“Pak Keenan, nanti sore kita berangkat ke Surabaya bersama dua orang dari Tim Marketing. Untuk segala keperluan di sana dan akomodasi sudah di konfirmasi ke pihak hotel. Dan tadi pagi, pihak Auto Spectra juga sudah memberikan konfirmasi kehadiran. ”
Keenan yang sedang memeriksa laporan penjualan di meja kerja di ruangannya langsung mendongak menatap asistennya dengan wajah datar.
“Jadi, pihak Auto Spectra sudah setuju dengan nilai pembelian spare partnya? Tidak ada negosiasi harga lagikan?” tanya Keenan. Sambil menutup laporan yang telah selesai di periksanya dan memberikan laporan tersebut kepada asistennya.
“Tidak ada Pak. Malam ini kita akan tanda tangan kontrak kerja sama dengan mereka di JW Club”
“Gimana dengan Ten Accessories? Jadi order dengan kita?” tanya Keenan lagi
“Besok rencananya Amira dan Bagus dari Tim Marketing akan follow up lagi kelanjutan meeting minggu lalu”
“Ok. Kamu urus semuanya.”
&nb
Begitu pintu tertutup rapat dengan kunci otomatis, Keenan langsung menghimpit tubuh Amira ke dinding yang terdapat di sebelah pintu membuat Amira yang masih berusaha melepaskan high heels nya kaget atas serangan Keenan yang tiba-tiba itu. Keenan yang sedang sangat bergairah akibat obat perangsang yang di berikan Amira langsung mencumbu bibir Amira dengan penuh nafsu, tubuhnya yang tinggi memeluk erat tubuh Amira membuat payudara Amira hampir menyembul keluar akibat himpitan dada bidang Keenan. “Ahhh Keenan..” desah Amira sambil tersenyum memejamkan matanya dan semakin memiringkan kepalanya memberikan Keenan akses tak terbatas saat pria itu mulai mencumbu rahangnya, perlahan turun ke lehernya, melepas tali spaghetti dress Amira lalu mulai mengecup bahunya yang telanjang membuat Amira semakin tersenyum lebar. Kaki kanan Amira mulai melingkar di pinggang Keenan, mini dressnya sudah terangkat naik hingga ke pinggang, dress bagian atasny
Marcia berdiri membeku menatap pria di hadapannya dengan wajah pucat pasi. Perlahan tubuhnya mulai gemetar dan keringat dingin mulai timbul. Setelah pergulatan batin yang menguras energinya, dan mondar mandir selama satu jam di depan mobilnya di basement apartemen, Killian yang sudah sangat merindukan Marcia nekat mendatangi unit apartemen yang di tinggali gadis itu. Killian tersenyum semringah ketika mendapati Marcia yang membuka pintunya sambil tersenyum ceria padanya. Tetapi… “Darl!” Killian yang melihat reaksi Marcia langsung dengan sigap menangkap tubuh Marcia yang oleng hampir terjatuh. Sadar dirinya sedang dalam pelukan Killian membuat Marcia berusaha melepaskan diri dari Killian. “Lepas!” tangan Marcia menghentakkan Killian yang berusaha memeluknya. Mendengar keributan di depan, Shizuka keluar dari kamarnya dan terperangah dengan kedatangan Killian. “Ada apa ini!” Shizuka tergesa mendatangi Ki
Dua minggu berlalu sejak Killian bertemu Marcia. Dan sejak itu hubungan keduanya mulai membaik. Minimal Marcia sudah bisa bertemu dengan Killian tanpa kehadiran Shizuka untuk menemaninya. Keluar dari ruang meeting, ponsel Killian langsung bergetar di saku celananya. “Halo” sapa Killian tanpa melihat lagi nama si penelpon “Akhirnya kamu angkat juga telpon dariku Beb” suara seorang wanita di seberang sana. Killian langsung berhenti berjalan. Di lihatnya nama si penelpon dan matanya langsung membulat kaget. ‘Shit. Bisa-bisanya aku main angkat aja’ maki Killian dalam hati. “Ada apa?” tanya Killian sambil melanjutkan perjalanan ke ruangan nya. “Aku kangen Beb. Kita ketemu ya?” suara manja itu mulai membujuk “Aku sibuk. Lagian kita kan udah putus lama. Ngapain sih masih nyari aku” ketus Killian “Bebyyyyyyy jangan ngomong gitu dong. Kita hanya break sementara. Nggak pernah putus! Titik” suara manja itu mulai men
“Kamu nggak bisa giniin aku Beb!” Teriakan Amira menggema di ruangan kantor Keenan.Siang ini Keenan sedang pusing memeriksa laporan penjualan yang merosot tajam dari cabang Makassar ketika Amira mendadak masuk keruangannya bagai angin ribut dan menutup pintu ruangannya dengan kasar membuat Linda, Asisten Keenan ketakutan karena sebelumnya boss nya sudah berpesan agar tidak di ganggu.Mendonggakkan kepalanya Keenan menatap Amira dengan dingin dan duduk santai menyenderkan punggungnya di kursi kerjanya.Setelah memberi tanda kepada Linda agar keluar dari ruangannya, Keenan mendesah pelan.“Apa maksudmu” dengan tenang Keenan bertanya sambil memainkan pena di tangannya.“Kenapa kamu gak bales chat aku? Kamu juga gak angkat telponku!” kesal Amira menghentakkan kakinya berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.“Haruskah?”Amira terperangah mendengar pertanyaan Keenan yang kelewat tenang itu. M
