Zack dan Noah berada di ruang kerja sejak satu jam lalu, mereka berdua terlibat dalam pembicaraan serius.
"Jadi menurutmu, lebih baik hitam atau warna pink," kata Noah tiba-tiba dengan wajahnya yang serius.Zack sontak memandang ke arah Noah terkejut sekaligus bingung."... Ya?" Zack menghentikan pulpennya dan berhenti menulis, dia memandang Noah begitu lama membutuhkan penjelasan mengenai dua warna yang tengah mengusiknya."Warna kamar untuk anak-anakku, sebaiknya warna hitam atau merah muda. Aku ingin memberikan Valerie kejutan, kamar di vila itu ingin kuhias dengan manis."Zack mengembuskan napasnya perlahan. Dia pikir Noah ingin mengatakan sesuatu yang lebih penting dari itu."Sebaiknya jangan hitam, Tuan. Nona Valerie pasti tidak setuju," kata Zack,"Begitu ya?" Noah mengangguk-angguk memikirkan."Oh ya, tadi kamu bicara sampai mana?"Zack membuka catatannya lalu melaporkan tugasnya yang diberikanSetelah Maxim dan Isadora pulang. Valerie yang sejak tadi menahan diri untuk tidak bertanya, dia akhirnya bertanya langsung kepada suaminya tersebut."Noah, apakah kamu mencurigai keluarga dari ayahnya Maxim ?" tanya Valerie. Dia sedang menyisir rambutnya, memandang Noah dari pantulan cermin di depannya."Hmm sedikit. Aku hanya ingin tahu saja.""Apa itu tidak akan berbahaya?'"Ayahnya tidak mungkin mencelakai Maxim. Apalagi dia adalah anak laki-laki satu-satunya.""Tapi tetap saja," gumam Valerie."Kamu khawatir dengan Maxim?""Tidak, bukan begitu, Isadora sedang hamil. Aku hanya takut jika hal buruk terjadi pada Maxim. Lalu Isadora sendirian. Hanya itu.""Tak apa-apa, aku akan menyuruh orangku untuk mengawasinyaNoah menggeser layar ponselnya dengan serius."Bagaimana kalau kita memberikan mainan ini di dalam kamar anak kita, Valerie?" tanya Noah sambil menunjukkan layar ponselnya pada Valeri
Pagi-pagi sekali Maxim pergi ke rumah kakeknya untuk mengetahui siapa anak kecil yang kemarin memanggil papa.Saat Felix sudah pergi dengan mobilnya. Maxim lalu muncul dan tak sengaja melihat neneknya sedang bermain dengan anak kecil berpipi bakpau."Nenek," panggil Maxim.Neneknya menoleh tapi ekspresinya menjelaskan segalanya. Dia seperti merasa tak senang dengan kedatangan Maxim saat itu."Tumben sekali kamu datang ke rumah ini? Nenek pikir kamu sudah lupa dengan kakek nenekmu di sini karena kami miskin."Maxim diam, dia tidak tahu harus berkata apa. Tapi memang salahnya juga tidak pernah berkunjung ke rumah neneknya selama ini.Dia melihat ke arah anak kecil yang bersembunyi di balik kaki neneknya."Anak kecil itu ... siapa?" tanya Maxim.Neneknya sedikit terkejut mendengar pertanyaan Maxim."Anak sepupumu," jawab neneknya."Oh begitu."Namun saat melihat mata anak kecil itu, dia m
Sebelum ke apartemen, Noah pergi untuk mengunjungi neneknya. Karena ingin melihat kondisi neneknya setelah keluar dari rumahnya.Penjagaan diperketat agar kakeknya tidak dapat menemukan neneknya dengan mudah. Lagi pula, Noah tidak bisa membiarkan perempuan itu dapat bertemu dengan nyonya tua.Bisa jadi kesehatan neneknya akan terus menurun karena kejadian itu."Bagaimana dengan keadaan nenek?" tanya Noah."Nyonya baik-baik saja, tapi nafsu makannya mulai menurun," jawab William.Noah melihat neneknya sedang duduk di bangku belakang rumah. Ditemani oleh satu pelayan yang ditugaskan untuk melayani neneknya."Pelayan itu bisa dipercaya kan?"William menoleh ke arah pelayan itu. Dia kemudian mengangguk."Saya sudah menyelidiki latar belakang pelayan itu, dan tidak ada masalah dengan latar belakangnya. Kenapa tuan muda bertanya seperti itu?"Sejak kejadian Irena tiba-tiba muncul kemudian Felix yang bersikap
Felix menemui seseorang di sebuah restoran malam itu, Lelaki paruh baya melambaikan tangannya kepada Felix saat melihat lelaki itu celingukan mencari keberadaannya."Maaf aku sedikit terlambat," kata Felix.Anderson yang tak lain adalah kakak kandung Felix hanya tersenyum. Dia memberikan gelas wine kepada adiknya untuk merayakan kemenangan."Sebentar lagi kita akan mendapatkan apa yang kita impikan selama ini," kata Anderson mendentingkan gelasnya pada gelas Felix."Hampir dua puluh delapan tahun," kekeh Felix dan aku harus bersikap seperti orang bodoh di keluarga itu."Tapi itu adalah keuntunganmu, anak tirimu itu tidak akan mencurigaimu, kan?""Meski begitu kita harus tetap berhati-hati, rencana pertama kita sudah berhasil, rencana selanjutnya mungkin agak lebih berbahaya."Felix memandang gelasnya. Pelayan datang membawakan makanan yang sudah dipesan oleh Anderson sebelum adiknya datang ke restoran ini,"Aku
