Home / Thriller / I Know What You Eat / MENGUNJUNGI KAK ROSE

Share

MENGUNJUNGI KAK ROSE

Author: ICETEA
last update Last Updated: 2021-06-21 16:44:10

Ken nekat mendatangi rumah kakaknya untuk mengetahui perkembangan informasi tentang pencarian orang tuanya. Seperti biasa, ia limpahkan semua pekerjaan cafe pada Roy dan ia pergi sesuai kehendak hatinya. Sayangnya, hasil yang ia dapat tak beda dari hari-hari sebelumnya. Nihil!

“Jadi, polisi sama sekali belum menghubungi kakak?” tanya Ken. Peluh menetes dari kulit kepalanya karena tergesa-gesa mengunjungi rumah kakaknya yang berjarak dua kilometer dari Cafe La Pose. Dia berlari sekencang-kencangnya sampai lupa bahwa dia memiliki sepeda di cafe.

Dengan wajah yang sangat meyakinkan, Kak Rose memberikan jawabannya, “Belum,  Ken. Kakak juga udah sebar berita kehilangan ke semua akun sosial media. Kakak sampai minta temen kakak buat memuat berita kehilangan Mama dan Papa di koran lokal selama satu minggu penuh. Sayangnya, belum ada perkembangan. Padahal kakak udah pasang hadiah yang lumayan besar bagi siapa pun yang bisa menemukan Mama dan Papa.”

Ken mengusap wajah lesunya. Pikirannya memang belum bisa tenang selama orang tuanya belum ditemukan.

Petunjuk sekecil apa pun, Ken sangat menantikannya.

“Berapa banyak uang yang akan kakak hadiahkan?” tanya Ken lagi.

“Emmm.. 300 juta. Apa segitu cukup?” tanya Kak Rose sembari mengelus kucing anggora putih yang sedari tadi bergelayut di pangkuannya.

“Kayaknya cukup. Tapi, kalau orang yang bisa nemuin Papa dan Mama minta hadiah yang lebih besar, kita setujui aja. Kalau perlu kita kasihin lahan peninggalan kakek yang ada di belakang rumah,” jawab Ken putus asa.

Kak Rose manggut-manggut. Keduanya memutar otak untuk menemukan cara yang jitu untuk melacak keberadaan orang tua mereka. Sayangnya, mereka belum bisa berbuat lebih banyak sebelum polisi memberi kabar.

“Kamu yakin nggak mau tinggal sama Kakak dan Edward di sini?” tanya Kak Rose.

“Nggak, Kak. Aku mau di rumah aja. Aku lebih nyaman di sana. Lagi pula, ini kan rumah Kak Edward. Aku takut dia keberatan kalau aku tinggal di sini,” sanggah Ken.

"Mana mungkin dia keberatan. Kamu kan adik dia juga.. Emangnya kamu nggak kesulitan di rumah sendirian?" tanya Kak Rose.

"Aku tetep mau di rumah aja, Kak.. Uang yang kakak kirim kemarin juga masih ada. Gajiku juga masih.. Aku nggak berminat buat keluar dari sana," jawab Ken sinis.

Kak Rose memutar matanya. Dia sangat paham kalau keinginan Ken memang tidak dapat diganggu gugat. Dibandingkan berdebat dengan Ken, Kak Rose hanya akan diam mengiayakan apa yang dikatakan Ken.

“Aku masih nggak paham apa yang sebenarnya terjadi. Apa Mama sama Papa punya musuh? Apa mereka punya hutang? Jangan-jangan.. Mama dan Papa hilang karena nggak bisa bayar hutang?” celetuk Ken.

“Nggak mungkin, lah! Mereka nggak punya hutang.. Lagi pula, kamu tahu kan selama ini kehidupan kita baik-baik aja. Kita nggak pernah pakai banyak uang sampai-sampai mereka harus ngambil pinjaman. Semua aset dan barang-barang yang kita punya, asal-usulnya jelas. Semuanya dari mendiang kakek,” jawab Kak Rose.

Kepala Ken semakin berputar-putar karena lagi-lagi pemikirannya mendapati jalan buntu. Orang tuanya bukanlah orang bermasalah yang harus dikejar-kejar penjahat. Lantas, siapa yang menculik mereka?

