benar atau tidaknya ia tidak tahu persis karena ia tidak bergabung dalam persatuan konyol itu. Lagi pula dulu ia masih kelas satu sementara Nick dan Beck, mereka kelas tiga. Dalam artian ia hanya pernah mengenal Nick selama satu tahun karena setelah Nick lulus, ia tidak tahu ke mana pemuda tampan itu melanjutkan studinya. 



Suara pria berdehem membuat Vanilla dan teman-temannya menoleh ke arah sumber suara. Beck berdiri tidak jauh dari mereka, tangannya di masukkan ke dalam sakunya, menatap Vanilla dengan tatapan dingin. 

"Bisakah aku meminjam Vanilla sebentar?" tanya Beck entah kepada siapa, yang jelas tatapan matanya terfokus kepada Vanilla. 

Teman-teman Vanilla terkikik, mereka telah terbiasa menyaksikan pemandangan seperti itu. Menyaksikan Beck yang tiba-tiba datang lalu menjauhkan Vanilla dari mereka, menyaksikan Vanilla berdebat dengan Beck karena masih ingin berkumpul bersama teman-temannya adalah pemandangan yang mereka jumpai hampir setiap hari saat pulang sekolah. 

Bibir Vanilla tampak sedikit mengerucut, Beck selalu begitu dari dulu. Pria bermata biru tembaga itu selalu mengganggu setiap ia sedang menikmati waktunya bersama teman-temannya. Vanilla bangkit dari duduknya, mengikuti langkah kaki Beck menjauh dari teman-temannya dan mereka berhenti di bagian tepi kolam renang yang sepi. 

"Bukankah sudah kukatakan jika kau harus berangkat ke sini bersamaku?" Beck diam-diam mengamati penampilan Vanilla yang berbeda dari biasanya. 

Terlihat cantik, tentu saja. Gadis itu mengenakan gaun berwarna hitam bergaya santai tetapi elegan dengan potongan lurus di atas lutut. Gaun itu sedikit sempit tetapi terlihat nyaman di pakai. Tetapi, bukan itu masalahnya. Bukan kenyamanan tetapi karena lekuk tubuh Vanilla terbentuk dengan sempurna membuat Beck diam-diam menelan air liurnya. 

"Aku bisa pergi sendiri, Daniel mengantarkanku," ucap Vanilla datar. 

"Kembali bersamaku, jangan menginap di sini, jangan berbaur dengan para pria, aku akan mengawasimu," ujar Beck dengan nada memerintah yang amat kental. 

Vanilla mencebik di dalam hati, ia sudah tahu akan seperti ini. "Aku berhak berbaur dengan siapa saja, kau tidak berhak mengaturku," ujar Vanilla datar. Xaviera mengatakan jika ia harus tegas melawan Beck jika pria itu mulai tidak masuk akal dan Vanilla sekuat tenaga memberanikan dirinya. 

"Kau tunanganku," desis Beck, rahangnya jelas mengeras. Nyaris tidak bisa menyembunyikan emisinya karena Vanilla melawannya. 

"Bukankah kau mengatakan kita tidak ada hubungan, Beck?" tanya Vanilla sambil terkekeh. 

"Jangan coba-coba menentangku atau kau, kuseret kembali ke rumahmu," geram Beck sarat ancaman. 

Vanilla menghela napasnya. Beck, pria itu selalu mengatakan bahwa ia tidak mencintainya tetapi sikap posesifnya membuat Vanilla sekali lagi menaruh harapan. "Baiklah, aku tidak akan berbaur dengan pria mana pun." 

Tunggu saja, Beck. Aku akan membalasmu seratus kali lipat. 

"Nah, itu baru Vanilla-ku," ujar Beck puas, ia menepuk-nepuk puncak kepala Vanilla pelan. 

Namun, Vanilla dengan kasar menepis telapak tangan Beck yang ada di atas kepalanya lalu tanpa berucap apa pun gadis itu melangkahkan kakinya menjauhi Beck, kembali menuju kursi di mana teman-temannya berada. 

