"Beck, aku harus kembali bekerja," rintih Sophie pagi itu ketika Beck terus mencumbui dadanya yang telah mengeras.
"Aku atasanmu, kenapa kau begitu risau?" Beck mengingatkan Sophie yang dadanya sedang ia cumbu dengan rakus. Sophie adalah kekasihnya sekaligus sekretarisnya.
"Kau sangat nakal," erang Sophie ia meremas rambut Beck, menekan kepala kekasihnya seolah memperdalam kenikmatan yang dapatkan dari Beck.
"Oh, sial. Kau sangat bergairah, sayangku." Beck menarik celana dalam yang di kenakan Sophie. Memasukkan dua jari sekaligus ke dalam tubuh Sophie sementara bibirnya menjelajah kulit leher Sophie yang lembut.
Lidahnya menjilati kulit belakang telinga Sophie, menggoda kekasihnya dengan cara yang luar biasa ahli.
"Beck, aku ingin dirimu." Sophie mengerang, suaranya terdengar sangat serak, tetapi seksi. Cara Beck menggoda tubuhnya membuat ia tidak bisa lagi menyembunyikan fakta bahwa ia menginginkan Beck memenuhi dirinya dengan segera.
Beck membalik tubuh Sophie menghadap ke arah meja kerjanya, membungkukkan tubuh kekasihnya lalu ia membuka ikat pinggangnya, tanpa melepaskan pakaian mereka ia mulai memasuki Sophie dari belakang setelah memasang pengaman terlebih dulu. Pria itu menggerakkan pinggulnya perlahan, menggoda Sophie dengan cara yang sangat ahli hingga Sophie menjerit-jerit memanggil namanya, memohon agar ia menambah ritmenya lalu ketika Beck memberikan apa yang diminta kekasihnya, gadis itu semakin menjerit memanggil namanya karena nikmat.
"Malam ini aku akan menginap di apartemenmu," geram Beck setelah ia mendapatkan kepuasannya, perlahan tubuhnya yang karas melemah lalu ia memisahkan dirinya menjauh dari Sophie yang tampak lemas tengkurap di atas meja.
"Kau telah lama tidak menginap," ujar Sophie yang sedang mengancing kemejanya.
Sophie, gadis itu tidak pernah mempermasalahkan status Beck yang memiliki tunangan, bahkan saat ia tahu jika Beck di jodohkan dengan Vanilla, gadis itu bisa menerima dengan lapang dada dan bersikap tenang membuat Beck semakin memuja Sophie yang tidak pernah menuntut apa pun darinya.
"Hmmm...." Beck tidak menyahut, ia memang selalu seperti itu, setiap kali gairahnya tuntas ia tidak berminat lagi berbicara pada Sophie bahkan ia tidak ingin kulitnya disentuh dan Sophie sudah memahami Beck sepenuhnya.
"Baiklah, aku kembali ke tempat kerjaku, jika kau butuh sesuatu panggil aku," ujar Sophie. Gadis itu melangkah meninggalkan Beck di ruangannya sendiri.
Setelah membuang pengaman ke tempat sampah dan membersihkan dirinya, ia merapikan pakaiannya. Ekspresi wajahnya tampak puas, ia sangat puas karena memiliki Sophie. Gadis tercantik yang dengan suka rela menuruti seluruh perintahnya, terutama selalu menuntaskan gairahnya kapan saja. Itulah sebabnya ia menjadikan Sophie sebagai sekretaris di kantornya dari pada harus repot-repot menahan gairahnya, dengan menjadikan Sophie sekretarisnya urusannya menjadi lebih praktis dalam segala hal.
Sudah satu bulan Vanilla tidak mengganggunya lagi. Beck merasa hidupnya yang damai telah kembali, ia bebas menggunakan tubuh Sophie kapan saja tanpa harus ketakutan oleh ancaman Vanilla, seperti saat jam kantor selesai, ia tidak harus buru-buru kembali ke rumahnya karena Vanilla selalu memantau keberadaan Beck. Gadis itu sejak dulu memegang kendali dalam hidup Beck karena orang tua Beck selalu mendengarkan Vanilla. Terutama ibunya yang selalu mengatakan jika Vanilla harus menjadi menantunya dan orang tua Beck benar-benar merealisasikan keinginan mereka dengan menjodohkan dirinya dan Vanilla sehari sebelum Vanilla pergi melanjutkan studinya ke New York.