“Ken, emangnya kamu nggak masalah ninggalin cafe jam segini? Ini masih jam 2 siang, lho. Kasihan temen kamu kerja sendiri. Bukannya jam 10 malem baru tutup?” ucap Kak Rose.

Meong..

Meong..

Meonggg..

Anggora putih di pangkuan Kak Rose memberontak karena ekornya terhimpit tangan Kak Rose.

“Aduh.. Aduh.. Maaf Lucifer..,” pekik Kak Rose sambil mengelus-elus punggung Lucifer.

“Tadi cafe lagi sepi, Kak. Lagi pula, Roy udah biasa aku tinggal, kok. Ada beberapa chef yang bantuin dia di sana. Lagi pula, aku kan punya pelayan di sana. Nggak terlalu berpengaruh juga,” jawab Ken ketus.

“Hey! Jangan mentang-mentang cafe itu milik keluarga kamu, kamu jadi seenaknya begitu. Kalau kamu nggak serius kerja, kakak bakal ngomong ke Edward untuk potong gaji kamu! Kalau perlu, kamu resign (mengundurkan diri) aja sekalian!” bentak Kak Rose tegas.

Kepala Ken tertunduk lesu. Dia benar-benar terombang-ambing saat ini. Kepalanya serasa ingin pecah.

“Aku nggak bisa fokus semenjak Mama dan Papa hilang, Kak! Pikiranku kacau!” Ken menekankan lagi.

Kak Rose menghela napasnya. Dipandangnya adik satu-satunya yang kini tengah duduk di sofa bulu bersamanya.

“Ken! Kakak tahu masalah ini sangat berat. Tapi, tetep kontrol diri. Jangan sampai kamu hancur dan tenggelam. Kamu harus kuat tangani ini. Kamu bisa, kan?” nada bicara Kak Rose melunak. Berharap dapat sedikit menenangkan Ken.

Balasan dari Ken hanyalah anggukan kepala yang terasa sangat berat.

Tringg..

Tringg..

Ponsel Ken berdering beberapa kali.

Tringg..

Tanp jeda, Ken segera menarik ponsel dari saku celananya dan menjawab telepon itu.

“Halo? Ada apa, Roy? Maaf aku masih di..,” belum selesai Ken menuntaskan perkataannya, Roy sudah memotongnya.

“KEN! KEN! Tolong cepet balik kesini!” ucap Roy panik. Ucapannya terbata-bata dan gugup.

“Hey.. Roy! Tenang dulu! Ada apa?” tanya Ken panik pula.

“Kamu cepetan balik ke cafe dulu.. Nanti aku ceritain semuanya. Buruan!!!” tukas Roy.

Pembicaraan itu berakhir dengan telepon yang secara tiba-tiba dimatikan oleh Roy. Tanpa menunggu jawaban mau pun persetujuan dari Ken.

“Halo? Halo? Roy?” Ken memanggil-manggil ke dalam ponselnya. Berharap panggilannya masih terhubung.

“Ada apa?” tanya Kak Rose. Wajahnya ikut tegang melihat ekspresi Ken yang mendadak panik.

“Nggak tahu, Kak.. Kayaknya ada hal buruk menimpa Roy. Aku balik dulu ke cafe, Kak! Kabarin aku kalau polisi udah ngasih kabar!” pinta Ken. Tangannya bergegas merapikan pakaiannya dan segera pergi keluar dari rumah kakaknya.

                                                                                        ***

Tap.. Tap.. Tap..

“ROY! ROY!” panggil Ken setengah berlari memasuki cafe.

Di dalam cafe, nampak Roy yang tengah mencengkeram kepalanya karena saking bingungnya. Dia ditemani Chef Danny di meja baristanya.

“Ken.. Maaf.. Cafe terpaksa saya tutup jam segini. Sepertinya ada sesuatu dengan Roy. Kami nggak bisa melanjutkan pelayanan karena dari tadi Roy kayak orang panik,” ucap Chef Danny.

Ken baru menyadari kalau tanda “OPEN” di pintu sudah diganti dengan tanda “CLOSE”.

“Pantes aja nggak ada pelanggan sama sekali,” ucap Ken lirih.

Roy beberapa kali mengusap matanya. Raut wajahnya begitu muram.