"Bodyguard-mu, kukira sudah berubah, ternyata belum." Cassandra langsung melayangkan ejekannya ketika Vanilla telah kembali bersama mereka. 

"Sebaiknya kita masuk saja, acara akan segera dimulai sepertinya," ujar Vanilla tanpa menghiraukan ejekan Cassandra, matanya mengamati ke dalam restoran. 

"Sepertinya begitu," kata Jovanca. 

BERSAMBUNG....

Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan rate bintang.

Salam manis dari Cherry yang manis.

🍒

Komen (9)
goodnovel comment avatar
carlotta
menjaga vanilla merusak sophie...aduh beck kamu nakal
goodnovel comment avatar
Sarmiyati
sibeck egois
goodnovel comment avatar
jaja din
biarin saja si beck ITU...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • I Win You (Indonesia)   5. Sweet Vanilla

    Chapter 5Sweet VanillaAcara reuni hanya diisi makan malam dan sedikit sambutan oleh pengisi acara, karena temanya santai dan cenderung menjurus ke sebuah pesta, ketika malam semakin merambat, beberapa orang mulai asyik bergantian bernyanyi bersama seorang penyanyi yang memang telah di persiapkan untuk meramaikan acara.Ketika malam semakin larut, acara yang tadinya bergantian bernyanyi mulai berubah menjadi pesta dansa. Teman-teman Vanilla menemukan pasangan masing-masing malam itu, dengan gembira mereka menari menikmati alunan musik sedangkan Vanilla, tentu saja ia adalah penonton karena di samping jumlah pasangan yang sudah pas seolah acara itu memang kebetulan di rancang untuk berpasang-pasangan. Vanilla sempat melihat Beck sedang duduk di pojok sendirian, sama seperti Vanilla yang berperan sebagai penonton teman-temannya berdansa. Pria itu sepertinya tidak tertarik untuk mengajaknya berd

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-07
  • I Win You (Indonesia)   6. Fantasy

    Chapter 6FantasyBeck beberapa kali memukul kemudi mobilnya, ia bahkan mencengkeram benda itu dengan kuat. Pikirannya kacau, ia meninggalkan Vanilla bersama Nick meski perasaannya tidak ikhlas tetapi ia harus melakukannya. Sahabatnya itu pasti akan mengatainya tidak konsisten jika ia mengacaukan rencana Nick yang telah disusun dengan matang demi menjauhkan Vanilla darinya dan Sophie.Saat Nick memasuki restoran, Beck segara menjauh dan ia memutuskan untuk pergi ke tempat tinggal Sophie. Semula niatnya ingin menikmati tubuh Sophie sesuka hatinya, memuaskan dirinya. Tetapi, sayangnya sepanjang ia bercinta dengan Sophie malam itu, pikirannya sama sekali tidak bersama Sophie. Ia terus mengkhawatirkan Vanilla yang sedang bersama Nick dan parahnya lagi, ia justru terus berfantasi terhadap tubuh Vanilla, membayangkan jika tubuh yang ia kuasai adalah Vanilla, bukan Sophie, dan anehnya rasanya ia lebih bergairah berkali-kali lipat dari biasanya.

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-07
  • I Win You (Indonesia)   7. An Idea

    Chapter 7An IdeaBeck berulang kali menghela napasnya dan mengembuskannya dengan kasar, pria itu menunggu pagi yang seolah tak kunjung tiba. Ia tidak mampu memejamkan matanya karena mencemaskan Vanilla yang ia duga sedang bersama Nick, mungkin saja sahabatnya itu sedang mencumbui Vanilla karena ia tahu bagaimana Nick. Kali ini ia benar-benar merasa menyesal mendorong Vanilla kepada Nick, jika ia memiliki satu gadis di dalam hidupnya, maka Nick memiliki segudang wanita yang bisa ia ganti sesuka hatinya kapan saja ia mau. Saat itu ia sedang emosi karena merasa cukup lelah dengan semua tekanan sejak Vanilla berada di Barcelona.Ia memutuskan menyeduh kopi di dapur lalu membawa secangkir kopi ke dalam kamarnya, mengaktifkan smoker detector, menyalakan laptopnya lalu mulai bekerja sambil menghisap tembakaunya hingga tidak terasa malam telah berlalu berganti pagi.Bergegas Beck membersihkan tubuhnya lalu ia mengena

