Sejak selesai menelpon Marcia, hati Killian tidak tenang. Dia gelisah dan ada kecemasan yang di tahannya. Entah mengapa, tapi itu yang di rasakan Killian. Biasanya Marcia akan dengan senang hati hasil masakannya atau kue buatannya di cicipi dan di kritik. Gadisnya sangat senang menerima saran terkait hobinya memasak dan membuat kue. Tapi baru saja Marcia melarangnya datang. Kenapa? Batin Killian. Bukankah mereka adalah sepasang kekasih? Mereka sudah jadi sepasang kekasih kan? Bukankah Marcia sudah bisa berada dalam satu ruangan lagi dengannya? Bukankah Marcia sudah mau berbicara dan bercanda lagi dengannya? Gadisnya itu bahkan sudah tertawa ceria lagi tempo hari saat mereka pergi kencan ke Dufan. ‘Damn!’ ‘Aku bener-bener nggak bisa tenang’ batin Killian Melihat jam di pergelangan tangannya. Berpikir sebentar bahwa urusan pekerjaannya tidak ada yang mendesak. ‘Jam empat sore. Ok. Harus sekarang. Nggak bisa ditunda lagi. Now or never’ batinnya penuh tekad. Killian segera merai
Thomas terdiam menatap tajam putranya. “Kamu sadar apa yang kamu minta?” tanya Thomas Ketukan pelan di pintu ruang kerja Thomas membuat Killian dan ayahnya menengok kearah pintu, dan Ellena masuk sambil membawa kopi dan cemilan untuk suaminya. “Aku sangat sadar ayah” jawab Killian menatap ayahnya tepat di matanya tanpa gentar ataupun ragu. “Aku mencintai Marcia. Aku janji akan selalu mencintai dan menjaganya seumur hidupku Yah. Aku enggak akan mempermainkannya seperti yang selama ini ayah takutkan. Percayalah padaku” Ellena yang duduk di sofa di samping Thomas hanya bisa menghela nafas pelan. Jadi gadis yang di maksud Killian tempo hari apakah Marcia? Ah kupikir putraku ini sudah menemukan gadis lain yang bisa membuatnya bahagia. Ternyata gadis yang di maksudnya adalah Marcia. Ellena menghela nafas pelan. “Jadi gadis yang kamu maksud tempo hari adalah Marcia?” tanya Ellena matanya menyipit menatap putranya penuh selidik. “Iya Bu. Gadis yang membuatku luar biasa bahagia hanya M
“Salah satu bungalow di Project Lombok terbakar dan memakan korban”“What?!” terdengar decitan ban karena mobil tiba-tiba berhenti.TIN TIINNN TIIINNNLampu merah di persimpangan itu mendadak jadi macet karena mobil Killian yang mendadak berhenti. Menyebabkan mobil-mobil di belakangnya membunyikan klakson tanda protes.Sebuah mobil mini bus sejuta umat tiba-tiba melewati mobil Killian dengan ngebut dan menjulurkan jari tengahnya kemudian perlahan menghilang tertutup mobil-mobil dan kendaraan bermotor yang lain.Killian tidak menggubris kelakuan pengendara akhlakless itu, dengan segera dia melajukan mobilnya perlahan dan parkir di mini market terdekat. “Shit! Gimana ini bisa terjadi?! Apa aja yang di lakukan kontraktor kita sampai bisa kecolongan begini?!” Killian mulai mengamuk dan memaki. Membuat Agung geleng-geleng kepala di seberang sana. Bos nya sudah mulai CEO mode on nih kayaknya. Galaknya mulai keluar.“Aku sudah mengutus Bruno ke sana. Berangkat malam ini untuk menyelidiki i
Perjalanan yang memakan waktu hampir dua jam di udara di tambah lagi perjalanan darat dari airport ke kawasan resortnya yang memakan waktu tiga jam perjalanan membuat Killian sangat kelelahan.Agung asistennya dan Anna sekretarisnya sudah menempati kamar mereka masing-masing di tiap bungalow yang sudah siap launching.Killian sampai di Lombok menjelang subuh. Otaknya terus berpikir keras penyebab insiden yang terjadi di resortnya.Apa ada sabotase? Kenapa kejadiannya di saat finishing mencapai 98%? Ah sial! Kesal Killian dalam hati.