“Ada apa, Roy? Kamu baik-baik aja?” tanya Ken mendekati Roy. Ken duduk di kursi yang terletak di hadapan Roy.

“Bertha..,” jawab Roy lirih.

“Bertha? Adik kamu? Dia kenapa?” tanya Ken lagi.

“Dia.. JADI BURONAN! Dia ngambil berlian pacarnya. Polisi baru aja telepon aku karena mereka lagi nyari keberadaan Bertha! Aku harus gimana Ken!!!” kata Roy panik. Kedua pelupuk matanya diisi oleh air bening.

“Tenang.. Tenang dulu, Roy.. Orang tua kamu udah tahu?” tanya Ken.

“Mereka nggak tahu.. Orang tuaku udah satu bulan di Australia. Selama ini Bertha cuma tinggal sama aku di rumah. Nomor handphone Bertha nggak bisa dihubungi sama sekali. Aku nggak tahu dia ada di mana, Ken! Aku harus cari dia di mana? Dia pasti nggak punya tempat buat sembunyi!!” Roy semakin panik.

Ken memang baru dua kali bertemu Bertha, adik Roy yang berusia 19 tahun. Tubuhnya mungil dengan postur yang sedikit berisi. Rambutnya ikal sebahu berwarna hitam gelap. Secara penampilan, tidak dipungkiri bahwa Bertha adalah gadis yang sangat cantik dan memiliki daya tarik yang kuat. Dengan kecantikannya itu, Bertha pandai memikat laki-laki kaya raya untuk menjadi kekasihnya. Bahkan Bertha pernah tiga kali datang ke cafe dengan tiga pacar yang berbeda-beda.

Yang pertama, dia menggaet salah satu teman kuliahnya yang merupakan anak dari rektor (pemimpin) kampus tersebut. Yang kedua, Bertha datang bersama anak pengusaha batu bara yang kekayaannya tidak bisa dihitung dengan jari. Lalu, kunjungan terakhirnya di cafe, pria kaya raya dengan mobil keluaran terbaru menjadi gandengan Bertha kala itu.

“Hmm.. Kamu tahu siapa pacar Bertha? Orang yang berliannya dicuri Bertha?” tanya Ken.

Roy menggelengkan kepalanya. Sedangkan Ken memutar otaknya.

“Kita harus ketemu dulu sama pacar Bertha. Minta polisi buat mempertemukan kita dengan pacar Bertha. Kalau dia bisa kita bujuk, siapa tahu masalah ini nggak perlu dilanjutkan secara hukum. Siapa tahu berlian itu nggak sengaja ada di tas atau di saku Bertha.. Kita belum tahu apa tanggapan Bertha. Kita nggak bisa nuduh Bertha seenaknya,”

“Tapi.. Bertha dimana..,” ucap Roy lirih.

“Dia pasti pulang. Anggep aja sekarang dia lagi berlindung dari kejaran polisi. Nggak heran kalau dia ketakutan. Polisi udah jelas tahu rumah kalian. Nggak mungkin kalau Bertha pulang ke rumah! Kita.. harus bujuk pacar Bertha! Dia nggak bisa seenaknya langsung manggil polisi bahkan sebelum Berta buka suara,” papar Ken.

Tak disangka, ucapan Ken sedikit menenangkan hati Roy. Terlihat beberapa kali Roy menghembuskan napas untuk melegakan dadanya yang sesak. Diingatnya bagaimana pagi ini adiknya berpamitan ingin hang out (jalan-jalan) untuk membeli kue keju di salah satu food court.

Hari ini belum berakhir. Bahkan, sama sekali belum gelap. Tapi, adik Roy seketika berubah menjadi incaran polisi. Gadis manis yang pagi ini tersenyum hangat ketika hendak pergi, pasti kini sedang menangis di suatu tempat yang tersembunyi.