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-07
  • I Win You (Indonesia)   8. Your Name

    Chapter 8Your Name"Maaf, aku membuatmu menunggu terlalu lama." Nick menarik sebuah kursi pantri, melepaskan jasnya lalu meletakannya dengan benar di sandaran kursi."Tidak masalah," ujar Vanilla. Senyum tampak di bibir manisnya. "Satu-satunya yang harus kau khawatirkan adalah gula darahmu.""Mereka baik-baik saja." Nick berdiri di samping Vanilla, ia mengamati hidangan yang telah disiapkan oleh gadis itu. "Aku sepertinya mulai ketergantungan dengan masakanmu."Vanilla terkekeh mendengar pernyataan Nick, sudah dua Minggu setiap hari pria itu datang ke dapur restorannya sepulang bekerja untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-07
  • I Win You (Indonesia)   9. Trick

    Chapter 9 Trick"Ma, kau tidak bisa berbuat sewenang-wenang seperti itu." Beck langsung melayangkan protesnya.Lucy tersenyum dengan cara yang sangat angkuh. "Apa yang tidak bisa kulakukan? Perusahaan ini milikku."Beck mendengus, ia kehabisan kata-kata karena fakta ya memang perusahaan itu milik ibunya."Sayang, tunggulah di luar," kata Beck kepada Sophie.Sophie mengangguk lemah dan dengan wajah tertunduk ia meninggalkan ruangan itu diiringi tatapan sinis dari Lucy."Mulai Senin, Vanilla yang akan menjadi sekretarismu," ujar Lucy, terde

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-07
  • I Win You (Indonesia)   10. Too Close

    Chapter 10Too CloseVanilla menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Nick, menumpahkan semua rasa sakit yang diciptakan oleh Beck. Beck baru saja menuduhnya ingin memisahkan dari Sophie, bahkan dengan sombongnya Beck mengatakan membatalkan pertunangan mereka."Kau pikir kau akan bisa merebutku dari Sophie dengan cara mengambil posisinya di perusahaan?" Beck dengan sinisnya melontarkan ejekannya kepada Vanilla. Vanilla yang saat itu masih tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Beck hanya mampu mendengarkan ucapan-ucapan Beck yang terus menyudutkannya. "Jangan

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-07
  • I Win You (Indonesia)   11. In My Arms

    Chapter 11In My ArmsSuasana tampak lengang, hanya suara kertas yang di bolak balik sesekali terdengar memecah keheningan."Ma, ayolah... bantu aku berpikir." Sophie merengek kepada wanita di depannya yang sedang membolak-balik tabloid."Sejak dulu sudah kukatakan jika Beck itu tidak baik untukmu, aku berulang kali mengenalkan anak-anak klienku yang jauh lebih kaya. Tapi, kau dibutakan cinta.""Kau mengenalkan aku pada pria tua," sungut Sophie."Hanya lebih tua beberapa tahun, bukan masalah. Yang penting uang mereka banyak." N

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-07
  • I Win You (Indonesia)   12. Wild kissing

    Chapter 12Wild KissingDi dalam bangunan yang terbuat dari kaca, Vanilla memekik, tubuhnya bergetar hebat, ia nyaris tidak bisa bernapas dengan benar. Kedua pahanya melingkar di antara pinggang Nick, ia mengalungkan lengannya di leher Nick sementara wajahnya berada di antara ceruk leher pria itu. Seumur hidupnya yang ia ingat, ia hanya pernah melihat harimau di televisi. Mungkin pernah melihat di kebun binatang ketika ia masih kecil, yang jelas ia tidak mengingatnya.Kucing yang Nick maksud adalah lima ekor harimau besar, sangat besar seperti seekor sapi hanya saja tingginya tidak setinggi sapi. Harimau itu terdiri dari tiga e

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-07

Bab terbaru

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status