Valerie dan Noah masuk di kamar tamu yang sudah disiapkan oleh William.
Pikiran Noah sangat kacau saat ini. Mendadak pikirannya dipenuhi oleh banyak pertanyaan mengenai ayahnya."Noah, apa kamu baik-baik saja?" tanya Valerie.Dia melihat Noah sedang duduk menghadap ke arah jendela yang menunjukkan langit malam hari itu."Tidak, Aku tidak baik-baik saja."Ya, tentu saja lelaki itu tidak baik-baik saja. Dia merasakan ketidakadilan sejak masih kecil. Dan kini neneknya mengatakan sebuah fakta yang sangat menyakitkan."Apakah semuanya akan berubah jika seandainya nenekku membiarkanku pergi dengan ayahku?" tanya Noah."Hmm ada."Noah memandang Valerie yang duduk di sebelahnya."Mungkin aku tidak akan menjadi istrimu."Valerie memeluk Noah. "Aku akan mendukungmu jika kamu ingin mencari ayahmu. Kita harus mendengar cerita dari kedua pihak."Jika dilihat dari cerita nenek. Aku merasa bahwa ayah"Irena! Kamu tidak akan menikah dengan kakekku!" teriak Havier seperti orang gila.Isadora yang mendengar kakaknya terus mengoceh menyuruhnya untuk pergi. Namun lelaki itu menolak sebelum Irena mau pergi bersamanya."Apa yang kamu lihat dari perempuan itu? Kakak tidak malu dengan Noah?" tanya Isadora."Diam kamu! Aku tidak butuh kata-katamu!" sentak Havier.Isadora memandang lantai dua. Tak tahu apa yang sebenarnya dimiliki oleh wanita itu hingga membuat dua lelaki ini tergila-gila padanya.Isadora melihat ke arah tangannya. Ia memegang beberapa rambut yang rontok milik Irena."Rambutnya jelek sekali," gerutu Isadora.***Saat pulang ke bangunan dua. Dia melihat Maxim sedang duduk dengan wajah tak berdaya.Suaminya pamit ke rumah nenek dari pihak ayahnya. Tapi setelah pulang dari sana wajahnya selalu ditekuk seperti itu."Apa tidak berhasil membujuknya?" tanya Isadora."Hmmm. Aku jadi
Dipikirkan berkali-kali, Joana merasa jika ada yang aneh dengan Brenda, Perempuan itu tidak terlihat seperti pelayan pada umumnya.Jadi pagi-pagi sekali di keesokan harinya saat Brenda pergi berbelanja untuk keperluan nyonya tua. Joana masuk ke kamar Brenda untuk mencari sesuatu yang dapat membuktikan bahwa firasatnya itu benar.Mengendap-endap Joana masuk ke kamar Brenda, dia langsung menuju ke arah tas milik Brenda. Dia mengeluarkan beberapa pakaian yang ada di dalam tapi dia tidak menemukan apa-ара."Pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan," gumam Joana.Joana pernah melihat Brenda memasukkan sesuatu ke dalam kantong pada celemeknya dan buru-buru pergi saat menyeduh minuman untuk nyonya tua."Jangan-jangan itu racun?" pikir Joana membuatnya ngeri hanya dengan memikirkannya.Tas Brenda dia lempar, matanya tertuju ke arah kasur di manasprei itu tidak terlipat dengan rapi.Jadi dia mengangkat kasur tersebut. Mat
Keesokan harinya... River benar-benar datang ke tempat tinggal sementara nyonya tua.Dia memberitahu pada William jika Joana sudah dipecat seperti apa yang dikatakan oleh Noah."Padahal gadis itu terlihat sangat lugu dan polos," kata William dengan nada menyayangkan.Mata tajam River menangkap bayangan Brenda yang sedang menguping pembicaraan."Nona Valerie juga tidak menyangka jika pelayannya akan berbuat seperti itu, Tuan.""Lalu di mana keberadaan pelayan itu sekarang?""Dia dipulangkan ke kampung halamannya," jawab River dengan asal.William menghela napasnya."Saya diperintahkan oleh Tuan Noah untuk memberikan sedikit kompensasi untuk Brenda. Tuan Noah dan Nona Valerie juga ingin mengundangnya ke tempat mereka sebagai tanda permintaan maaf."William terkejut mendengar hal itu."Nona Valerie merasa malu dengan apa yang dilakukan Joana, Tuan. Jadi tolong sampaikan kepada pelayan Anda mengena
"Apa.. apa maksudmu? Aku adalah Brenda.""Jangan berbohong, Brenda yang asli sudah tewas dalam kecelakaan. Kamu membuatnya menggantikan posisimu. Wajahmu bisa berubah, tapi kamu lupa untuk menghapus tanda lahirmu itu.""Tunggu dulu! Itu tidak benar! Aku adalah Brenda!"River dan Zack membawa Brenda yang terus meronta."Kalian pasti salah paham!"Vivian mengambil sehelai rambut dari kepala Brenda langsung."Kita bisa tahu apakah kamu Ruth atau memang Brenda."***Beberapa jam yang lalu..."Apa aku harus melakukannya?" protes Noah. "Aku akan membuatnya langsung mengaku.""Bagaimana jika dia bukan Ruth? Kita harus memastikan tanda lahir itu apakah ada di belakang bahunya atau tidak, Noah."Noah sebenarnya tidak mau jika harus merayu Brenda yang diduga adalah Ruth.Joana mengetahui hal itu karena saat itu dia tak sengaja melihat tanda lahir di bahu Brenda.Saat menjadi pe