Related chapters

  • I Know What You Eat   THE TIFFANY YELLOW DIAMOND

    “CEPAT BERI TAHU SAYA DI MANA PEREMPUAN NGGAK TAHU DIRI ITU!” bentak seorang pria tua berusia 60 tahun. Tubuhnya tinggi gempal dengan rambut cepak yang didominasi oleh uban berwarna putih semi abu-abu. Wajah garang dan tajamnya mengintimasi Roy dan Ken yang tengah bergidik ngeri di sebuah ruangan sempit di kantor polisi. Ruangan kecil yang di dalamnya hanya ada satu meja dan empat kursi kecil.Pertemuan antara Roy, Ken, dan seorang pria tua ini disaksikan oleh salah seorang petugas polisi yang tengah bertugas hari itu.“Tuan! Tolong panggil anak anda! Dia tidak seharusnya melaporkan adik saya bahkan sebelum adik saya ditemukan dan buka suara! Saya tidak tahu kenapa anak anda bisa melaporkan Bertha sedangkan dia belum memiliki bukti yang kuat!” jawab Roy setengah gemetar. Dibalik rasa khawatirnya, ada kekesalan kepada sosok yang menjadi kekasih Bertha karena tindakan gegabahnya.“Anak saya? Anak? HAHAHAHAHA!! Jadi, selama ini kamu pi

    Last Updated : 2021-06-23
  • I Know What You Eat   KENANGAN

    “Gimana pertemuan tadi, Ken? Udah ketemu sama pacarnya Bertha?” tanya Kak Rose dalam panggilan teleponnya. Suaranya begitu nyaring karena Ken mengaktifkan speaker handphonenya yang membuat suara kakaknya semakin keras.“Udah selesai, Kak. Cafe juga aku tutup dua hari. Seenggaknya, besok lusa kondisi Roy udah mendingan. Biar dia nenangin diri dulu, Kak,” jawab Ken jelas.“Oke! Nanti aku yang ngomong sama Edward. Apa kita perlu mempekerjakan barista tambahan?” tanya Kak Rose lagi.“Nggak perlu, Kak.. Cafe kita ukurannya kecil. Kita juga udah punya tiga chef. Kalau pekerjanya ditambah, pasti kelebihan orang dan pengeluaran cafe makin banyak buat menggaji karyawan. Kakak tahu sendiri kan omset beberapa bulan ini agak menurun..,” jawab Ken.Langkah kaki Ken begitu berat dilangkahkan menuju rumah. Baru beberapa menit dia berpisah dengan Roy di persimpangan jalan. Tapi, pikiran Ken justru semakin tidak tenang. Dia

    Last Updated : 2021-06-24
  • I Know What You Eat   MEET BERTHA

    “Bertha?” ucap Ken terkejut.Sosok dengan tudung kepala super lebar itu mengangkat kepalanya perlahan. Diarahkan wajahnya ke atas untuk menatap seseorang yang telah menyebut namanya.Wajah yang sangat manis dengan tatapan mata yang pernah Ken lihat beberapa waktu lalu. Rambut gelapnya yang cantik, membuat parasnya terlihat semakin menawan.“K.. K.. Kak Ken? Temen kerja Kak Roy, kan?” tanya Bertha. Matanya berbelalak dan raut wajahnya mendadak panik seketika.Mereka saling bertatap mata sekitar beberapa detik. Sebelum Ken tersadar dari keterkejutannya, Bertha hendak melepaskan jemarinya dari tangan Ken dan segera kabur.“Maaf, Kak.. Aku harus pergi!” ucap Bertha sembari membalikkan tubuhnya.GRAB!!!Sayangnya, GAGAL!Ken mencengkeram erat mantel tebal Bertha hingga langkahnya tertahan.“Kak! Lepasin aku! Aku mau pergi! Tolong jangan tahan aku!” pekik Bertha.Di tengah

    Last Updated : 2021-06-25
  • I Know What You Eat   MEET BERTHA (PART 2)

    “Kamu udah yakin sama keputusan kamu, Ber? Kalau kamu menyerahkan diri ke polisi dan berjanji mengembalikan berlian itu, kamu masih bisa membujuk Tuan Smith untuk membatalkan tuntutannya. Dia masih bisa maafin kamu. Semarah-marahnya dia ke kamu, dia tetep punya perasaan cinta ke kamu, kan?” usul Sarah.“Yang diomongin Sarah emang bener. Lagi pula, kemarin Tuan Smith juga bilang kalau dia akan mempertimbangkan tuntutannya kalau berliannya kembali dengan keadaan yang utuh tanpa kerusakan sedikit pun. Tapi.. Nggak semudah itu.. Aku juga setuju kalau Bertha harus berhadapan dengan polisi dan menyelesaikan semuanya secara hukum. Tapi, aku khawatir tentang pengembalian berlian itu..,” tiba-tiba Ken melanjutkan ucapan Sarah. Membuat Sarah dan Bertha menatap ke arah Ken.“Berlian-berlian itu nggak akan bisa dikembalikan sekarang. BERTHA MENELAN BERLIAN ITU!!!” ujar Ken tajam.Mata Bertha berbelalak. Debaran jantungnya kian memburu dan