“Passport dan dokumen penting lain di bawa kan Cia?” tiba-tiba Shizuka nyeletukMarcia menepuk jidatnya kemudian menyentil lengan Shizuka sambil terkekeh pelan“Pasti bawalah Shizu. Ya ampun kamu baru tanya pas kita uda di jalan tol?” ledek Marcia.Mendengar itu Shizuka mendengus kemudian ikutan tertawa memikirkan betapa telminya dia.“Astaga kok telat bener sih aku hahahaha”“Nanti aku minta pak supir turunin kamu aja di pinggir jalan tol kalo kamu beneran ketinggalan passportnya” canda Marcia lagi sambil terkekeh pelan.“Tega kamu Cia. Kalo aku turun di jalan tol, nanti ayam gorengnya ikut aku aja”Mendengar itu, Marcia dan supir taxi online tersebut tertawa bersama.*** Killian meeting dari pagi sampai menjelang malam membahas insiden kebakaran pada salah satu bungalow. Membuatnya melupakan Marcia untuk sesaat.Untunglah tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Ternyata korban yang di maksud mengalami luka bakar tingkat dua dan sedang mendapat penanganan ekstra di rumah sakit
“Awas Pak!” seseorang berteriak saat tubuh Killian oleng saat sedang berjalan kearah bungalownya.HupFiuhh. ‘Sedikit lagi.’ Batin seseorang.“Ayo, saya antar ke bungalow anda Pak Killian” suara lembut mendayu seorang wanita samar-samar terdengar di telinga Killian yang sedang separuh sadar.“Hmm” gumam Killian di tengah mabuknya. Dan membiarkan wanita itu memapahnya ke dalam bungalownya.***Pagi harinya Killian terbangun dengan rambut berantakan dan kepala yang pusing luar biasa.Rasa mual yang menjadi menyambutnya membuatnya membulatkan mata begitu merasakan perutnya mulai bergejolak, Killian langsung turun dari ranjang dan berlari menuju toilet untuk memuntahkan isi perutnya.Hueekkk…Huekkk..hah..hah…..hah….’Sial!’ batin Killian‘Nggak lagi deh mabuk-mabukan.’ Pikir Killian saat rasa mualnya mereda.Hufff. Killian menarik nafasnya dan bersandar pada dinding kamar mandi yang kering.‘Tumben banget sih aku sampe muntah begini. Biasanya nggak gini’ batin Killian.Dan seketika pria
Killian sampai di apartemen Shizuka menjelang tengah malam. Berkali-kali membunyikan bel tapi tidak ada yang membuka pintu. Killian sungguh sudah tidak bisa menunggu lagi sehingga meskipun sudah tengah malam dia tetap datang demi memupus kerinduannya kepada gadisnya. Hingga akhirnya Killian menelpon Marcia untuk yang kesekian kalinya. Ddrrttt ddrrttt Trek… ‘telpon yang anda tuju…’ Dengan kesal Killian langsung mematikan sambungan telponnya begitu mendengar suara operator menjawab panggilannya. ‘Damn! lagi-lagi gak aktif’ Killian menyugar rambutnya dengan frustasi lalu duduk di lantai dan bersandar di tembok unit apartemen sambil memejamkan matanya sejenak. Penampilannya sungguh berantakan. Rambutnya acak-acakan, setelan jasnya yang mahal sudah terongok di lantai dilorong unit apartemen, kemeja putihnya sudah kusut, dasinya bahkan entah ada dimana. Perutnya keroncongan dan dia sungguh lelah luar biasa. Sejak pagi Killian bangun dalam keadaan mabuk dan di tengah situasi yang sun
Matanya bergerak ke kiri dan ke kanan membaca isi surat tersebut, tangan Killian gemetar, dadanya bergemuruh, sesak dan berdebar jadi satu membuatnya langsung jatuh terduduk di lantai di depan meja rias.‘Darl…’ setetes air mata jatuh membasahi pipinya.Memikirkan gadisnya yang ceria harus menghadapi kehamilannya seorang diri entah di mana dan ini semua salahnya yang telah memaksa Marcia saat itu.Surat tersebut beserta selembar foto hasil USG perlahan terjatuh ke lantai terlepas dari pegangan Killian.***Desahan dan erangan saling menyahut di dalam keremangan kamar hotel itu. Sepasang manusia yang sedang sibuk berkejaran meraih surga dunia itu semakin sibuk saling bercumbu.“Ahhh…” jerit sang wanita yang akhirnya mendapat pelepasannya.Sementara itu hentakan pinggul sang pria semakin menggila menggejar pelepasannya. Bulir keringat semakin membasahi tubuh sang pria, membuat sang wanita di bawahnya semakin menjerit seiring hentakan demi hentakan yang semakin cepat.Kedua asset sexy wa