Valerie dan Noah masuk di kamar tamu yang sudah disiapkan oleh William.Pikiran Noah sangat kacau saat ini. Mendadak pikirannya dipenuhi oleh banyak pertanyaan mengenai ayahnya."Noah, apa kamu baik-baik saja?" tanya Valerie.Dia melihat Noah sedang duduk menghadap ke arah jendela yang menunjukkan langit malam hari itu."Tidak, Aku tidak baik-baik saja."Ya, tentu saja lelaki itu tidak baik-baik saja. Dia merasakan ketidakadilan sejak masih kecil. Dan kini neneknya mengatakan sebuah fakta yang sangat menyakitkan."Apakah semuanya akan berubah jika seandainya nenekku membiarkanku pergi dengan ayahku?" tanya Noah."Hmm ada."Noah memandang Valerie yang duduk di sebelahnya."Mungkin aku tidak akan menjadi istrimu."Valerie memeluk Noah. "Aku akan mendukungmu jika kamu ingin mencari ayahmu. Kita harus mendengar cerita dari kedua pihak."Jika dilihat dari cerita nenek. Aku merasa bahwa ayah
"Irena! Kamu tidak akan menikah dengan kakekku!" teriak Havier seperti orang gila.Isadora yang mendengar kakaknya terus mengoceh menyuruhnya untuk pergi. Namun lelaki itu menolak sebelum Irena mau pergi bersamanya."Apa yang kamu lihat dari perempuan itu? Kakak tidak malu dengan Noah?" tanya Isadora."Diam kamu! Aku tidak butuh kata-katamu!" sentak Havier.Isadora memandang lantai dua. Tak tahu apa yang sebenarnya dimiliki oleh wanita itu hingga membuat dua lelaki ini tergila-gila padanya.Isadora melihat ke arah tangannya. Ia memegang beberapa rambut yang rontok milik Irena."Rambutnya jelek sekali," gerutu Isadora.***Saat pulang ke bangunan dua. Dia melihat Maxim sedang duduk dengan wajah tak berdaya.Suaminya pamit ke rumah nenek dari pihak ayahnya. Tapi setelah pulang dari sana wajahnya selalu ditekuk seperti itu."Apa tidak berhasil membujuknya?" tanya Isadora."Hmmm. Aku jadi
Dipikirkan berkali-kali, Joana merasa jika ada yang aneh dengan Brenda, Perempuan itu tidak terlihat seperti pelayan pada umumnya.Jadi pagi-pagi sekali di keesokan harinya saat Brenda pergi berbelanja untuk keperluan nyonya tua. Joana masuk ke kamar Brenda untuk mencari sesuatu yang dapat membuktikan bahwa firasatnya itu benar.Mengendap-endap Joana masuk ke kamar Brenda, dia langsung menuju ke arah tas milik Brenda. Dia mengeluarkan beberapa pakaian yang ada di dalam tapi dia tidak menemukan apa-ара."Pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan," gumam Joana.Joana pernah melihat Brenda memasukkan sesuatu ke dalam kantong pada celemeknya dan buru-buru pergi saat menyeduh minuman untuk nyonya tua."Jangan-jangan itu racun?" pikir Joana membuatnya ngeri hanya dengan memikirkannya.Tas Brenda dia lempar, matanya tertuju ke arah kasur di manasprei itu tidak terlipat dengan rapi.Jadi dia mengangkat kasur tersebut. Mat
Keesokan harinya... River benar-benar datang ke tempat tinggal sementara nyonya tua.Dia memberitahu pada William jika Joana sudah dipecat seperti apa yang dikatakan oleh Noah."Padahal gadis itu terlihat sangat lugu dan polos," kata William dengan nada menyayangkan.Mata tajam River menangkap bayangan Brenda yang sedang menguping pembicaraan."Nona Valerie juga tidak menyangka jika pelayannya akan berbuat seperti itu, Tuan.""Lalu di mana keberadaan pelayan itu sekarang?""Dia dipulangkan ke kampung halamannya," jawab River dengan asal.William menghela napasnya."Saya diperintahkan oleh Tuan Noah untuk memberikan sedikit kompensasi untuk Brenda. Tuan Noah dan Nona Valerie juga ingin mengundangnya ke tempat mereka sebagai tanda permintaan maaf."William terkejut mendengar hal itu."Nona Valerie merasa malu dengan apa yang dilakukan Joana, Tuan. Jadi tolong sampaikan kepada pelayan Anda mengena