    Last Updated : 2021-06-25
  • I Know What You Eat   CINEMA

    Hari yang kelam masih berjalan seperti biasanya. Tidak ada perkembangan apa pun yang terungkap mengenai Bertha atau pun mengenai orang tua Ken. Kini semuanya terasa mengapung di atas angin.“Kalau kamu mau ambil cuti lagi nggak apa-apa, Roy. Kayaknya pikiranmu belum sepenuhnya jernih,” ucap Ken cemas.Cafe baru berjalan selama dua jam dan Roy selalu saja menyajikan pesanan yang salah kepada para pelanggan. Fokusnya benar-benar kacau.“Permisi, Kak.. Tadi saya pesan cappucino.. Kenapa yang saya terima malah hazelnut, ya?” tegur seorang pembeli yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Roy.“Ehh.. Maaf, Kak.. Saya buatkan yang baru ya..,” jawab Roy kebingungan. Tangannya meraih cangkir kopi dengan begitu terburu-buru. Diraihnya pula bubuk kopi dengan tidak sabar.PRAKK!!Sebotol kopi hitam tidak sengaja tersenggol hingga tumpah mengotori meja barista.“Aduhh.. Pakai tumpah segala! Tunggu sebentar

    Last Updated : 2021-06-26
  • I Know What You Eat   CINEMA (PART 2)

    “ROY!! ROYY!!” panggil Ken keras. Tapi tetap tak menyadarkan sosok Roy yang berdiri membatu di dekat tempat parkir. Tatapan Roy kosong yang memusat ke satu titik.Tap..Tap..Tap..Ken mendekati Roy dengan cepat. Khawatir kawannya mengalami hal yang buruk.“Roy? Kamu ngapain di sini? Ayo masuk! Filmnya udah mau dimulai..,” panggil Ken. Tangan kanannya menggenggam lengan Roy yang dibalut pakaian lengan panjang. Dgoyang-goyangkannya beberapa kali.“Tadi.. aku lihat Bertha!” jawab Roy lirih. Matanya melotot dan wajahnya kaku.Ken ikut berperanjat. Pertemuannya dengan Bertha yang ia rahasiakan dengan rapi, terasa sia-sia karena Roy bisa menjumpai Bertha tanpa sengaja.“Bertha? Ah, nggak mungkin! Kamu beneran lihat Bertha? Dimana?” Ken mencoba mengalihkan.“Mmm.. Nggak begitu jelas. Tapi.. kayaknya orang tadi bener-bener Bertha. Aku ikuti sampai sini, tapi aku kehilangan d

    Last Updated : 2021-06-29
  • I Know What You Eat   PERMULAAN

    Tap.. Tap.. Tap...Langkah kaki wanita muda sudah terdengar bahkan sebelum dia menampakkan wajahnya. Masih sama seperti saat pertama kali wanita itu berjalan melewati jendela kaca sebuah cafe. Tempat dimana Ken bekerja."Sudah sepuluh hari dia lewat di depan tempat ini.. Tapi, kayaknya nggak ada kemajuan sama sekali," ucap Ken sambil melepaskan celemeknya yang masih beberapa menit ia kenakan."Roy, aku harus ambil cuti hari ini. Tolong urus semuanya! Kamu bisa ambil bayaranku hari ini," sambung Ken sambil mengulurkan celemek itu kepada teman kerja satu shiftnya.“Hey! Ken! Mau kemana?” teriak Roy.Sayangnya, Ken sudah berlalu tanpa menggubris teman kerjanya.Dengan tergesa-gesa, Ken keluar dari pintu cafe. Matanya mencari-cari dimana wanita muda tadi pergi. Dia harus bisa mendapatkannya. Dia harus mengejarnya kemana pun wanita itu pergi.Ken berlari di sekeliling untuk memastikan wanita itu belum pergi terlalu jauh. Setida