Sejak orang tua Vanilla membeli rumah tepat di samping rumah keluarga Peyton, orang tuanya jatuh cinta pada Vanilla. Beck yang tadinya menjadi anak tunggal tiba-tiba dibebani tugas menjaga Vanilla, gadis kecil yang berusia di tahun lebih muda darinya. Setiap hari mereka berangkat dan kembali dari sekolah bersama hingga mereka sama-sama tumbuh remaja. Kebiasaan itu seolah menjadi biasa saja dan Beck mulai bersikap layaknya kakak terhadap adiknya, sayangnya ketika Vanilla tumbuh menjadi gadis remaja, Beck justru jatuh cinta pada Sophie teman di kampusnya.
Sophie cantik, gadis berambut pirang itu memiliki liuk tubuh paling indah dan mendapatkan Sophie adalah prestasi paling gemilang bagi Beck karena Sophie adalah salah satu gadis terseksi di kampus. Dan Beck tahu jika Vanilla sangat cemburu kepada Sophie, ia bahkan terang-terangan memanggil Sophie dengan panggilan sabun. Vanilla juga tidak pernah menyapa Sophie setiap kali mereka bertemu, gadis itu selalu cemberut dan menunjukkan sikap memusuhi Sophie. Berulang kali Beck memberi penjelasan tetapi percuma, Vanilla tetap tidak bisa menerima jika Beck dan Sophie saling mencintai.
Baru saja Beck duduk di kursi kerjanya, ponselnya berdering. Panggilan itu berasal dari Nick.
"Hai, Nick," sapa Beck.
"Aku hanya ingin mengingatkan," ujar Nick tanpa berbasa-basi. "Nanti malam adalah acara reuni sekolah kita dan kau telah berjanji padaku untuk datang bersama Vanilla."
"Damn it!" umpat Beck. "Aku hampir saja lupa."
Benar-benar sial, malam ini rencananya Beck akan bercinta dengan Sophia hingga puas karena sejak Vanilla kembali ke Barcelona ia tidak bisa bergerak dengan leluasa. Gadis itu menggentayangi pikirannya, setiap ia hendak keluar untuk menginap di apartemen Sophie, tiba-tiba saja Vanilla memanggilnya. Gadis itu memiliki kode akses tempat tinggalnya dan juga kamera pengintai di rumahnya bahkan bisa di akses melalui ponselnya.
Vanilla tahu betul kelemahan Beck, ia menekan Beck dengan ancaman-ancamannya sementara Beck, ia sangat takut dengan ancaman Vanilla karena ibunya selalu berkata sekali saja Beck mengecewakan Vanilla maka wanita itu tidak akan segan-segan untuk menarik semua fasilitas yang Beck terima. Termasuk perusahaan yang Beck pimpin, perusahaan itu hingga saat ini masih berada di bawah nama ibunya, Lucy Peyton. Dengan kata lain Beck hanya seorang karyawan biasa di mata ibunya.
"Terserah kau datang atau tidak di reuni itu, yang jelas kau harus memastikan Vanilla tiba di depanku dengan selamat," ucap Nick dengan nada serius.
"Astaga iya, aku tahu. Aku sendiri yang akan melemparkan Vanilla padamu," ujar Beck tak kalah serius.
"Aku tidak sabar ingin bermain-main dengan Vanilla." Nick terkekeh.
"Aku hanya memintamu menjauhkan Vanilla dariku dan Sophie. Bukan menyuruhmu mempermainkannya," sungut Beck.
"Kau mengatakan terserah mau kuapakan Vanilla, kau cepat sekali berubah," protes Nick.
"Jangan sekali pun kau membuatnya menangis," ujar Beck, diam-diam ia mengeratkan rahangnya dan di dalam benaknya mengutuk ucapannya kepada Nick beberapa waktu yang lalu karena sepertinya Nick sangat serius ingin mendekati Vanilla.