Ruth membuka matanya berharap bahwa apa yang dialaminya adalah sebuah mimpi buruk.Akan tetapi mimpi buruk yang diharapkannya itu rupanya adalah kenyataan yang harus dia hadapi saat ini.Seorang lelaki bertubuh tinggi besar masuk. Akan tetapi lelaki berambut agak panjang itu bukan River. Dengan kaos hitam yang pas di tubuhnya. Pria yang bernama Isaac itu kemudian duduk di depan Ruth.Dengan kasar dia menjepit dagu Ruth dengan jari-jarinya yang bahkan lebih besar dari kebanyakan lelaki pada umumnya."Siapa yang sudah menyuruhmu." Isaac bertanya tanpa berbasa-basi. Namun, melihat Ruth hanya diam saja, Isaac langsung menampar wajah perempuan tersebut.Ruth merasakan sakit pada pipinya."Kamu sudah melakukan percobaan pembunuhan, kan? Cepat mengaku siapa yang sudah menyuruhmu!"Tapi mulut wanita itu masih terkunci rapat seakan enggan menjawab pertanyaan dari Isaac kendati tamparan di wajah sudah membuatnya merasa kesakitan.
Keesokan paginya, Felix diminta oleh ayahnya agar segera pulang ke rumah istrinya sebelum semuanya mencurigainya karna terlalu lama keluar dari kediaman Ivanov."Kamu masih membutuhkan wanita itu, rencana kita belum sepenuhnya berhasil," kata ayah Felix yang sedang memangku Theo di pangkuannya."Mama! Mama!" ucap anak itu seperti sedang mencari mamanya."Nanti, kita akan bertemu dengan mama ya," kata Felix membelai rambut Theo.Felix akhirnya mau tak mau menurut apa kata ayahnya. Lalu dia memutuskan untuk pulang ke kediaman Ivanov pagi itu.Saat sampai di kediaman Ivanov. Dia hanya menemukan Ivana yang baru saja keluar dari kamarnya dengan wajah yang seperti kurang tidur.Begitu melihat Felix muncul di depannya. Wajahnya langsung sumringah. Namun berbeda dengan Felix tiba-tiba dia merasa jijik melihat Ivana pagi itu."Apa kamu sudah sarapan?" tanya Ivana."Kamu ke ruang makan saja dulu, aku akan menyusul," kata
Begitu mendapatkan kabar jika Havier mengalami kecelakaan, Becca langsung menuju rumah sakit untuk mengetahui bagaimana keadaan anaknya tersebut.la berlari di lorong rumah sakit dengan wajah dipenuhi kekhawatiran. Matanya mencari-cari petugas medis yang bisa memberikan informasi terbaru tentang kondisi Havier.Rambutnya yang berwarna cokelat terang sedikit berantakan, memperlihatkan seperti bukan Becca seperti biasanya.Setelah beberapa saat menunggu dengan gelisah, seorang dokter keluar dari ruang operasi. Becca segera menghampirinya dengan langkah cepat."Bagaimana keadaannya, dok?" tanyanya dengan suara gemetar."Maaf, operasinya berjalan dengan lancar, tapi luka di kepala pasien cukup serius. Pasien mengalami cedera otak yang parah dan saat ini dia dalam keadaan koma."Air mata langsung menetes dari mata Becca. "Apakah ... kondisinya akan baik-baik saja? Maksud saya, dia tidak akan lumpuh, kan?"Jika sampai Havier l
Tatiana bersama dengan Becca di rumah sakit selama semalaman. Bahkan dia tertidur di bahu Becca karena sangat mengantuk malam itu.Ponselnya bergetar ketika Julian menelponnya tengah malam. "Bu, aku akan tiba besok pagi. Bisa jemput aku di bandara?""Besok kamu sudah sampai?""Hmm, tapi jangan katakan pada siapapun kalau aku sudah pulang. Ibu saja yang tahu masalah kepulanganku. Ada hal yang harus kuberitahu pada ibu.""Apa? Jangan buat ibu penasaran.""Besok saja. Bagaimana keadaan Havier, apa dia baik-baik saja?""Havier koma."Julian mengembuskan napasnya dengan kasar."Untuk sekarang, ibu jangan bertindak ceroboh. Jangan menyentuh wanita itu, dan jangan membuat masalah.""Wanita siapa? Wanita kuda itu?""Ya dia, dia sangat berbahaya Bu. Masih ingat masalah kasus kematian istri pengusaha itu? Sekarang kasus itu dibuka lagi karena pihak keluarga perempuan menemukan kejanggalan."