    Last Updated : 2021-06-11
  • I Know What You Eat   HILANG

    “Udah lah, Ken. Kalau kamu banyak pikiran begini, bisa-bisa kamu anter pesanan yang salah ke meja pelanggan,” ucap Roy mendekati Ken yang duduk menopang dagu di meja barista. Pikirannya mengawang entah kemana.“Ya, gimana lagi, Bro! Polisi belum ngasih kabar lagi. Aku jadi makin panik. Udah hampir satu minggu. Tapi, nggak ada kemajuan apa-apa,” jawab Ken lesu. Wajahnya seperti tidak dialiri darah.“Ayolah.. Kamu juga akhir-akhir ini jarang makan, lho! Nanti kurus kayak aku, hahaha,” hibur Roy.Tapi tetap saja, gurauan Roy seperti terhalang tabir surya. Tidak ada reaksi yang memuaskan dari Ken. Wajahnya tetap bermuram durja di kala cafe sepi pengunjung.“Kalau cafe lagi sepi gini, mendingan kamu lihatin chef-chef di belakang yang lagi masak. Lihatin orang masak tuh hiburan banget, lho. Untung-untung kalau mereka mau ngajarin kita. Tapi jangan sama chef Danny. Dia galak banget! Mana pelit ilmu lagi,” tukas Roy

    Last Updated : 2021-06-18

Latest chapter

  • I Know What You Eat   CINEMA (PART 2)

    “ROY!! ROYY!!” panggil Ken keras. Tapi tetap tak menyadarkan sosok Roy yang berdiri membatu di dekat tempat parkir. Tatapan Roy kosong yang memusat ke satu titik.Tap..Tap..Tap..Ken mendekati Roy dengan cepat. Khawatir kawannya mengalami hal yang buruk.“Roy? Kamu ngapain di sini? Ayo masuk! Filmnya udah mau dimulai..,” panggil Ken. Tangan kanannya menggenggam lengan Roy yang dibalut pakaian lengan panjang. Dgoyang-goyangkannya beberapa kali.“Tadi.. aku lihat Bertha!” jawab Roy lirih. Matanya melotot dan wajahnya kaku.Ken ikut berperanjat. Pertemuannya dengan Bertha yang ia rahasiakan dengan rapi, terasa sia-sia karena Roy bisa menjumpai Bertha tanpa sengaja.“Bertha? Ah, nggak mungkin! Kamu beneran lihat Bertha? Dimana?” Ken mencoba mengalihkan.“Mmm.. Nggak begitu jelas. Tapi.. kayaknya orang tadi bener-bener Bertha. Aku ikuti sampai sini, tapi aku kehilangan d

  • I Know What You Eat   CINEMA

    Hari yang kelam masih berjalan seperti biasanya. Tidak ada perkembangan apa pun yang terungkap mengenai Bertha atau pun mengenai orang tua Ken. Kini semuanya terasa mengapung di atas angin.“Kalau kamu mau ambil cuti lagi nggak apa-apa, Roy. Kayaknya pikiranmu belum sepenuhnya jernih,” ucap Ken cemas.Cafe baru berjalan selama dua jam dan Roy selalu saja menyajikan pesanan yang salah kepada para pelanggan. Fokusnya benar-benar kacau.“Permisi, Kak.. Tadi saya pesan cappucino.. Kenapa yang saya terima malah hazelnut, ya?” tegur seorang pembeli yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Roy.“Ehh.. Maaf, Kak.. Saya buatkan yang baru ya..,” jawab Roy kebingungan. Tangannya meraih cangkir kopi dengan begitu terburu-buru. Diraihnya pula bubuk kopi dengan tidak sabar.PRAKK!!Sebotol kopi hitam tidak sengaja tersenggol hingga tumpah mengotori meja barista.“Aduhh.. Pakai tumpah segala! Tunggu sebentar

  • I Know What You Eat   MEET BERTHA (PART 2)