Killian mendekatkan tubuh mereka dan mencium bibir merah Marcia yang merekah menyambutnya. Tangan Marcia memeluk suaminya. Membalas kecupan sang suami.Ciuman mereka yang lembut dan dalam penuh dengan cinta itu perlahan membuat Killian mulai panas dan merasakan bagian tubuhnya yang paling sensitif mulai memberontak ingin meminta lebih.Ciuman itu mulai berubah menjadi lebih menuntut dan lebih cepat, tangan Killian mulai naik dari pinggang sang istri menuju perut rata nan kencang tersebut dan mulai naik lagi ke salah satu aset sensitif sang istri di atas.Tangan itu mulai membelai dan meremas dengan gesit mulai masuk ke dalam piyama Marcia. Membuat istrinya terkesiap dan melepaskan ciuman mereka yang mulai panas dan intens.Napas keduanya tersengal, mata keduanya saling menatap dalam kabut gairah yang sudah mulai naik. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Killian langsung membuka piyamanya dan membuangnya sembarangan lalu mulai menerjang Marcia.Cumbuan di leher Marcia perlahan mulai turun k
New York, Empat tahun kemudian...Matahari bersinar indah dan mulai terik di luar rumah. Suasana di dalam rumah sangat tenang dan adem. Tentu saja tenang, karena hari masih menunjukkan pukul enam tiga puluh pagi.Dan hari ini tanggal merah artinya Killian libur kerja dan Kieran yang sudah berusia tiga setengah tahun juga sedang libur sekolah. Kedua pria tersayang Marcia sedang tertidur lelap di tempat tidur mereka masing-masing.Sejak dini Marcia dan Killian sudah melatih Kieran untuk tidur di kamar sendiri. Tentu saja yang paling senang adalah Killian. Dengan begitu dia bisa memiliki istrinya di malam hari untuk dirinya sendiri.Awalnya memang sulit dan penuh dengan drama, terutama drama antara ayah dengan anak laki-lakinya.Kieran selalu menangis meraung-raung dan memaksa agar mamanya tidur sambil memeluknya. Tapi setelah dua minggu di biasakan dan di beri pengertian akhirnya Kieran kecil mulai terbiasa dan beradaptasi.Tapi tidak dengan s
Soraya memacu mobilnya ugal-ugalan. ‘Sial!’ Batinnya kesal.Begitu sampai di rumah Angga, Soraya langsung keluar dari mobil dan berlari kecil ke satu tempat yang sudah lama menjadi incarannya. Bahkan mobilnya di biarkannya terparkir sembarangan.Ruang kerja!Iya ruang kerja Angga. Soraya pernah secara tidak sengaja melihat Angga menyimpan setumpuk uang dalam mata uang dollar di brankas rahasianya.Saat itu mereka sedang kelelahan setelah bercinta di sofa di ruang kerja Angga dan pria tua itu mengira kalau Soraya sedang tertidur karena kelelahan, padahal sebenarnya Soraya tidak tidur dan saat itulah Angga menerima uang dari asistennya sebanyak satu tas kecil yang semua isinya di pindahkan ke dalam brankas rahasianya.Dan tentu saja mata Soraya yang sangat jeli langsung bisa melihat nomor kombinasi digital yang di input oleh Angga karena Sofa tempat Soraya tiduri sangat dekat dengan brankas itu.
“Bagaimana keadaan ayah saya dokter”“Pak Angga mengalami koma” Keterangan dokter membuat Keenan bagai di hantam truk tronton.Dadanya berdebar nyeri mendengar ayahnya mengalami kecelakan dan koma seperti ini. Bagaimanapun buruknya sang ayah, Angga tetap seorang ayah yang penyayang untuk Keenan.Sejak kecil Angga berusaha membersamai tumbuh kembang Keenan kecil sampai masa dewasanya. Meskipun caranya terbilang ekstrim sampai menyakiti orang lain, Keenan tetap menyayangi ayahnya.Keenan sudah tidak bisa mendengarkan penjelasan dokter. Dia hanya bisa diam dan mengangguk kecil sebagai responnya untuk penjelasan dokter.Keenan menatap sang ayah yang sedang di tangani di ruang ICU. Sedikit mengusap sudut matanya dan berusaha tetap tenang.Tanpa di sadarinya ada Soraya yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya dan mengusap pundaknya dari belakang “Bersabarl