Suara siulan memenuhi kamar yang luas itu. Sesekali terdengar senandung seorang pria yang tengah berdandan untuk pergi kencan dengan pujaan hatinya. Berjalan melintasi kamar menuju walk in closet, di ambilnya kaos oblong berwarna putih kemudian di pakainya dan pas membalut tubuhnya yang aduhai atletisnya, siulan kembali bergema di walk in closet itu, kemudian mengambil celana panjang warna khaki dan mengenakannya sambil bersiul. Selesai mengenakan celana panjangnya, sang pria menarik laci di meja di tengah-tengah ruangan walk in closet yang menyimpan deretan dasi, jam tangan dan ikat pinggangnya kemudian mengambil salah satu jam tangan bermereknya lalu beranjak ke depan cermin besar di depan ranjangnya sambil mengenakan jam tangannya. Membentuk rambutnya yang lebat yang sudah berpomade sambil bersiul, kemudian pria itu mengamati penampilannya di cermin. ‘Hhm…Not bad…I’m quite handsome as always’ memuji dirinya sendiri dalam hati sambil tersenyum menat
“Darl, kamu lagi dimana?” Killian yang sedang senggang sore itu menelpon Marcia.Sejak kencan mereka di Dufan, Killian selalu berusaha mengajak Marcia berkomunikasi layaknya sepasang kekasih. Seenggaknya itulah yang ada di pikiran Killian kalau hubungannya dengan Marcia sudah naik tingkat menjadi sepasang kekasih. Dia ingin agar mereka menjadi dekat lagi seperti dulu.“Aku lagi di apartemen” Marcia sedang mengocok adonan secara manual menggunakan whisk.Memisahkan adonan putih menjadi dua bagian, Marcia mengambil bubuk coklat untuk di campur dengan adonan putih yang satu lagi. “Kenapa Kak?” tanya Marcia sambil mengaduk adonan coklat.Di cek nya suhu oven yang letaknya di belakangnya, kemudian menuangkan adonan putih ke cetakan kue yang sudah di siapkannya lalu menuang lagi adonan coklat di atas adonan putih di atur selang seling dan di buat garis-garis supaya adonannya bermotif.“Kakak ke sana sekarang ya”Marcia yang mendengar permintaan Killian tertegun kemudian “Ehh jangan Kak!”“
Sejak selesai menelpon Marcia, hati Killian tidak tenang. Dia gelisah dan ada kecemasan yang di tahannya. Entah mengapa, tapi itu yang di rasakan Killian. Biasanya Marcia akan dengan senang hati hasil masakannya atau kue buatannya di cicipi dan di kritik. Gadisnya sangat senang menerima saran terkait hobinya memasak dan membuat kue. Tapi baru saja Marcia melarangnya datang. Kenapa? Batin Killian. Bukankah mereka adalah sepasang kekasih? Mereka sudah jadi sepasang kekasih kan? Bukankah Marcia sudah bisa berada dalam satu ruangan lagi dengannya? Bukankah Marcia sudah mau berbicara dan bercanda lagi dengannya? Gadisnya itu bahkan sudah tertawa ceria lagi tempo hari saat mereka pergi kencan ke Dufan. ‘Damn!’ ‘Aku bener-bener nggak bisa tenang’ batin Killian Melihat jam di pergelangan tangannya. Berpikir sebentar bahwa urusan pekerjaannya tidak ada yang mendesak. ‘Jam empat sore. Ok. Harus sekarang. Nggak bisa ditunda lagi. Now or never’ batinnya penuh tekad. Killian segera merai
Thomas terdiam menatap tajam putranya. “Kamu sadar apa yang kamu minta?” tanya Thomas Ketukan pelan di pintu ruang kerja Thomas membuat Killian dan ayahnya menengok kearah pintu, dan Ellena masuk sambil membawa kopi dan cemilan untuk suaminya. “Aku sangat sadar ayah” jawab Killian menatap ayahnya tepat di matanya tanpa gentar ataupun ragu. “Aku mencintai Marcia. Aku janji akan selalu mencintai dan menjaganya seumur hidupku Yah. Aku enggak akan mempermainkannya seperti yang selama ini ayah takutkan. Percayalah padaku” Ellena yang duduk di sofa di samping Thomas hanya bisa menghela nafas pelan. Jadi gadis yang di maksud Killian tempo hari apakah Marcia? Ah kupikir putraku ini sudah menemukan gadis lain yang bisa membuatnya bahagia. Ternyata gadis yang di maksudnya adalah Marcia. Ellena menghela nafas pelan. “Jadi gadis yang kamu maksud tempo hari adalah Marcia?” tanya Ellena matanya menyipit menatap putranya penuh selidik. “Iya Bu. Gadis yang membuatku luar biasa bahagia hanya M