    “Kamu udah yakin sama keputusan kamu, Ber? Kalau kamu menyerahkan diri ke polisi dan berjanji mengembalikan berlian itu, kamu masih bisa membujuk Tuan Smith untuk membatalkan tuntutannya. Dia masih bisa maafin kamu. Semarah-marahnya dia ke kamu, dia tetep punya perasaan cinta ke kamu, kan?” usul Sarah.“Yang diomongin Sarah emang bener. Lagi pula, kemarin Tuan Smith juga bilang kalau dia akan mempertimbangkan tuntutannya kalau berliannya kembali dengan keadaan yang utuh tanpa kerusakan sedikit pun. Tapi.. Nggak semudah itu.. Aku juga setuju kalau Bertha harus berhadapan dengan polisi dan menyelesaikan semuanya secara hukum. Tapi, aku khawatir tentang pengembalian berlian itu..,” tiba-tiba Ken melanjutkan ucapan Sarah. Membuat Sarah dan Bertha menatap ke arah Ken.“Berlian-berlian itu nggak akan bisa dikembalikan sekarang. BERTHA MENELAN BERLIAN ITU!!!” ujar Ken tajam.Mata Bertha berbelalak. Debaran jantungnya kian memburu dan

  • I Know What You Eat   MEET BERTHA

    “Bertha?” ucap Ken terkejut.Sosok dengan tudung kepala super lebar itu mengangkat kepalanya perlahan. Diarahkan wajahnya ke atas untuk menatap seseorang yang telah menyebut namanya.Wajah yang sangat manis dengan tatapan mata yang pernah Ken lihat beberapa waktu lalu. Rambut gelapnya yang cantik, membuat parasnya terlihat semakin menawan.“K.. K.. Kak Ken? Temen kerja Kak Roy, kan?” tanya Bertha. Matanya berbelalak dan raut wajahnya mendadak panik seketika.Mereka saling bertatap mata sekitar beberapa detik. Sebelum Ken tersadar dari keterkejutannya, Bertha hendak melepaskan jemarinya dari tangan Ken dan segera kabur.“Maaf, Kak.. Aku harus pergi!” ucap Bertha sembari membalikkan tubuhnya.GRAB!!!Sayangnya, GAGAL!Ken mencengkeram erat mantel tebal Bertha hingga langkahnya tertahan.“Kak! Lepasin aku! Aku mau pergi! Tolong jangan tahan aku!” pekik Bertha.Di tengah

  • I Know What You Eat   KENANGAN

    “Gimana pertemuan tadi, Ken? Udah ketemu sama pacarnya Bertha?” tanya Kak Rose dalam panggilan teleponnya. Suaranya begitu nyaring karena Ken mengaktifkan speaker handphonenya yang membuat suara kakaknya semakin keras.“Udah selesai, Kak. Cafe juga aku tutup dua hari. Seenggaknya, besok lusa kondisi Roy udah mendingan. Biar dia nenangin diri dulu, Kak,” jawab Ken jelas.“Oke! Nanti aku yang ngomong sama Edward. Apa kita perlu mempekerjakan barista tambahan?” tanya Kak Rose lagi.“Nggak perlu, Kak.. Cafe kita ukurannya kecil. Kita juga udah punya tiga chef. Kalau pekerjanya ditambah, pasti kelebihan orang dan pengeluaran cafe makin banyak buat menggaji karyawan. Kakak tahu sendiri kan omset beberapa bulan ini agak menurun..,” jawab Ken.Langkah kaki Ken begitu berat dilangkahkan menuju rumah. Baru beberapa menit dia berpisah dengan Roy di persimpangan jalan. Tapi, pikiran Ken justru semakin tidak tenang. Dia

  • I Know What You Eat   THE TIFFANY YELLOW DIAMOND

    “CEPAT BERI TAHU SAYA DI MANA PEREMPUAN NGGAK TAHU DIRI ITU!” bentak seorang pria tua berusia 60 tahun. Tubuhnya tinggi gempal dengan rambut cepak yang didominasi oleh uban berwarna putih semi abu-abu. Wajah garang dan tajamnya mengintimasi Roy dan Ken yang tengah bergidik ngeri di sebuah ruangan sempit di kantor polisi. Ruangan kecil yang di dalamnya hanya ada satu meja dan empat kursi kecil.Pertemuan antara Roy, Ken, dan seorang pria tua ini disaksikan oleh salah seorang petugas polisi yang tengah bertugas hari itu.“Tuan! Tolong panggil anak anda! Dia tidak seharusnya melaporkan adik saya bahkan sebelum adik saya ditemukan dan buka suara! Saya tidak tahu kenapa anak anda bisa melaporkan Bertha sedangkan dia belum memiliki bukti yang kuat!” jawab Roy setengah gemetar. Dibalik rasa khawatirnya, ada kekesalan kepada sosok yang menjadi kekasih Bertha karena tindakan gegabahnya.“Anak saya? Anak? HAHAHAHAHA!! Jadi, selama ini kamu pi