Killian sampai rumah jam sepuluh malam. Rumah sudah sepi karena semua pelayan sudah masuk ke kamar masing-masing.Dengan perlahan Killian membuka pintu kamar dan mendapati Marcia yang tertidur sambil memeluk Kieran yang tidur di sampingnya.Kedua hartanya yang paling berharga. Killian sangat terharu melihat impiannya terwujud di depan matanya dan sedang terlelap dengan nyenyak saat ini.Berusaha tidak menimbulkan suara, Killian melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dia harus mandi sampai bersih apalagi tadi darah si supir sempat muncrat ke bajunya.Selesai membersihkan diri, Killian berjalan ke walk in closetnya dan mengenakan piyamanya di sana kemudian berjalan ke tempat tidur dan mengecup pelan kening Marcia dan Kieran lalu merebahkan dirinya di samping sang istri.Killian lalu tidur dan melepas lelah sambil memeluk belahan jiwanya sampai pagi menyapa.&n
Supir itu terkesiap “Ja-jangan tolong!” Supir itu memohon dengan gemetar.Tapi Killian sudah kepalang murka. Dalam sekali tebas darah segar langsung mengucur di dada supir truck tersebut. Teriakan kesakitannya terdengar sangat menyakitkan memenuhi ruangan suram itu.“AAAAAKKKKKKHHH SAKITT!!!” Teriak supir itu.“Cih!” Kesal Killian membersihkan cipratan darah yang mengotori tangannya. Kemudian Killian tersenyum kejam menatap datar supir itu.Ketika tangannya akan menyayat tubuh di depannya lagi, supir tersebut langsung berteriak “Jangan saya mohon! Saya akan katakan semuanya tapi tolong ! Tolong” Teriak supir itu sambil menangis meratapi luka sayatan di dadanya yang cukup dalam itu.Mendengar perkataan supir itu Killian mendengus. Kemudian menghela napas dalam lalu menatap Agung di sampingnya.Agung yang mengerti kode dari Killian langsung menarik supir itu ag
Sejak mengetahui Marcia sedang kritis di rumah sakit dan mengetahui tentang kekejaman papanya, Keenan belum bertemu lagi dengan sang papa. Dia hanya kembali ke rumah sang mama dan di penghujung hari setelah pulang dari kantor, Keenan akan pulang ke apartemennya.Meskipun Amira selalu menelponnya yang tidak pernah di angkat oleh Keenan karena Keenan mengetahui Soraya, ibunya Amira juga ikut andil dalam mencelakai Marcia meskipun tidak secara langsung.Keenan sangat muak dengan ibu dan anak itu yang selalu membayangi hidupnya. Mereka berdua tidak ubahnya lintah yang terus menempel dan menghabiskan harta papanya.Tidak cukupkah mereka menghancurkan keluarganya, membuat papa dan mamamya bercerai dan membuatnya hidup tanpa kasih sayang yang utuh dari papanya. Meskipun Keenan tumbuh besar dalam pengasuhan kedua orangtuanya di tempat terpisah. Mengingat itu Keenan menjadi kesal.Alhasil yang Keenan lakukan
Pemandangan indah penuh bunga dan rumput musim semi menyapa Marcia yang tiba-tiba menginjakkan kakinya di padang indah itu.Sejauh mata memandang hanya ada hamparan rumput hijau dan bunga-bunga berbagai warna dengan aromanya yang harum. Marcia sangat menyukai bunga dan musim semi. Karena itulah dia sangat suka padang ini dalam sekali lihat.“Wah....Yuhuuuu...” Teriak Marcia dengan penuh semangat merentangkan kedua tangannya dan berlari berputar-putar menjelajahi padang bunga itu.“Cantik banget tempat ini”Kemudian Marcia menarik napas dalam sambil memejamkan mata dan menghembuskannya. Menikmati suasana sekitarnya yang sunyi dan udaranya yang segar dengan senyuman tidak henti menghiasi wajah cantiknya.“Aku ingin tunjukin tempat ini ke Kak Lian. Eh, tapi kok Kak Lian dari tadi ‘gak ada ya” Gumam Marcia baru sadar kalau sejak tadi dia sendirian.Kemudian Marci
Sepasang suami istri itu berlarian dengan panik di lorong rumah sakit. Keduanya mendapat kabar dari Agung kalau putra-putri mereka mendapat kecelakaan dan sekarang Marcia sedang di operasi untuk mengeluarkan bayinya.Thomas berjalan secepat mungkin ke arah ruang operasi dan menemukan Killian yang sedang tertunduk lesu.Kemeja dan celana panjangnya terdapat banyak noda darah.‘Apa Killian terluka?’ Batin Thomas cemas.“Lian!” Ellena sang ibu memanggil putranya dan segera memeluk sang putra saat di lihatnya putranya sedang tidak baik-baik saja.Killian langsung memeluk ibunya dan menangis tersedu di sana. Dia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Segala resah, cemas, takut dan khawatir istri dan bayinya kenapa- kenapa campur aduk menjadi satu.Thomas yang melihat putranya sedang butuh dukungan langsung memeluk istri dan anaknya deng