"Ck, tentu saja tidak. Baiklah, sampai jumpa malam ini, Beck." Nick memutuskan sambungan teleponnya.
Sementara Beck, ia menatap layar ponselnya yang mulai meredup. Tidak dipungkiri jika ia mulai merasa tidak nyaman karena ucapan Nick barusan. Ia khawatir jika Nick benar-benar mempermainkan Vanilla, ia tidak tega jika melihat air mata Vanilla mengalur di pipinya yang mulus. Meski ia tidak memiliki perasaan cinta kepada Vanilla sedikit pun tetapi ia memiliki rasa kasih sayang kepada gadis itu sebagai adik perempuannya.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan rate.
Salam manis dari Cherry yang manis.
🍒
Reuni diadakan di sebuah restoran hotel berbintang lima yang terletak di jantung kota Barcelona. Restoran itu menyatu dengan ke kolam renang, dan mengarah langsung ke pantai sehingga jika tamu restoran berkunjung ke sana pada sore hari, mereka dapat menikmati indahnya matahari tenggelam di Barcelona. Restoran dan kolam renang hanya di sekat oleh kaca-kaca besar yang memisahkan tempat itu. Ada pintu yang di desain menggunakan sensor otomatis, pintu akan terbuka dengan sendirinya saat ada orang yang akan melewatinya. Saat tiba di tempat itu Vanilla sedikit heran karena tempat itu tidak terlalu besar, mustahil menampung tiga angkatan siswa di sekolahnya.Gadis itu menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan, belum terlalu banyak yang datang karena ia sengaja datang lebih awal, ia juga tidak datang bersama Beck. Xaviera mengatakan jika ia harus menghindari Beck dan mencari teman pria sebanyak mungkin dengan tujuan membuat Beck cemburu. Dan malam ini, Vanilla aka
Chapter 5Sweet VanillaAcara reuni hanya diisi makan malam dan sedikit sambutan oleh pengisi acara, karena temanya santai dan cenderung menjurus ke sebuah pesta, ketika malam semakin merambat, beberapa orang mulai asyik bergantian bernyanyi bersama seorang penyanyi yang memang telah di persiapkan untuk meramaikan acara.Ketika malam semakin larut, acara yang tadinya bergantian bernyanyi mulai berubah menjadi pesta dansa. Teman-teman Vanilla menemukan pasangan masing-masing malam itu, dengan gembira mereka menari menikmati alunan musik sedangkan Vanilla, tentu saja ia adalah penonton karena di samping jumlah pasangan yang sudah pas seolah acara itu memang kebetulan di rancang untuk berpasang-pasangan. Vanilla sempat melihat Beck sedang duduk di pojok sendirian, sama seperti Vanilla yang berperan sebagai penonton teman-temannya berdansa. Pria itu sepertinya tidak tertarik untuk mengajaknya berd
Chapter 6FantasyBeck beberapa kali memukul kemudi mobilnya, ia bahkan mencengkeram benda itu dengan kuat. Pikirannya kacau, ia meninggalkan Vanilla bersama Nick meski perasaannya tidak ikhlas tetapi ia harus melakukannya. Sahabatnya itu pasti akan mengatainya tidak konsisten jika ia mengacaukan rencana Nick yang telah disusun dengan matang demi menjauhkan Vanilla darinya dan Sophie.Saat Nick memasuki restoran, Beck segara menjauh dan ia memutuskan untuk pergi ke tempat tinggal Sophie. Semula niatnya ingin menikmati tubuh Sophie sesuka hatinya, memuaskan dirinya. Tetapi, sayangnya sepanjang ia bercinta dengan Sophie malam itu, pikirannya sama sekali tidak bersama Sophie. Ia terus mengkhawatirkan Vanilla yang sedang bersama Nick dan parahnya lagi, ia justru terus berfantasi terhadap tubuh Vanilla, membayangkan jika tubuh yang ia kuasai adalah Vanilla, bukan Sophie, dan anehnya rasanya ia lebih bergairah berkali-kali lipat dari biasanya.