  • I Know What You Eat   MENGUNJUNGI KAK ROSE

    Ken nekat mendatangi rumah kakaknya untuk mengetahui perkembangan informasi tentang pencarian orang tuanya. Seperti biasa, ia limpahkan semua pekerjaan cafe pada Roy dan ia pergi sesuai kehendak hatinya. Sayangnya, hasil yang ia dapat tak beda dari hari-hari sebelumnya. Nihil!“Jadi, polisi sama sekali belum menghubungi kakak?” tanya Ken. Peluh menetes dari kulit kepalanya karena tergesa-gesa mengunjungi rumah kakaknya yang berjarak dua kilometer dari Cafe La Pose. Dia berlari sekencang-kencangnya sampai lupa bahwa dia memiliki sepeda di cafe.Dengan wajah yang sangat meyakinkan, Kak Rose memberikan jawabannya, “Belum, Ken. Kakak juga udah sebar berita kehilangan ke semua akun sosial media. Kakak sampai minta temen kakak buat memuat berita kehilangan Mama dan Papa di koran lokal selama satu minggu penuh. Sayangnya, belum ada perkembangan. Padahal kakak udah pasang hadiah yang lumayan besar bagi siapa pun yang bisa menemukan Mama dan Papa.”

  • I Know What You Eat   EFEK RACUN

    Dua jam berlalu..Tap..Tap..Tap..“Tante.. Lebih baik Tante istirahat. Sudah hampir dua jam Tante mondar-mandir. Saya bisa belikan Tante makanan di kantin rumah sakit kalau Tante lapar,” ucap Ken dari kursi pengunjung. Dilihatnya sosok itu berjalan bolak-balik dengan tangan yang dilipat di depan.“Saya belum tenang kalau dokter belum keluar.. Saya belum bisa tenang..,” ucap Tante itu lirih. Ditahannya air mata yang sejak tadi mengisi pelupuk matanya.Mereka bertiga tengah menanti sosok yang keluar dari pintu yang kokoh tegak di hadapan mereka. Ruangan itulah dimana si Nenek dibawa masuk oleh beberapa perawat dan seorang dokter laki-laki.“Ruang ICU”.Begitulah yang tertulis di atas pintu itu.“Saya juga nggak akan makan apapun sebelum ada kabar tentang ibu saya.. Dan satu lagi! Stop panggil saya tante! Saya bukan tante kamu.. Saya masih berusia 30 tahun..,” sambungnya lag

  • I Know What You Eat   AMANITA VIROSA

    Ken memutar otak dan mencari-cari untuk dapat menggambarkan makanan yang ada di dalam pencernaan nenek itu. Jemari nenek itu seolah-olah menjadi selang yang menghubungkan antara dirinya dan diri Ken. Begitu jelas penglihatan yang Ken dapatkan. Tapi, butuh waktu beberapa saat untuk mengingat makanan apakah itu.Tidak semua makanan bisa Ken ketahui dengan jelas. Apa lagi makanan yang tidak familiar. Makanan yang belum pernah Ken lihat atau makan. Kadang, Ken juga tidak mengetahui dampak suatu makanan yang sama sekali tidak ia kenali.“Nak.. Kamu baik-baik saja?” tanya si Nenek dengan jemari kasar yang masih menggenggam pergelangan tangan Ken.“Tumbuhan.. Lembab..,” ucap Ken lirih.“Hey, anak ingusan! Kenapa kamu tiba-tiba bertingkah aneh? Jangan pura-pura sakit ya, kamu! Masalah ini belum selesai!” sindir Tuan Antony.Ken tertunduk lama. Matanya sesekali ia pejamkan untuk memusatkan konsentrasi pada gambaran yang m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status