Chapter 7An IdeaBeck berulang kali menghela napasnya dan mengembuskannya dengan kasar, pria itu menunggu pagi yang seolah tak kunjung tiba. Ia tidak mampu memejamkan matanya karena mencemaskan Vanilla yang ia duga sedang bersama Nick, mungkin saja sahabatnya itu sedang mencumbui Vanilla karena ia tahu bagaimana Nick. Kali ini ia benar-benar merasa menyesal mendorong Vanilla kepada Nick, jika ia memiliki satu gadis di dalam hidupnya, maka Nick memiliki segudang wanita yang bisa ia ganti sesuka hatinya kapan saja ia mau. Saat itu ia sedang emosi karena merasa cukup lelah dengan semua tekanan sejak Vanilla berada di Barcelona.Ia memutuskan menyeduh kopi di dapur lalu membawa secangkir kopi ke dalam kamarnya, mengaktifkan smoker detector, menyalakan laptopnya lalu mulai bekerja sambil menghisap tembakaunya hingga tidak terasa malam telah berlalu berganti pagi.Bergegas Beck membersihkan tubuhnya lalu ia mengena
Chapter 8Your Name"Maaf, aku membuatmu menunggu terlalu lama." Nick menarik sebuah kursi pantri, melepaskan jasnya lalu meletakannya dengan benar di sandaran kursi."Tidak masalah," ujar Vanilla. Senyum tampak di bibir manisnya. "Satu-satunya yang harus kau khawatirkan adalah gula darahmu.""Mereka baik-baik saja." Nick berdiri di samping Vanilla, ia mengamati hidangan yang telah disiapkan oleh gadis itu. "Aku sepertinya mulai ketergantungan dengan masakanmu."Vanilla terkekeh mendengar pernyataan Nick, sudah dua Minggu setiap hari pria itu datang ke dapur restorannya sepulang bekerja untuk me
Chapter 9 Trick"Ma, kau tidak bisa berbuat sewenang-wenang seperti itu." Beck langsung melayangkan protesnya.Lucy tersenyum dengan cara yang sangat angkuh. "Apa yang tidak bisa kulakukan? Perusahaan ini milikku."Beck mendengus, ia kehabisan kata-kata karena fakta ya memang perusahaan itu milik ibunya."Sayang, tunggulah di luar," kata Beck kepada Sophie.Sophie mengangguk lemah dan dengan wajah tertunduk ia meninggalkan ruangan itu diiringi tatapan sinis dari Lucy."Mulai Senin, Vanilla yang akan menjadi sekretarismu," ujar Lucy, terde
Chapter 10Too CloseVanilla menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Nick, menumpahkan semua rasa sakit yang diciptakan oleh Beck. Beck baru saja menuduhnya ingin memisahkan dari Sophie, bahkan dengan sombongnya Beck mengatakan membatalkan pertunangan mereka."Kau pikir kau akan bisa merebutku dari Sophie dengan cara mengambil posisinya di perusahaan?" Beck dengan sinisnya melontarkan ejekannya kepada Vanilla. Vanilla yang saat itu masih tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Beck hanya mampu mendengarkan ucapan-ucapan Beck yang terus menyudutkannya. "Jangan
Chapter 11In My ArmsSuasana tampak lengang, hanya suara kertas yang di bolak balik sesekali terdengar memecah keheningan."Ma, ayolah... bantu aku berpikir." Sophie merengek kepada wanita di depannya yang sedang membolak-balik tabloid."Sejak dulu sudah kukatakan jika Beck itu tidak baik untukmu, aku berulang kali mengenalkan anak-anak klienku yang jauh lebih kaya. Tapi, kau dibutakan cinta.""Kau mengenalkan aku pada pria tua," sungut Sophie."Hanya lebih tua beberapa tahun, bukan masalah. Yang penting uang mereka banyak." N
Epilogue
Chapter 57
Chapter 56
Chapter 55
Chapter 54
Chapter 53
Chapter 52
Chapter 51
Chapter 50I ApologiesVanilla menikmati paginya dengan menatap wajah tampan Nick yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi. Ia mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Nick, senyum bahagia mengembang di bibir indah Vanilla. Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati. Masih seperti mimpi. Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Nick bagi Vanilla memang seperti mimpi. Seperti seorang gadis biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak. Jemari Vanilla turun menyentuh sudut bibir Nick, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan men